SOLOPOS.COM - TBC mudah disembuhkan tapi tak mudah diselesaikan (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, JAKARTA--Memperingati Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia, Wakil Presiden Ma'ruf Amin, mengatakan bahwa TBC mudah disembuhkan tapi bukanlah masalah yang mudah diselesaikan. Karena itu Wapres ingin upaya pelacakan kasus di Indonesia ditingkatkan. Caranya dengan memperbanyak pemeriksaan orang-orang yang bergejala.

Simak ulasannya di tips kesehatan kali ini. Meski TBC mudah disembuhkan, prevelensi penderita TBC di Indonesia  masih tinggi, Indonesia sampai saat ini masih menjadi negara ketiga dengan kasus TB terbanyak di dunia. Dikutip dari data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2018 ada sekitar 845.000 orang yang sakit TB dengan 93.000 di antaranya meninggal dunia.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

"Sumber daya saat ini terkuras untuk mengatasi pandemi Covid-19. Menyebabkan kapasitas mengatasi TBC menjadi jauh berkurang," kata Ma'Aruf Amin saat memberikan sambutan peringatan Hari TB Sedunia yang disiarkan daring di Youtube Kementerian Kesehatan, seperti dikutip dari detikcom pada Rabu (24/3/2021).

Baca Juga: Gisel Sempat Ingin Bohong, Tak Mau Akui sebagai Pemeran Video Syur

Ma'Aruf Amin menyebut di tengah situasi pandemi Covid-19, orang-orang yang menunjukkan gejala batuk-batuk juga harus menjalani pemeriksaan TB. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan pelacakan karena gejala Covid-19 dengan TB sekilas bisa mirip.

"Tracing Covid-19 dengan gejala mirip TB seperti batuk juga harus dilanjutkan... Lakukan testing TB meski hasil testing Covid-19 negatif," ungkap Ma'Aruf.

"Tingkatkan intensitas penjangkauan ke masyarakat atau reaching out untuk menemukan pasien tuberkulosis dan memastikannya masuk ke dalam sistem pengobatan tuberkulosis melalui layanan kesehatan yang tersedia," lanjutnya.

Wapres mengatakan bahwa dampak dari tingginya kasus TBC di Indonesia jauh lebih besar daripada beban biaya pengobatan penyakit tersebut. "Beban utama bagi negara akibat TB adalah hilangnya produktivitas. Karena kelompok usia yang paling terdampak tuberkulosis adalah kelompok usia produktif," katanya.

Wapres pun mengarahkan adanya peningkatan intensitas edukasi, komunikasi, dan sosialisasi tuberkulosis dengan tujuan meningkatkan kesetaraan masyarakat, agar memahami dan mampu mencegah penyakit tersebut.

Baca Juga: Jepang Bakal Larang Penggunaan Sendok Plastik, Ini Alasannya

Ma'ruf Amin juga mendorong agar masyarakat yang mengalami gejala atau berisiko terpapar TB didorong segera melakukan pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan.

"Dalam situasi pandemi Covid-19, tracing terhadap kasus Covid-19 dengan gejala mirip TB seperti batuk, juga harus dilanjutkan dengan melakukan testing TB meskipun hasil tes Covid-19 negatif," kata Wapres.

Selain itu, pasien TBC untuk patuh dalam menjalani pengobatan hingga penderita TBC dinyatakan sembuh, serta mampu memerangi stigma dan diskriminasi agar tidak dikucilkan di masyarakat.

Wapres juga mengarahkan peningkatan intensitas jangkauan temuan pasien tuberkulosis di masyarakat, sehingga memastikan dia masuk ke dalam sistem pengobatan melalui layanan yang tersedia.

Arahan Ma'ruf lain adalah penguatan fasilitas kesehatan baik di puskesmas, klinik, atau layanan kesehatan masyarakat lainnya, dengan disertai peningkatan kemampuan petugas dalam mendiagnosis dan mengobati tuberkulosis.

"Yang keempat adalah memperkuat sistem informasi dan pemantauan untuk memastikan agar pasien tuberkulosis menjalani pengobatan sampai mencapai kesembuhan, untuk memutus mata rantai, dan menghindari kemungkinan kebal atau resisten terhadap obat tuberkulosis," bebernya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya