SOLOPOS.COM - Wali Kota Gibran Rakabuming Raka mengecek rehab rumah warga di Semanggi Utara, Selasa (7/2/2023). Pemkot menargetkan Solo bebas kumuh pada 2036. (Solopos.com/Nova Malinda)

Solopos.com, SOLO —Julukan kawasan kumuh Semanggi Utara akhirnya ditanggalkan oleh Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, Selasa (7/2/2023).
Gibran menargetkan Kota Solo bebas dari kawasan kumuh pada 2026.

“Ya 2025, 2026 Insyaallah kumuhnya habis,” kata dia seusai peresmian penataan kawasan kumuh di Semanggi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Gibran mengatakan pemerintah kota (Pemkot) memberi ruang terbuka bagi para pihak swasta yang ingin berperan dalam penataan kawasan kumuh Kota Solo. Masih ada sejumlah tempat yang perlu ditata pemukimannya, seperti di Semanggi, Mojo, dan Sangkrah.

Penggunaan dana hibah dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) akan diprioritaskan untuk penataan kawasan kumuh. Selain itu, pemkot juga telah selesai menjalin kerja sama dengan Shopee untuk penataan kawasan kumuh di Semanggi Utara.

Dibangun sejak 2021, kawasan Semanggi Utara sudah disolek dengan tampilan bangunan baru yang lebih tertata rapi, dilengkapi dengan jalur pedestrian yang nyaman, lampu penerangan yang cukup, akses jalan yang lebih luas, serta terdapat ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan warga sekitar.

Sebagai penduduk yang sudah tinggal lama atau kurang lebih 21 tahun, Dwi mengaku lingkungan barunya ini terasa lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Rumah tersebut mempunyai desain bangunan eksterior seperti perumahan elite walau luasannya lebih sempit dan terbilang minimalis.

Luasan rumah dari yang sekitar 90 meter, kini harus dipangkas rata menjadi sekitar 35 meter. Padahal rumah tersebut harus dihuni oleh empat orang dewasa, dan satu anak balita. Sesuai ceritanya, dwi tinggal bersama kedua orang tuanya, serta suami dan satu anak.

Lebih lanjut, seingat Dwi julukan Semanggi sebagai kawasan kumuh mulai dirasakannya pada 2008. Saat itu ia masih duduk dibangku SMP.

“Saya pindah ke sini [Semanggi] pada 1999, ikut bapak ibu, di sini saya tinggal juga sama kakak,” ucap dia.

Awalnya kawasan Semanggi belum kumuh seperti pada saat akan direvitalisasi. Rumah yang ditempati Dwi masih ada ruang terbuka dan belum terlalu padat penduduk.

Perjalanan waktu, penduduk di Semanggi semakin bertambah, baik itu karena pertumbuhan penduduk lokal ataupun kedatangan para kaum urban. Mulai 2010, pertambahan penduduk di Semanggi Utara semakin kentara, dan ketersediaan lahannya kian menyempit.

Kawasan ini kemudian dinilai menjadi daerah yang kurang tertata baik dari segi tata bangunan, kebersihan, drainase, hingga sirkulasi udara di sana.

“Mungkin terlihat kumuh karena penataanya kayak jemuran, jalan yang sempit, kalau mobil tidak lewat, antara rumah satu dengan yang lain memang dekat,” kata dia.

Penataan Kawasan Semanggi sudah selesai digarap. Salah satu warga pemilik hunian lainnya, Nur Sawaliyah mengatakan akan menjaga lingkungan barunya agar tetap bersih dan indah.

“Harus dijaga, biar yang ngasih senang, ya dibanggakan. Menjaga kebersihan kerapian,” ucap dia.

Nur merasa bahagia sudah bisa menikmati rumah barunya. Walau rumah sebelumnya lebih besar, namun rumah barunya lebih terlihat rapi dengan adanya penataan ini.

“Seneng banget, dari yang kayak gitu, kebanjiran, kumuh sekali, sekarang dapat rumah yang baru tapi kecil, seneng banget,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya