SOLOPOS.COM - Bus Batik Solo Trans (BST) Koridor I dan II melintas di dekat Tugu Pamendangan, Jl Jenderal Sudirman, Solo, seusai peresmian, Selasa (29/12/2020). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Jumlah penumpang atau pengguna layanan bus Batik Solo Trans atau BST menurun cukup drastis semenjak pemberlakuan tarif alias tidak gratis lagi per 1 Januari 2023 lalu. Dinas Perhubungan (Dishub) Solo bakal menggeber sosialisasi dan edukasi secara terus menerus kepada masyarakat guna mendongkrak tingkat keterisian bus BST.

Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com, Rabu (11/1/2023) rata-rata jumlah penumpang bus BST kurang lebih 20.000 per hari setelah pemberlakuan tarif Rp3.700 per orang. Jumlah penumpang itu berkurang sekitar 10.000 orang dibandingkan saat masih gratis yang mencapai rata-rata 31.000 orang per hari.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Padahal, kebijakan tarif itu tidak berlaku untuk semua kategori penumpang. Ada tiga kategori penumpang yang tetap bisa menikmati layanan gratis dari bus BST. Mereka yakni kalangan pelajar, penyandang disabilitas, dan orang lanjut usia (lansia).

Mereka mendapatkan subsidi dari program Teman Bus yang dijalankan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Pembayaran tarif bus BST menggunakan uang elektronik atau e-money. Hal ini untuk memudahkan dalam pendataan jumlah penumpang yang menggunakan bus BST.

“Memang perlu upaya menggenjot sosialisasi terus menerus kepada masyarakat. Harapannya, masyarakat memanfaatkan moda transportasi publik. Ya selain mengurangi kecelakaan, yang paling utama mengurangi potensi-potensi kemacetan lalu lintas di Kota Solo,” kata Kepala Dishub Solo, Taufiq Muhammad, saat diwawancarai wartawan, Rabu (11/1/2023).

Taufiq tak memungkiri ada penurunan jumlah penumpang dan tingkat keterisian bus BST Solo sejak berbayar pada awal Januari. Saat masih gratis, jumlah penumpang bus BST paling banyak sekitar 31.000 orang per hari. Setelah berbayar, jumlah penumpang hanya menyentuh 20.000 orang per hari.

Penggunaan Sistem E-Money

Sebagian penumpang terutama kalangan orang dewasa belum terbiasa dengan menggunakan kartu e-money saat hendak naik bus BST. Mereka masih kesulitan dalam penggunaan kartu e-money untuk mengakses layanan transportasi massal di Kota Bengawan.

”Ya sosialisasi terkait konsep dan mekanisme transportasi publik akan dilakukan terus menerus. Jika sudah paham mekanisme pembayaran e-money, mungkin masyarakat akan terbiasa,” ujar dia.

Leih jauh, Taufiq bakal mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah agar segera merealisasikan BRT Trans Jateng rute Solo-Wonogiri. Dengan begitu diharapkan koridor lain seperti rute Solo-Klaten dan Solo-Boyolali segera menyusul sebagai moda transportasi publik antardaerah di Soloraya.

Sementara itu, seorang penumpang bus BST asal Kecamatan Banjarsari, Solo, Dyah Sintawati, mengatakan tak mempersalahkan jika penumpang harus merogoh kocek untuk membayar tarif. Namun, ia meminta agar pemerintah menambah jumlah halte di sepanjang rute masing-masing koridor.

“Jarak halte antarkoridor agar jauh ya. Misalnya, lokasi tempat indekos atau rumah agak jauh dari halte harus berjalan kaki cukup jauh. Paling tidak halte portabel ditambah di sejumlah lokasi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya