Solopos.com, KARANGANYAR — Kalangan buruh di Karanganyar menolak kenaikan bahan bakar minyak. Mereka bakal ikut bergabung dengan buruh dari daerah lain berunjuk rasa di kantor Gubernur Jateng untuk menyampaikan penolakan tersebut. Unjuk rasa tersebut rencananya digelar Selasa (6/9/2022).
Ketua Forum Komunikasi Serikat Pekerja Serikat Buruh (SPSB) Karanganyar, Eko Supriyanto, mengatakan kenaikan harga BBM sangat memberatkan para buruh. Terlebih kenaikan BBM tak dibarengi dengan kenaikan upah buruh.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
“Tiga tahun terakhir ini upah buruh ngenes. Tidak ada kenaikan karena pandemi Covid-19. Sekarang tambah ngenes karena BBM naik,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com, Senin (5/9/2022).
Dia menyesalkan langkah pemerintah menaikan harga BBM di tengah harga minyak dunia mulai menurun. Pemerintah bahkan membandingkan harga BBM dengan negara lain seperti Malaysia.
Baca Juga: Harga Pertalite Naik, Driver Ojol Berharap Operator Lakukan Penyesuaian
Di Malaysia, dia mengatakan upah buruh yang diterima jauh lebih besar dibandingkan dengan di Indonesia. Sehingga harga BBM tinggi sebanding dengan upah pekerja yang diterima. Pemerintah semestinya saat menaikkan harga BBM mempertimbangkan kondisi masyarakat.
“Upah kita ini sangat kecil. BBM naik otomatis semua naik dan daya beli akan menurun,” katanya.
Rencananya demo besok diikuti seluruh perwakilan buruh di Jawa Tengah. Dalam aksinya, buruh akan menuntut pemerintah menurunkan harga BBM, elpiji, dan kebutuhan pokok.
Bantuan sosial umum (BSU) yang disiapkan pemerintah kepada para pekerja dengan ketentuan gaji maksimal Rp3,5 juta dinilai bukan solusi atas kebijakan kenaikan harga BBM. Sesuai rencana Pemerintah akan membagikan BSU Rp600.000 per pekerja.
Baca Juga:Warga Boyolali Curhat Lebih Memilih Harga BBM Murah, Ketimbang Subsidi BLT
“Bantuan sifatnya sesaat. Kita dapat Rp600.000, tapi upah masih saja rendah dan harga-harga lain naik dampak BBM jelas tidak sebanding,” tegasnya.