SOLOPOS.COM - Antrean di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Teras, Sabtu (3/9/2022) sore.(Solopos/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Setelah tarik ulur kebijakan, harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akhirnya resmi dinaikkan dinaikan, Sabtu (3/9/2022).

Disusul adanya bantuan langsung tunai (BLT) BBM sebesar Rp600.000 per satu orang kelompok penerima manfaat (KPM)

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Beberapa warga di Boyolali saat diwawancara Solopos.com, mengaku kecewa dengan keputusan mendadak tersebut.

Mereka lebih memilih harga BBM tidak naik dibandingkan bantuan langsung tunai, bantuan subsidi upah, atau bantuan lain yang diberikan pemerintah sebagai pengalihan subsidi tersebut.

Hal itu disampaikan pekerja lain asal Kecamatan Boyolali, Angga, 28, yang biasanya bekerja keliling Soloraya menggunakan sepeda motor.

Baca juga: SPBU di Sragen Mulai Terapkan MyPertamina Secara Bertahap

BLT menurutnya tak sebanding dengan kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM membuatnya harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli Pertalite tiap hari.

Padahal upahnya juga tak lantas ikut naik ketika harga BBM naik.

“Kalau bisa memilih ya BBM tidak naik karena aktivitas saya pakai BBM terus. Kalau naik otomatis aktivitas saya terganggu karena kenaikan UMK [Upah Minimum Kabupaten] tidak sebanding dengan kenaikan BBM,” terang pria yang bekerja sebagai sales tersebut.

Angga mengaku takut jika gajinya akan habis untuk ongkos transportasi. Apalagi kenaikannya cukup tinggi dari sebelumnya Rp 7,650/liter menjadi Rp10.000/ liter

“Kecewa ya ada kenaikan. Saya biasa bekerja pakai sepeda motor, tunjangan perusahaan juga enggak naik. Ini membebani pekerja,” kata Angga.

Baca juga: Sebut Harga Psikologis BBM Rp10.000, Ekonom: Subsidi Harus Tepat Sasaran

Pekerja lain asal Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Tama, 24, mengaku dirinya yang bergaji di bawah Rp3,5 juta memilih untuk harga BBM tetap dibanding harus menerima BSU.

“Buat apa dapat BLT tapi harga Pertalite naik. Sekarang ini BBM sudah seperti kebutuhan pokok karena digunakan terus menerus. Harapan saya sih harga BBM tidak naik,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (3/9/2022) pagi.

Ia mengungkapkan kenaikan harga BBM juga akan berpengaruh di semua sektor seperti jasa transportasi dan juga kebutuhan pokok sehari-hari.

Tama mengaku khawatir efek yang dihasilkan jika harga BBM Pertalite naik lebih besar dibandingkan uang BSU yang ia terima.

Baca juga: 6 Bansos akan Cair September 2022

Warga lain asal Kecamatan Cepogo, Lastri, 46, juga lebih memilih harga BBM tetap ketimbang mendapatkan BLT. Lastri berharap pemerintah mencari solusi yang baik selain harus menaikkan harga BBM.

“Sebagai ibu rumah tangga, kalau harga BBM naik kemungkinan harga barang lain naik. Bingung lagi harus membagi keuangan keluarga padahal gajinya kemarin naik enggak seberapa,” keluh dia.

Lastri mengatakan kalau memang harus naik, ia meminta kenaikan tidak lebih dari Rp1.000 agar tak membebani keuangan rumah tangga.

Diberitakan sebelumnya, kenaikan harga BBM resmi dilakukan pemerintah pada Sabtu (3/9/2022) pada pukul 14.30 . Pengumuman disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi dalam konferensi pers yang tayang di Breaking News Metro TV, Sabtu siang.

Baca juga: 1.273 Buruh Pabrik Rokok Karanganyar Dapat BLT Rp300.000/Bulan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya