SOLOPOS.COM - Seorang warga Nusukan, Solo, Yati, 68, bercengkerama dengan cucunya di kediamannya, Selasa (17/12/2013). (Eni Widiastuti/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Berdasarkan hasil penelitian, hubungan yang sehat antara kakek dan nenek dengan cucu mereka bisa menurunkan tingkat depresi kakek dan nenek. Pasalnya di usia senja, terkadang seseorang merasa tidak berarti lagi. Artinya, ada dampak positif yang terjadi ketika seseorang dekat dengan cucunya.

Psikolog Yayasan Angkasa Jaya Solo, Faifda Ariani. (Eni Widiastuti/JIBI/Solopos)

Psikolog Yayasan Angkasa Jaya Solo, Faifda Ariani. (Eni Widiastuti/JIBI/Solopos)

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Hal itu disampaikan psikolog dari Yayasan Angkasa Jaya Solo, Faifda Ariani. Namun, kata Faifda, karena rasa sayang yang demikian besar, terkadang hubungan antara kakek dan nenek dengan cucunya juga berlebihan atau cenderung memanjakan si cucu. Hal itu berdampak negatif bagi si cucu. “Dampak negatif ini bisa diantisipasi kalau sebelumnya ada komunikasi antara orang tua anak dengan kakek nenek tersebut, bahwa ada nilai-nilai yang dikembangkan di keluarganya,” jelasnya saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Baluwarti, Solo, Selasa (17/12/2013).

Ia mencontohkan, jika orang tua menginginkan anaknya tidak mengonsumsi jajanan yang tidak sehat, hal itu harus dikomunikasikan kepada pihak kakek dan neneknya. Sehingga ketika si cucu sedang bersama kakek neneknya, ia juga tidak diberi jajan yang tidak sehat untuk dikonsumsi. Ketika orang tua membiasakan anak tidak menonton televisi pada jam tertentu, hal itu juga harus dikomunikasikan kepada kakek dan neneknya. Ketika orang tua juga mengetahui nilai-nilai kehidupan yang dikembangkan dalam keluarga anaknya, harapannya mereka juga mau menegur cucunya ketika melanggar nilai tersebut. “Jangan sampai ketika anak melanggar aturan, orang tuanya memarahi tapi kakek neneknya justru tidak menyalahkan. Kalau hal itu terjadi, anak akan mengalami kebingungan,” jelasnya.

Faifda berpendapat, keterlibatan pihak kakek nenek dalam mendidik cucu sebenarnya tetap diperlukan. Bahkan bila orang tua sibuk, kakek nenek bisa menjadi orang tua pengganti. Tapi tetap harus ada nilai-nilai kehidupan yang ditetapkan dan ditaati bersama. Dengan demikian, anak juga akan paham nilai kehidupan yang harus ditaati.

Senada, pemerhati pendidikan anak, Hasto Daryanto, mengungkapkan saat ini bukan lagi zamannya seseorang bermain simbol atau perasaan dalam mendidik anak. Segala hal terkait pendidikan anak, harus diungkapkan secara lisan agar semua jelas. Artinya, dalam sebuah keluarga seharusnya ada aturan dan metode yang disepakati bersama soal pendidikan anak. “Aturan dan metode itu juga harus disampaikan kepada orang lain yang kebetulan tinggal bersama. Misalnya kepada kakek nenek dan pembantu rumah tangga. Jadi harus ada kesamaan misi kehidupan,” terangnya.

Orang tua, imbuhnya, juga harus bersikap tegas terhadap anak. Hal itu untuk menanamkan kebiasaan bertanggung jawab terhadap komitmen yang sebelumnya telah disepakati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya