SOLOPOS.COM - Iman Bintoro saat membuat Ogoh-ogoh untuk acara kirab budaya. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA — Seorang pria di Kota Salatiga, Jawa Tengah, tekun menjadi seorang pembuat ogoh-ogoh. Sudah 20 tahun terakhir, pria bernama Iman Bintoro tersebut menjalani pekerjaannya sebagai pembuat kerajinan itu beserta pernak-pernik etnis Tionghoa.

Ditemui Solopos.com di rumahnya di Perumahan Tegalrejo Permai gang V No. 71, Salatiga, Sabtu (22/10/2022), Iman bercerita sebelum terjun ke dunia kerajinan dirinya adalah seorang pemain barongsai. Kemudian, dia mencoba peruntungan untuk membuat barongsai. Mulai dari membuat bulu hingga kepala barongsai.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Bukan hanya itu, Iman juga membuat replika rumah untuk upacara warga etnis Tionghoa yang meninggal.

“Adat Tionghoa kan jika meninggal 40 hari dibuatkan replika rumah dengan isinya macam-macam. Pertama kali itu buat rumah-rumahan. Awalnya karena ayah saya meninggal, mau beli di Semarang harganya mahal. Kemudian membuat sendiri hasilnya cukup bagus,” ungkap Iman Sabtu (22/10/2022).

Baca Juga: Dinilai Berprestasi, Milenial Banyumas Raya Dukung Gibran Maju Pilkada Jateng

Setelah berhasil membuat replika rumah itu, kemudian keluarga terdekatnya mulai memesan replika rumah untuk upacara keagamaan. Lambat laun, keahilannya dalam membuat kerajinan itu pun mulai dikenal secara luas.

Pada saat namanya mulai dikenal sebagai pembuat replika rumah itu, Iman juga mengembangkan diri dengan membuat ogoh-ogoh.

perajin ogoh-ogoh salatiga
Iman Bintoro saat membuat Ogoh-ogoh untuk acara kirab budaya. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Ogoh-ogoh yang dibikin Iman terbuat dari bambu, kertas koran, kain, dan pernak-pernik hiasan. Untuk bahan bambunya, kata dia, tidak ada kategori khusus. Semua jenis bambu bisa digunakan untuk pembuatan ogoh-ogoh.

Berbeda dengan ogoh-ogoh, kata dia, untuk barongsai justru harus menggunakan bambu yang sudah tua.

Baca Juga: Diduga Dianiaya Suami, Wanita di Semarang Ditemukan Meninggal di Rumahnya

“Kalau untuk barongsai itu harus bambu tua. Karena akan digunakan lama, sehingga kalau bambu muda itu akan mengkerut ketika sudah lama,” terangnya.

Iman menyampaikan untuk membuat ogoh-ogoh membutuhkan waktu sekitar dua pekan. Namun, pengerjaan itu tergantung suasana hati. Ketika suasana hatinya sedang bagus, pengerjaan ogoh-ogoh bisa lebih cepat rampung.

Proses pembuatan ogoh-ogoh maupun replika rumah, kata dia, tidak ada yang sulit. Hanya saja, khusus untuk replika rumah perlu imajinasi. Terutama bagian interior rumahnya. Saat ini Iman memiliki dua orang karyawan yang membantunya untuk merampungkan berbagai pesanan. Dia mengaku kerap mendapatkan pesanan ogoh-ogoh dari wilayah Salatiga, Klaten, Sragen, dan lainnya.

“Kalau yang paling jauh ya di Sidoarjo dan Yogyakarta,” kata dia.

Baca Juga: Tingkatkan Prestasi Olimpiade Sains Nasional, UKSW Dampingi 4 SMA di Semarang

Harga barang kerajinan yang dijualnya mulai dari Rp2,5 juta hingga Rp8 juta. Harga ini tergantung pada tingkat kerumitan kerajinan yang dipesan.

Untuk pemasaran produk, dirinya menggunakan media sosial. Iman membeberkan pesanan akan meningkat drastis ketika mendekati hari raya Imlek.

“Inovasi saya ingin membuat kostum dengan bahan dari bambu. Biasanya kan membuat kostum cosplay dari busa. Nah, saya ingin membuatnya dari bambu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya