SOLOPOS.COM - Putra mahkota dari Raja Kasunanan Surakarta SISKS Paku Buwono (PB) XIII, yaitu KGPH Purboyo (tengah), duduk bersebelahan dengan GKR Wandansari (kanan), di Pura Mangkunegaran Solo, Sabtu (12/3/2022) siang. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta, GKR Wandansari atau biasa disapa Gusti Moeng, sempat duduk bersebelahan dengan putra mahkota dari SISKS Paku Buwono (PB) XIII, yaitu KGPH Purboyo. Itu terjadi saat menghadiri Jumenengan Dalem KGPAA Mangkunagoro X di Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran Solo, Sabtu (12/3/2022).

Momen tersebut merupakan momen langka dan menarik dikaitkan dengan dinamika Keraton Kasunanan Surakarta di mana SISKS PB XIII belum lama ini mengangkat istri permaisuri bergelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Paku Buwono. Dalam kesempatan itu SISKS PB XIII juga mengangkat anaknya, KGPH Purboyo, sebagai putra mahkotanya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Gusti Moeng sempat memberikan pernyataan pengangkatan Purboyo sebagai putra mahkota tidak sesuai dengan adat atau paugeran Keraton. “Ngobrolnya ya hanya, kan ndak pernah ketemu saya ta, terutama sejak 2017. Dia hanya ngomong mangke foto nggeh tante, kan lama sekali ndak pernah ketemu,” ujar Moeng saat diwawancara wartawan.

Baca Juga: Ini Isi Pidato Perdana Lengkap KGPAA Mangkunagoro X yang Panen Pujian

Mendengar ucapan seperti itu dari keponakannya, Moeng lantas menyebut Purboyo selama ini menutup diri. “Lah kowe menutup diri kok, tak ngunuke wae. Kan dia [Purboyo] sekolah di Semarang, jadi pulang kalau pas ada acara. Sementara Keraton ditutup oleh ibunya. Jadi kami tidak bisa berkomunikasi,” sambung Moeng.

Namun momen kebersamaan Moeng dengan Purboyo tidak berlangsung lama. Sebab setelah perbincangan singkat itu, Purboyo pindah ke kursi yang terletak jauh dari Moeng. Ihwal pindahnya tempat duduk Purboyo, menurut Moeng, karena permintaan orang-orang GKR Paku Buwono. “Yang minta pindah orang-orang ibunya itu,” ungkap dia.

Moeng mengaku sempat menegur tindakan orang-orang itu. Sebab, menurut dia, di Pura Mangkunegaran sudah berlaku protokoler atau aturan main sendiri.

“Kan tadi tak tegur, kamu itu, kan ini bukan Keraton [Solo]. Ini Mangkunegaran kan protokolernya sudah ada sendiri, kok ngatur-ngatur. Iya kan sudah diatur sendiri dari sini,” sambung dia.

Baca Juga: Sri Sultan HB X Minta Mangkunagoro X Hati-Hati, Ada Apa?

Moeng mengaku ada beberapa hal yang sebenarnya ingin dia sampaikan kepada Purboyo ketika duduk bersebelahan. Namun pemikirannya itu belum tersampaikan lantaran Purboyo malah pindah tempat duduk. Salah satu yang ingin Moeng sampaikan ke Purboyo ihwal sikap sebagai anak muda yang harus mau banyak belajar tentang Keraton dan budaya.

Terutama terkait pengangkatan Purboyo sebagai putra mahkota atau pemberian gelar Adipati Anom kepada dia. Sebab, menurut Moeng, ihwal suksesi atau pergantian kepemimpinan di Keraton Solo merupakan takdir Tuhan.

“Belum tentu kamu bisa jadi. Kabeh ki Gusti Allah sik menentukan. Sebetulnya mau saya gitukan, saya kasih tahu,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya