Soloraya
Jumat, 10 Mei 2024 - 23:28 WIB

Menyusuri Pura Mangkunegaran, Ada Mitos Pendapa sampai Dalem Agung yang Sakral

Redaksi Solopos.com  /  Abu Nadzib  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah wisatawan berkunjung ke Pura Mangkunegaran, Solo, Sabtu (10/5/2024) siang. Kunjungan turis meningkat saat akhir pekan panjang atau long weekend mulai Kamis-Minggu (8-11/5/2024). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO – Pura Mangkunegaran Solo menyimpan mitos hingga area sakral di sejumlah bangunannya.

Semua itu bisa didapat wisatawan dengan mengunjungi langsung bersama para abdi dalem.

Advertisement

Antrean pengunjung yang membeli tiket masuk mulai tampak sekitar pukul 09.00 WIB, Sabtu (10/5/2024).

Antrean semakin mengular menjelang siang. Mereka kebanyakan wisatawan kalangan keluarga.

Maklum, kunjungan wisatawan meningkat di Pura Mangkunegaran Solo saat akhir pekan panjang atau long weekend.

Abdi Dalem Pariwisata Pura Mangkunegaran Solo, Joko Pramudyo, melayani pembelian tiket. Harga tiketnya Rp30.000/orang untuk wisatawan nusantara.

Transaksi bisa dilakukan tunai maupun nontunai. Joko juga meminta wisatawan nantinya memberikan tip kepada pemandu seikhlasnya seusai berkeliling.

Para tamu yang mengenakan celana pendek diwajibkan mengenakan jarit. Para abdi dalem meminjamkan jarit untuk pengunjung.

Hal itu dilakukan salah satunya sebagai edukasi mengenai etika berbusana. Praja Mangkunegaran adalah pusat kebudayaan.

Advertisement

Umumnya satu rombongan dilayani satu orang pemandu yang merupakan abdi dalem. Ada belasan orang yang bertugas pagi itu melayani wisatawan.

Salah satunya Ajeng Puja Casuma, yang membersamai lima wisatawan dari Jawa Timur. Ajeng mengajak wisatawan itu menuju Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran.

Dia menjelaskan perbedaan Pura Mangkunegaran dengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) sebagai contoh Praja Mangkuengaran tidak memiliki Alun-alun dengan dua pohon kembar.

Selain itu, Praja Mangkunegaran tidak memiliki dampar kencana atau kursi emas untuk raja.

Mangkunegaran dulunya bagian dari Keraton Solo. Mangkunegaran mendapatkan kedaulatan sendiri seusai adanya perjanjian Salatiga 1757.

Ajeng mengatakan Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran dibangun pada masa Mangkunagoro II. Pendapa dengan luas 3.500 meter persegi itu merupakan pendapa terbesar di Indonesia.

Semula, kondisi lantai Pendapa Ageng berwarna putih. Lantai itu merupakan marmer yang diimpor dari Italia.

Advertisement

Namun banjir selama tiga hari di Kota Solo pada 1966 membuat marmer bercorak kecokelatan.

Selain itu, wisatawan mendapati dua patung singa terbuat dari perunggu. Patung itu merupakan hasil pertukaran batik parang yang dilakukan Mangkunegaran dengan Jerman.

Batik parang merupakan motif batik untuk keturunan raja.

Kemudian Pura Mangkunegatan membuat dua duplikat patung dengan material semen. Empat patung singa itu menyambut para pengunjung.

Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran digunakan untuk berbagai kegiatan tradisi. Untuk itu, terdapat tiga gamelan di Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran, yakni Kiai Kenyut Mesem untuk upacara adat.

Kemudian Kiai Lipur Sari yang ditabuh setiap Rabu pukul 10.00 WIB. Gamelan mengiringi penari.

Gamelan lainnya adalah Kiai Segara Windu yang ditabuh setiap Sabtu pukul 10.00 WIB. Berbeda dengan Kiai Lipur Sari, pentas itu tidak dengan penari.

Advertisement

Sementara itu, sejumlah wisatawan tampak memeluk tiang utama di Pendapa Ageng. Ada empat tiang utama. Empat tiang itu terdapat penunggunya.

Menurut kepercayaan atau mitos, apabila berhasil memeluk tiang itu dengan kedua tangan menyambung atau melingkar maka keinginannya bisa terwujud. Orang yang mau berusaha bisa berhasil.

Hal unik lainnya merupakan batik yang dilukis di langit-langit Pendapa Ageng. Batik kumudawati yang berarti teratai putih yang bermakna suci. Batik itu bermotif modang atau lidah api dengan delapan warna.

Setiap warna memiliki maknanya, antara lain warna ungu untuk mencegah pikiran buruk, merah muda untuk mencegah pengaruh setan, merah untuk mencegah rasa takut, putih mencegah, hijau cegah stress, biru mencegah bencana, dan kuning mencegah ngantuk.

Batik kumudawati di langit-langit Pendapa Ageng dipasang oleh Mangkunagoro VII supaya lukisan batik tidak hanya digunakan untuk pakaian namun bisa digunakan untuk hiasan rumah.

Setelah mengeksplorasi Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran, Ajeng mengajak wisatawan masuk ke Pringgitan.
Pringgitan berlokasi di utara pendapa. Tempat itu biasanya untuk pentas wayang.

Pringgitan memiliki status yang lebih tinggi dari Pendapa Ageng. Mangkunagoro biasanya menerima tamu dari kalangan bangsawan atau pejabat di Pringgitan. Sedangkan Pendapa Ageng untuk menjamu warga biasa.

Advertisement

Sedangkan bagian utara Pringgitan adalah Dalem Agung. Tempat itu dulunya musuem dengan koleksi benda-benda Pura Mangkunegaran.

Namun sejak era Mangkunagoro X para pengunjung tidak boleh masuk dan memotret. Mangkunagoro X ingin Dalem Agung tetap sakral. Pengunjung hanya bisa melihat melalui dari depan satu pintu yang dibuka.

Dalem Agung berisi foto para adipati Mangkunagoro kecuali Mangkunagoro I. Mangkunagoro I tidak mau wajahnya difoto atau dilukis. Mangkunagoro I disimbolkan dengan Suryasumirat di Dalem Agung.

Surya artinya matahari dan sumirat berarti bersinar. Selain foto para Adipati Mangkunagoro, terdapat dua harimau yang diawetkan. Dua ekor harimau itu merupakan koleksi Mangkunagoro.

Area selanjutnya yang dijelajahi turis adalah Keputren Mangkunegaran yang dulunya menjadi kamar anak-anak Mangkunagoro. Sejulah kamar itu sudah tidak digunakan.

Ada yang digunakan untuk ruang rias, toko suvenir, dan kamar untuk para kerabat atau saudara Mangkunagoro.

Sejumlah foto keluarga Mangkunagoro X dan Mangkunagoro sebelumnya terpasang di depan kamar.

Advertisement

Terdapat juga ruang tamu yang biasa digunakan Mangkunagoro menerima tamu kerabat atau tamu penting bagi Mangkunegaran.

Area terakhir yang bisa dikunjungi wisatawan adalah Taman Pracima atau Pracima Tuin. Namun para pengunjung hanya bisa dari kejauhan.

Semula Pracima Tuin merupakan lapangan tenis sebelum direvitalisasi kembali menjadi taman yang bisa dikunjungi sejak awal 2023. Pracima Tuin terdapat restoran.

Wisatawan yang ingin berkunjung harus reservasi jauh-jauh hari. Joko Pramudyo mengatakan kunjungan wisatawan meningkat pada akhir pekan ini.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif