SOLOPOS.COM - Warga Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten, mendirikan museum angkringan yang menceritakan asal-usul terciptanya angkringan atau yang dikenal dengan nama hik. Museum itu berada di Dukuh Sawit, Desa Ngerangan memanfaatkan salah satu rumah kosong di kampung tersebut. Foto diambil Rabu (3/11/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Warga Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klatem, mendirikan Museum Sejarah Angkringan. Museum itu didirikan untuk semakin meneguhkan Ngerangan sebagai desa cikal bakal angkringan atau warung hik.

Museum itu mereka bangun secara swadaya di Dukuh Sawit, perkampungan yang menjadi daerah asal para pencetus angkringan. Museum yang dibangun pada 2020 itu memanfaatkan rumah warga yang tak dihuni pemilknya lantaran merantau.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ide mendirikan museum itu berasal dari Gunadi, 41, salah satu pegiat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Ngerangan. Ide itu dia muncul untuk menampilkan identitas Ngerangan sebagai desa cikal bakal angkringan.

Baca Juga: Ngerangan dan Sejarah Cikal Bakal Warung Hik atau Angkringan

Gunadi menjelaskan pendirian museum itu dilakukan secara swadaya. Warga membikin pikulan hingga gerobak untuk menampilkan perjalanan bentuk tempat jualan angkringan dari sejak awal dirintis hingga saat ini.

Warga dibantu mahasiswa UNS asal Klaten untuk menuliskan jejak sejarah yang berhasil dikumpulkan. “Rumah ini milik Sugimo. Orangnya sekarang di Tangerang dan mengizinkan rumahnya digunakan untuk dijadikan museum,” urai Gunadi saat ditemui Solopos.com di Museum Sejarah Angkringan, Rabu (3/11/2021).

Penampilan museum tersebut terhitung sederhana. Perubahan bentuk tempat jualan dipajang pada tengah ruangan dari model pikulan hingga gerobak lengkap dengan cerek, baki, serta anglo.

Baca Juga: 6 Pelaku Curanmor di Klaten Diringkus, 1 Tersangka Masih di Bawah Umur

Pada dinding ruangan, terpajang tulisan yang menggambarkan kisah perjalanan asal-usul angkringan atau yang dikenal dengan hik. Ada pula foto-foto para pencetus angkringan yang berhasil mereka kumpulkan.

Begitu pula dengan daftar nama warga yang berjualan angkringan saat ini sekaligus tempat mereka berjualan. Warga yang berjualam angkringan tersebar ke seluruh wilayah Ngerangan yang terdiri dari 32 RT.

Ada pula deretan aneka merek teh yang kerap digunakan warga Ngerangan untuk dioplos. Sajian minuman teh oplosan itu pula yang menjadi ciri khas serta daya tarik warung angkringan.

Baca Juga: Risiko Tinggi, Car Free Sunday Wonogiri Belum akan Digelar

Selain museum, Gunadi menjelaskan pengembangan Ngerangan untuk semakin meneguhkan diri sebagai desa cikal bakal angkringan terus dilakukan. Salah satunya dengan rencana membuka kelas angkringan yang menjadi wadah bagi warga luar desa yang ingin belajar atau pun penasaran dengan angkringan.

“Kami juga berharap ke depan ada festival angkringan serta pengembangan desa wisata angkringan,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya