SOLOPOS.COM - Warga beraktivitas di gelaran car free sunday (CFS) di Jl. Pemuda II kawasan kota Wonogiri. Foto sebelum pandemi Covid-19. (Rudi Hartono/JIBI/SOLOPOS)

Solopos.com, WONOGIRI—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri belum akan mengadakan lagi ajang Car Free Sunday (CFS) baik di kawasan kota maupun di kecamatan.

Tingkat keramaian/kerumunan di gelaran CFS dinilai lebih tinggi dari pada kegiatan lainnya, sehingga risiko penularan Covid-19 juga tinggi. Perlu kajian mendalam terlebih dahulu untuk menentukan CFS memungkinkan dilaksanakan atau tidak di masa pandemi Covid-19 ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelum Covid-19 mewabah kegiatan serupa yang diberi nama Car Free Day (CFD) digelar di Kecamatan Giritontro.

Baca Juga: Jadi Pansel Beasiswa Wonogiri, Imapres Jamin Nihil Konflik Kepentingan

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Wonogiri, Waluyo, kepada Solopos.com, Selasa (2/11/2021), menyampaikan awal November ini Bupati Joko Sutopo yang juga Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wonogiri belum memberi petunjuk terkait gelaran CFS di masa pandemi Covid-19 ini.

Koordinasi membahas memungkinkan tidaknya diadakan CFS lagi di Jl. Ir. Soekarno juga belum digelar. Hal tersebut menunjukkan Bupati belum memberi lampu hijau diadakannya CFS.

“Kami sifatnya melaksanakan instruksi. Selama belum ada perintah kami belum akan mengadakan CFS lagi,” kata mantan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Wonogiri itu saat dihubungi.

Baca Juga: Imapres Jadi Pansel Program Beasiswa Mahasiswa Wonogiri Rp7,5 Miliar

Dia menegaskan kebijakan tersebut berlaku untuk seluruh wilayah. Pemerintah kecamatan dan pengelola belum boleh menggelar CFS atau kegiatan sejenis dengan nama lainnya.

Pada awal Covid-19 mewabah Bupati menerbitkan surat edaran (SE) terkait dengan penghentian CFS dan kegiatan sejenis di seluruh wilayah. Aturan itu hingga kini belum dicabut. Camat dan pengelola harus mematuhi aturan tersebut.

“Selama belum dicabut atau belum ada aturan baru lagi bararti aturannya masih berlaku sampai sekarang,” imbuh Waluyo.

Baca Juga: Cemburu, Alasan Tersangka Ingin Bunuh Suami Adik Ipar Pakai Potas

Menurut dia, pelonggaran kegiatan masyarakat selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 ini bukan berarti dapat diterapkan pada seluruh kegiatan. Kegiatan yang saat ini dilonggarkan merupakan kegiatan masyarakat yang bisa diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kerumunan untuk mencegah penularan Covid-19.

Kegiatan itu seperti resepsi/hajatan di rumah tanpa hiburan, tempat wisata dibuka dengan batasan kapasitas, dan pedagang boleh berjualan di Alun-Alun Giri Krida Bakti pada malam hari.

Waluyo menyebut tingkat keramaian masyarakat di ajang CFS lebih tinggi dari pada kegiatan-kegiatan tersebut. Sebelum Covid-19 mewabah CFS di ruas Jl. Ir Soekarno dari perempatan Ponten hingga persimpangan dekat jembatan Jurang Gempal/Pokoh sejauh lebih kurang 600 meter itu selalu dikunjungi ribuan orang. Pedagang yang berjualan mencapai ratusan orang.

Baca Juga: Istri Meninggal Dipotas, Suami di Klaten Ingin Tersangka Dihukum Mati

“Perlu kajian dulu untuk menentukan CFS memungkinkan diadakan lagi atau tidak pada masa pandemi Covid-19 ini,” ujar Waluyo.

 

Butuh Waktu

Terpisah, Camat Giritontro, Fredy Sasono, mengatakan hingga kini belum ada rencana menghidupkan CFD. Pihaknya akan mematuhi kebijakan Bupati. Apabila Bupati sudah memberi lampu hijau pun CFD Giritontro tidak bisa langsung digelar.

Butuh waktu sebulan hingga dua bulan untuk menyiapkan ulang segala sesuatunya. Persiapan itu seperti menyiapkan sumber daya manusia (SDM) pengelola lagi.

Baca Juga: UNS Latih Emak-Emak Kragan Karanganyar Buat Nuget Lele & Lele Terbang

Pengelola lama sudah vakum hampir dua tahun ini, sehingga perlu dibenahi misalnya dengan cara reorganisasi. Selain itu perlu mendata ulang pedagang, sosialisasi, membuat garis lapak, membicarakan masalah retribusi kebersihan dan parkir, program isian kegiatan, penerapan protokol kesehatan, dan sebagainya.

“Data terakhir ada 392 pelapak [pedagang] di CFD Giritontro. Kunjungan mencapai 5.000-6.000 orang/kegiatan. Potensi ekonominya memang besar. Tapi, kegiatan seperti itu di masa pandemi Covid-19 perlu dikaji dulu,” ulas Fredy.

Sebagai informasi, CFS Wonogiri kali pertama digelar di ruas Jl. Jenderal Sudirman (Jensud) dari perempatan Gudang Seng hingga perempatan Ponten (depan Pasar Kota Wonogiri). Pada 2016 lokasi dipindah ke Jl. Pemuda II yang kemudian berubah nama menjadi Jl. Ir. Soekarno.



Baca Juga: Antisipasi Kecurangan Beasiswa Mahasiswa Wonogiri Rp12 Juta, KK Diawasi

Jumlah pedagang yang terdaftar pada saat pindahan tercatat 395 pedagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya