SOLOPOS.COM - Sejumlah pejabat di Klaten melakukan panen perdana padi varietas Rojolele Srinuk di Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Selasa (23/11/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Kabupaten Klaten mengalami surplus produksi beras 157.000 ton sepanjang 2021. Klaten pun masih menjadi salah satu daerah penyangga pangan nasional.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan luas sawah di Klaten saat ini mencapai 31.943 ha. Luas lahan itu tersebar di 26 kecamatan dengan jumlah total kelompok tani hamparan mencapai 1.058 kelompok.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Pada 2021, total luas tanam padi di Klaten dalam setahun seluas 73.842 ha dengan luas panen 73.754 ha. Dari luasan itu, produksi padi mencapai 480.023 ton sehingga pada 2021 mengalami peningkatan dibandingkan 2020 sebesar 448.668 ton,” jelas Mulyani.

Baca Juga: Minim Serangan Hama, Produksi Beras di Klaten Surplus 157.000 Ton

Mulyani menuturkan di Klaten ada varietas unggul lokal Klaten yang merupakan hasil pengembangan kerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Hasil pengembangan itu dinyatakan lulus uji sidang pelepasan varietas tanaman pada 2019 dan diberi nama Rojolele Srinuk.

Keunggulan Rojolele Srinuk yakni masa tanam lebih pendek sekitar 120 hari atau setara dengan jenis padi di pasaran umum serta ketinggian tanaman sekitar 113 sentimeter sehingga tidak mudah rebah.

“Untuk mendukung Rojolele Srinuk sekaligus mengangkat pendapatan petani, pemkab menetapkan beberapa kebijakan diantaranya pemberian bantuan benih dan sarana produksi untuk kelompok tani. Mengeluarkan Instruksi Bupati Klaten No. 1/2021 tentang gerakan memasyarakat beras Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar bagi ASN dan pegawai BUMD di lingkungan pemkab. dalam instrukti tersebut ASN dan pegawai BUMD membeli beras rojolele Srinuk minimal 10 kg per bulan,” tutur dia.

Baca Juga: Modal Rp400.000, Pemuda Tulung Raup Omzet Rp40 juta dari Tanaman Hias

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti, mengatakan meningkatnya angka surplus beras di Klaten salah satunya dipengaruhi faktor tak terlalu banyak lahan pertanian yang diserang hama. “Selama ini kami berusaha melakukan mitigasi jangan sampai mencuat OPT [organisme pengganggu tanaman] di Klaten. Pengendalian ini tidak bisa kami lakukan sendiri,” jelas dia.

Selain faktor serangan OPT yang tak terlalu banyak, Widiyanti mengatakan peningkatan angka surplus juga dipengaruhi pemilihan varietas.

“Pada beberapa lahan kami menggunakan varietas unggul salah satunya Rojolele Srinuk dengan provitas [produktivitas tanaman] 9,25-9,7 ton per ha. Kemudian dilakukan perbaikan struktur dan tekstur tanah, memperbaiki perakaran menggunakan pupuk organik,” kata Widiyanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya