SOLOPOS.COM - Petani terlihat sibuk mengurusi tanaman bawang putih di Segoro Gunung, Ngargoyoso, Karanganyar beberapa waktu lalu. (Istimewa/ Sunarso)

Solopos.com, KARANGANYAR – Petani di Karanganyar mengeluhkan turunnya harga bawang putih di pasaran. Alhasil, para petani merugi karena harga jual dari bawang tersebut tidak bisa menutup pengeluaran modal saat bercocok tanam.

Salah satu petani yang mengeluhkan hal tersebut warga Segoro Gunung, Ngargoyoso, Sunarso, yang bercerita jika produksi bawang dari pertanian yang dimilikinya merugi besar. Lahan seluas 1.500 meter persegi yang dikelolanya bisa untuk menanam bawang sebanyak 1,5 kuintal dengan biaya modal sekitar Rp7 juta hingga Rp8 juta.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Koalisi Makin Gendut! Golkar Merapat Usung Sri Mulyani di Pilkada Klaten

Namun, saat panen, dia mengaku hanya bisa mendapatkan pendapatan pembelian sekitar Rp3,5 juta untuk lahan seluas 1.500 meter. Berdasarkan data tersebut Sunarso mengalami kerugian sekitar Rp18 juta.

“Total saya memiliki lahan 6.000 meter. Jadi modalnya Rp32 juta totalnya. Sedangkan kalau pendapatan sekitar Rp3,5 juta per 1.500 meter persegi lahan, cuma dapat Rp14 juta total. Rugi sekali untuk petani karena harganya anjlok,” ucap dia kepada Solopos.com Senin (10/8/2020).

Menurut Sunarso, sebelum anjloknya harga bawang putih di pasaran, dia bekerjasama dengan perusahaan dengan harga Rp17.000 per kilogram. Namun, setelah harga menjadi Rp10.000 per kilogram, sebagian besar bawang hasil pertaniannya tidak dibeli oleh rekan yang bekerjasama.

Kemarau, 7 Waduk dan 46 Embung Tak Mampu Aliri Sawah di Sragen

Harga Bawang Putih di Karanganyar

Senada diungkapkan oleh petani bawang lainnya asal Guyon, Tengklik, Tawangmangu, Sumanto. Menurutnya, harga normal bawang putih yang dijualnya sekitar Rp15.000 per kilogramnya. Namun, saat ini harga bawang putih hanya senilai Rp11.000 per kilogram. Menurutnya, akibat anjloknya harga, kerugian dirasakan lantaran hasil tani tidak bisa menutup pengeluaran dari modal.

“Kemungkinan dampaknya karena Covid-19 ini. Makanya harganya jadi turun. Kebijakan impor juga bisa. Yang jelas turun karena dari lahan 1 hektare itu bisa menghasilkan 8 ton hingga 10 ton bawang putih,” ucap dia.

Untuk menutup kerugian, Sumanto mengaku menerapkan sistem tumpang sari dengan varietas tanaman lainnya yang harganya lebih stabil. Sehingga, bisa untuk modal musim tanam berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya