SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Senin (3/10/2022).

Solopos.com MALANG — “Ayah, ini di mana ayah? Ini tribune baru kita Nak, lebih indah dari Kanjuruhan tadi, perihnya gas air mata sudah tak terasa, sesaknya dada kita pun sudah tak ada, maafkan ayahmu Nak, bawa Kamu ke sini, kita tunggu ibumu di sini yaa.”

Dialog imajiner itu menggambarkan benak para suporter yang meregang nyawa di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam, seandainya mereka masih bisa berkata-kata. Kata-kata itu diunggah melalui akun @GojekOnly. Minggu (2/10/2022), sebagai ungkapan empati bagi para korban.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kicauan itu pula yang menggambarkan situasi di tribun stadion malam itu. Mereka yang tetap berada di tribune, bukan yang ikut bertindak anarkistis dan menyerbu lapangan, ikut menjadi sasaran tembakan gas air mata.

Video yang kali pertama muncul di timeline akun Twitter @Iwak07161257 menunjukkan puluhan, jika bukan ratusan orang terjebak di salah satu gate yang tertutup. Pintu ditutup saat ribuan penonton berupaya keluar dari stadion menghindari asap tembakan gas air mata.

Kepanikan dan kepasrahan mengiringi seorang perempuan terkulai lemas di anak tangga. Video lain yang diunggah melalui akun @Bimantara25 menunjukkan momen saat para penonton yang berdiri di tribune tiba-tiba terkena tembakan gas air mata.

Baca juga: Saksi Mata Tanya di Tribun Salah Apa? Tapi Malah Ditembaki

“Video dari adik saya yg nonton di tribun 12 kanjuruhan,” tulis pengguna akun itu, Sabtu malam. Solopos memverifikasi video itu dengan membandingkan latar belakang tribune video yang identik dengan tribune VIP.

Video itu tampak diambil dari tribune kurva di belakang gawang tepat di tribune 12 seperti yang disebutkan dalam keterangan itu. Penggunaan gas air mata oleh aparat kepolisian untuk menghadapi suporter dalam laga Arema FC versus Persebaya Surabaya itu menjadi sorotan. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Senin (3/10/2022).

Evaluasi Total

JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan penghentian penyelenggaraan Liga 1 selama investigasi tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, berlangsung. Sementara itu, seruan yang lebih radikal bermunculan, yang kini mendesak para petinggi Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) mundur dari jabatan mereka.

Salah satu seruan itu datang, dari Presiden Madura United Achsanul Oosasi. Dia menilai semestinya para pengurus PSSI mundur karena tragedi Kanjuruhan.

Pengurus PSSI, kata Achsanul, wajib bertanggung jawab atas jatuhnya korban jiwa, korban luka, dan masalah pelik di Liga Indonesia. Achsanul menilai PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) harus menghentikan jalannya kompetisi Liga 1 hingga Federation Internationale de Football Association (FIFA) memberikan penilaian atas tragedi tersebut.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Presiden Madura United: Semestinya Pengurus PSSI Mundur

Penghentian kompetisi, kata dia, penting agar tragedi itu bisa dievaluasi secara menyeluruh dan mendalam. Kompetisi baru bisa berjalan setelah adanya perbaikan.

“PSSI wajib bertanggung jawab, dan semua pengurusnya harus mundur. Sebagai respect terhadap korban dan keluarganya,” tulis Achsanul dalam cuitannya di akun Twitter, @AchsanulOosasi, Minggu (2/10/2022). Dia menilai PSSI tidak perlu membentuk tim-tim tertentu untuk mengusut tragedi Kanjuruhan. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Senin (3/10/2022).

Jembatan Sasak Masih Ditutup

SOLO — Jembatan sasak yang menghubungkan Mojolaban, Sukoharjo, dengan Kampung Sewu, Solo, masih ditutup hingga Minggu (2/10/2022). Penutupan itu merupakan inisiatif pengelola menyusul masih tingginya arus Bengawan Solo.

Arus Bengawan Solo yang masih deras dan cukup tinggi membuat jembatan sasak di Beton belum bisa dilewati. Salah seorang warga Kampung Sewu yang biasanya ikut membantu warga menyeberang. Lukman, menyebut jembatan sasak belum beroperasi karena tingginya gelombang Bengawan Solo.

“Dari kemarin Jumat (30/9/2022) jembatannya sudah tidak bisa dilewati. Penyebabnya arus sungai lumayan tinggi. Jembatannya goyang dan kelelep [tenggelam]. Takutnya kalau dilewati nanti bebannya bertambah sehingga talinya putus,” jelas dia kepada Solopos, Minggu (2/10/2022).

Baca juga: Jembatan Sasak Mojolaban-Beton Solo Ditutup, Pengelola Rugi Jutaan Rupiah

Pernyataan Lukman dibenarkan Gunawan yang juga bekerja di jembatan sasak. Menurut dia, ada kerugian yang timbul selama jembatan sasak belum bisa beroperasi. “Wah sepet nek gini, hia jembatannya enggak jalan, uang rokok gak ada pemasukan juga. Seret wong enggak ada yang lewat,” kata dia.

Menurut Gunawan, jembatan sasak semestinya dibuka saja. Apalagi banyak warga yang enggan memutar jauh saat proyek jembatan Jurug B dan jembatan Mojo berlangsung. Selengkapnya di halaman Soloraya Harian Solopos edisi Senin (3/10/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya