SOLOPOS.COM - Kendaraan bermotor dijejer pemiliknya saat antre solar bersubsidi di SPBU Sangen, Kabupaten Madiun, Selasa (19/10/2021). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, JAKARTA–Kelangkaan solar subsidi di beberapa daerah ditengarai karena disparitas harga yang sangat lebar antara solar subsidi dan nonsubsidi.

Baca Juga:Pertamina Akui Solar Subsidi Langka, Ini Penyebabnya

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

PT Pertamina (persero) mencatat penjualan solar nonsubsidi untuk industri turun hingga 11%. Mengacu pada Peraturan Presiden No. 191 Tahun 2014, pengguna yang berhak atas solar subsidi untuk sektor transportasi adalah kendaraan bermotor pelat hitam untuk pengangkut orang atau barang, kendaraan bermotor pelat kuning kecuali mobil pengangkut hasil tambang dan perkebunan dengan roda lebih dari enam.

Solar dexlite awalnya dijual dengan harga Rp9.700 per liter pada Januari 2022, lalu naik menjadi Rp12.400 per liter pada Februari dan kembali naik menjadi Rp13.250 per liter pada Maret 2022.

Kenaikan harga ini disebut-sebut menjadi penyebab kalangan industri untuk beralih membeli solar subsidi yang harganya hanya dipatok Rp5.150 per liter, yang memicu kelangkaan solar di sejumlah daerah.

Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo) Anggawira menyatakan tingginya harga solar nonsubsidi mempengaruhi kegiatan distribusi batu bara.

Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Jamin Pasokan Solar Subsidi Aman

“Selama ini kami menggunakan solar nonsubsidi. Dengan adanya kenaikan harga [solar nonsubsidi], terlebih jika harga melambung cukup tinggi, dapat mengganggu aktivitas distribusi batu bara,” papar Anggawira kepada Bisnis, Senin (4/4/2022).
Adapun untuk kenaikan harga solar nonsubsidi, ia menilai hal itu tidak mempengaruhi kegiatan produksi batu bara secara signifikan sebagaimana kegiatan distribusi.

“Untuk kegiatan produksi [batu bara], tidak berpengaruh secara signifikan. Karena sudah disusun dari RKAB [Rencana Kerja dan Anggaran Biaya] tambang, mengenai berapa [batu bara] yang diproduksi. Tetapi kembali lagi, jika harga solar nonsubsidi naik cukup tinggi, pasti akan terpengaruh juga,” tutur Anggawira.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menduga ada peralihan konsumsi oleh kalangan usaha dari solar nonsubsidi ke subsidi sehingga menyebabkan kelangkaan solar. “Kalau dilihat penjualan ke industri turun tapi di ritel naik, jadi ada perpindahan,” kata Nicke setelah memantau penjualan bahan bakar minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Palembang, Sumatra Selatan, Minggu (3/4/2022).

Berita ini telah tayang di Bisnis.com berjudul Solar Subsidi Langka, Ternyata Ini Biang Keroknya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya