SOLOPOS.COM - Penyakit sifilis rentan menular dari ibu ke janin. (Ilustrasi/Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Penularan penyakit raja singa atau sifilis dari jalur ibu pada anak menyumbang persentase yang cukup tinggi yakni sebesar 69 persen hingga 80 persen. Agar peduli kesehatan reproduksi, simak ulasannya di info sehat kali ini.

Umumnya risiko yang akan terjadi pada bayi berupa risiko abortus alias keguguran, anak lahir mati, atau sifilis kongenital alias sifilis bawaan pada bayi baru lahir.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, mengatakan bahwa hingga saat ini, hanya sekitar 40 persen ibu hamil penderita sifilis yang sudah diobati. Ia mengatakan, rendahnya angka pasien yang diobati karena faktor suami yang tidak mengizinkan istri untuk tes sifilis dan stigma masyarakat.

“Ibu hamil dengan sifilis yang diobati masih rendah, hanya di kisaran 40 persen. Nah, sisanya alias 60 persen tidak mendapatkan pengobatan sehingga berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan,” ujar dr. Syahril seperti dikutip dari Antara pada Kamis (11/5/2023).

Meski sifilis ini sering menyerang orang dewasa, terutama yang sering ganti pasangan saat berhubungan intim atau tidak menggunakan pelindung, faktanya penyakit menular seksual ini rentan menyerang pada anak, terutama bayi. Bahkan, infeksi dan penularannya bisa terjadi ketika sang buah hati masih berupa janin di dalam kandungan. Jika demikian, artinya sang ibu sudah terinfeksi dan menularkannya pada si kecil yang masih berada di dalam rahim.

Dikutip dari halodoc.com pada Kamis (11/5/2023), sifilis kongenital, demikian nama penyakit yang rentan menular pada bayi ini disebut. Jika terjadi, gangguan kesehatan ini bisa mengancam jiwa bayi, karena berdampak pada terjadinya cacat seumur hidup.

Bakteri jenis Treponema pallidum adalah penyebab dari terjadinya infeksi sifilis. Jika ibu yang sedang hamil mengalaminya, maka besar kemungkinan janin di kandungan juga terinfeksi. Penularannya terjadi melalui plasenta menuju ke janin.

Penyakit ini menyerang berbagai sistem organ janin yang masih berkembang di dalam rahim. Bagian organ yang bisa berdampak dari penyakit menular seksual ini adalah tulang, otak, dan sistem limfatik. Penularan bisa terjadi dengan cepat, terlebih jika ibu tidak segera mendapatkan penanganan ketika penyakit ini terdiagnosis di usia kehamilan trimester kedua.

Sifilis kongenital pada ibu hamil yang tidak segera diatasi memiliki risiko yang berbahaya, seperti bayi yang lahir prematur, memiliki berat badan rendah ketika lahir, keguguran, hingga bayi lahir mati. Hampir 40 persen bayi yang lahir dari ibu dengan sifilis yang tidak diobati, lahir mati atau meninggal akibat infeksi setelah lahir.

Mulanya, bayi akan lahir dalam keadaan sehat dan normal, meski sang ibu positif mengidap sifilis. Namun tak lama, gejala mulai muncul, seperti pembesaran pada liver, gangguan pada tulang, anemia, meningitis, munculnya ruam pada kulit, keluar cairan dari hidung, hingga lengan dan kaki yang tidak bisa digerakkan.

Sementara itu, gejala sifilis  yang dapat muncul pada balita dan anak seperti gangguan pada kornea mata yang menyebabkan kebutaan, gangguan tulang, pembengkakan pada persendian, terjadinya gangguan pendengaran yang mengakibatkan ketulian, hingga gangguan yang terjadi pada kulit di sekitar genital, anus, dan mulut.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan jumlah orang yang menderita penyakit sifilis mengalami peningkatan hampir 70 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2016-2022).

“Untuk penyakit sifilis saja, dalam kurun waktu lima tahun terakhir [2016-2022] terjadi peningkatan kasus sebesar hampir 70 persen,” kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam Konferensi Pers: Melindungi Anak dari Penularan Penyakit Seksual yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Ia mengatakan pada 2016 ada 12.000 kasus penyakit sifilis dan terus meningkat hampir mendekati 21.000  kasus pada tahun 2022.  Menurutnya, salah satu penyebab peningkatan kasus adanya perilaku seks berisiko yang dilakukan orang tua, misalnya melalui seks oral atau seks anal.

“Perilaku seks yang berisiko ini sangat mungkin untuk mencederai hak anak dan mengancam kelangsungan hidupnya karena bisa menimbulkan kecacatan,” kata Syahril.

Dalam data Kemenkes, perilaku seks yang berisiko itu kemudian membuka potensi ibu menularkan sifilis kepada anak mereka. Bahkan persentase terjadinya abortus, bayi lahir mati atau bayi mengalami sifilis kongenital akibat penularan mencapai 69 hingga 80 persen.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya