SOLOPOS.COM - Beberapa belangkon buatan warga di Kampung Potrojayan, Kelurahan/Kecamatan Serengan, Solo, ditata rapi di pinggir jalan kampung, Selasa (6/9/2022) siang. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Para perajin blangkon di Kampung Potrojayan, Kelurahan/Kecamatan Serengan, Solo, sempat vakum berproduksi karena terpukul pandemi Covid-19. Kini para perajin itu sudah aktif lagi bahkan sampai keteteran melayani pesanan.

Para perajin blangkon di Potrojayan mulai bermunculan sejak era 1960-an. Lambat laun, semakin banyak warga daerah itu yang menjadi perajin blangkon untuk memenuhi kebutuhan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hingga akhirnya pada 1989 kawasan tersebut ditetapkan sebagai Kampung Blangkon Kota Solo. Bisnis blangkon di kampung ini pasang surut. Ada kalanya penjualan sepi. Namun ada kalanya juga permintaan produksi blangkon meningkat.

Ketua Paguyuban Maju Utomo Kampung Blangkon Potrojayan, Ananta Karyana, 50, saat diwawancarai wartawan di rumahnya, Selasa (6/9/2022), mengatakan saat ini usaha blangkon sudah semakin baik dibandingkan sebelum-sebelumnya.

Bahkan, menurutnya, para perajin belum mampu memenuhi pesanan blangkon dari berbagai kota besar di Tanah Air, seperti Surabaya, Jogja, Jakarta, Semarang, hingga Medan. Saat ini ada 35 perajin aktif di Kampung Blangkon.

Baca Juga: Festival Blangkon Solo Siap Digeber, Ada Atraksi Budaya dan Tiktok Challenge

Ananta mencontohkan pesanan di tempatnya yang sampai 200 blangkon per hari. Tapi karena keterbatasan tenaga atau pekerja dan modal, dia hanya mampu memenuhi 100 blangkon per hari. Itu pun dia sudah mempekerjakan lima orang.

Saking banyaknya pesanan, menurut Ananta, hampir tidak ada perajin di Kampung Blangkon Solo yang melayani penjualan secara online. Sebab untuk berjualan online, seorang perajin harus mempunyai stok blangkon di rumah agar sewaktu-waktu ada yang order barang sudah siap.

Tak Mampu Jual Online

“Kami melayani pemesanan saja sudah keteteran, terkadang tak mampu. Sedangkan kalau jual online kan harus punya stok. Padahal kami ndak punya stok barang. Yang punya stok dan jualan online ya orang-orang yang pesan ke kami,” katanya.

Baca Juga: Produksi Rumahan! Blangkon Bayat Klaten Dipasarkan hingga Makasar

Ananta mengatakan saat ini sudah sulit untuk mencari tenaga atau pegawai baru. Sebab pekerjaan yang digeluti mengutamakan ketekunan dan keterampilan dan tidak semua orang bisa mengerjakannya. Persoalan lainnya yaitu modal.

Untuk memenuhi semua pesanan dibutuhkan modal lebih. Sayangnya tidak bisa perajin di Kampung Blangkon Solo itu memiliki modal tersebut. “Jadi antara yang kami produksi dan jumlah pesanan lebih banyak pesanan. Kami belum bisa penuhi semua,” imbuhnya.

Ananta mengatakan para perajin blangkon di Potrojayan membuat semua jenis atau macam blangkon. Mulai dari blangkon khas Jogja, Semarang, Jawa Timur (Jatim), Ponorogo, Sunda, Betawi, maupun Solo.

Baca Juga: Wali Kota Solo Rudy Dapat Kenang-Kenangan Belangkon Hitam Dari Habib Hasan

“Tergantung pesanan, semua blangkon kami bisa. Itu yang jadi keunggulan kami di Kampung Blangkon Potrojayan. Kami sempat terpukul saat pandemi Covid-19, tiga hingga lima bulan berhenti. Tapi sekarang sudah normal kembali,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya