SOLOPOS.COM - Sebuah manuskrip kuno peninggalan Kiai Hamdi ditemukan di Masjid Mujahidin Kaligunting, Desa Kedawung, Mondokan, Sragen, Rabu (29/3/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Takmir Masjid Mujahidin di Dukuh Kaligunting, Desa Kedawung, Kecamatan Mondokan, Sragen, menemukan manuskrip kuno yang diperkirakan ditulis pada 1878 Masehi atau 1299 Hijriyah. Manuskrip Arab gundul itu diduga ditulis Kiai Hamdi saat masih mengaji Kiai Abdul Jalal I di Masjid Jogopaten, Desa Jetiskarangpung, Kalijambe, Sragen.

Kitab itu berukuran panjang 30 cm dan lebar sekitar 25 cm dengan ketebalan 630-an halaman. Bahan manuskrip itu bukan dari kertas atau deluwang tetapi dari kulit sapi yang cukup tipis. Tulisannya menggunakan tintas hitam dan tinta merah.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pengurus Masjid Mujahidin, Puji Hastomo, saat berbincang dengan wartawan, Rabu (29/3/2023), mengungkapkan dulu ada tiga kitab di masjid ini. Tetapi baru satu kitab manuskrip yang ditemukan pada 2022 lalu. Tomi, sapaan akrabnya, menemukan kitab itu lewat mimpi.

“Setelah bermimpi itu, keesokan harinya bertemu dengan teman yang sekarang tinggal di luar Jawa dan kebetulan pulang ke Mondokan. Kemudian saya tanyakan soal kitab Masjid Mujahidin. Ia memberitahu kalau kitab itu disimpan. Dia kembali ke luar Jawa dan pulang hanya khusus menyerahkan kitab itu dan kembali lagi ke luar Jawa,“ ujarnya.

Sebagian halaman kitab ini sudah rusak. Tomi menyebut lembaran yang masih tersisa ada 630-an lembar. Setelah mempelajari isi kitab itu, Tomi menyatakan kitab itu adalah Kitab Tauhid Umm Al-Barahin yang berisi tauhid, fikih, dan hizib untuk ilmu kanuragan.

Menurutnya kitab ini ditulis Kiai Hamdi yang juga cucu dari K.H. Mochammad Qorib dan masih cucu keponakan dari Kiai Abdul Jalal 1 yang memiliki nama kecil Bagus Turmudi. Kiai Qorib itu, kata dia, merupakan kakak dari Kiai Abdul Jalal.

Sejarah Masjid Mujahidin

Masjid Mujahidin dulunya dibangun oleh Kiai Qorib sekitar 1818 atau 30 tahun setelah Masjid Jogopaten didirikan pada 1788. Lalu masjid dan pondok pesantren di Mondokan ini dilanjutkan oleh Kiai Hamdi hingga meninggal dan dimakamkan kecamatan yang sama. Sementara Kiai Qorib dimakamkan di Kaliyoso, Kalijambe, Sragen.

“Dua kitab lainnya belum diketahui keberadaannya. Saya menduga manuskrip yang ditemukan di Pelemgadung, Karangmalang, Sragen, itu kemungkinan ada hubungan dengan kitab yang ditulis Mbah Hamdi ini,“ katanya.

Tomi menerangkan kitab ini sempat didigitalisasi oleh para pemuda Mondokan yang difasilitasi Camat Mondokan, Agus Endarto. Dia menerangkan kitab ini hilang pada 1989 dan baru ditemukan kembali pada 2022 atau setelah 33 tahun.

Dengan ditemukannya kitab itu, Tomi menginisiasi adanya Salat Tarawih kembali ke 23 rakaat karena sebelumnya 11 rakaat. “Kitab ini jelas isinya ajaran mazhab Syafi’iyah. Dulu di sekitar masjid ini ada pondok pesantrennya, sekarang sudah tidak ada. Bapak saya merupakan salah satu santrinya. Santri yang masih hidup tinggal Mbah Darto yang usianya sudah 82 tahun,“ ujarnya.

Camat Mondokan, Agus Endarto, mengatakan manuskrip yang ditemukan di Masjid Mujahidin itu sudah berumur di atas 100 tahun. Dia melihat keberadaan kitab itu menjadi bukti adanya pembentukan akhlak mulia di Mondokan.

“Dulu memang ada para pemuda Mondokan yang mendigitalisasi manuskrip itu. Sekarang disimpan di masjid.  Digitalisasi itu sebagai pelestarian mengingat lembaran kitab itu banyak yang rusak. Digitalisasi dilakukan pada September 2022 lalu dengan metode sederhana,“ katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya