SOLOPOS.COM - Pintu gerbang SDN 1 Gesi Sragen, Senin (29/5/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Di Sragen, ada sekolah yang usianya jauh lebih tua daripada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sekolah tersebut adalah SDN 1 Gesi. Sekolah yang terletak di selatan Kantor Kecamatan Gesi, Sragen, ini usianya sudah 113 tahun. Siswa pertama diketahui masuk pada 1 Agustus 1910.

Data siswa angkatan pertama di sekolah itu tersimpan dengan baik dalam buku induk siswa atau Stamboek van de Leerlingen van de Gouvernements Inlandsche School te District Gesi  Residen Soerakarta Afdeling Sragen 1910.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Bangunan SDN 1 Gesi itu hingga kini masih digunakan untuk aktivitas belajar mengajar untuk 182 siswa. Masih ada empat lokal yang masih asli bangunan lama dan masih digunakan untuk belajar Kelas I-IV. Bangunan lama itu berdaun pintu setinggi hampir 3 meter dan dinding bagian atas masih berupa jaring besi setinggi hampir 2 meter. Kayu-kayu yang digunakan masih asli dan utuh.

Seorang guru Kelas II, Rudik Ismanto, menunjukkan kepada Solopos.com bangunan tua itu. Rudik yang juga alumnus SDN 1 Gesi itu masih ingat saat masih sekolah dulu ada dua lokal [ruang] lama di bagian selatan halaman sekolah. Akan tetapi sekarang sudah berubah bentuk dan modelnya.

“Bangunan lama yang tersisa tinggal empat lokal. Dulu kursi dan mejanya masih jadi satu. Sekarang sudah pakai mebeler zaman sekarang,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (29/5/2023).

Berdasarkan arsip, Rudik mengatakan akta pendirian sekolah baru keluar pada 1 Januari 1970. Usia sekolah akan jauh lebih tua kalau mengacu pada arsip buku induk siswa pertama keluaran 1910. Buku induk tua itu masih tersimpan rapi di lemari besi. Saat ditunjukkan kepada Solopos.com, buku itu masih utuh dengan tulisan tangan. Kerasnya lebih tebal ketimbang kertas saat ini dengan warga kecokelatan.

sekolah tertua di sragen
Seorang guru membuka lemari bersi berisi arsip buku induk siswa keluaran 1910 di Kantor Guru SDN 1 Gesi, Sragen, Senin (29/5/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Anak Pejabat

Tulisannya pun masih jelas terbaca, seperti saat Rudik membaca nama-nama siswa yang ada di buku induk itu. Dia menunjukkan semua siswa yang tercatat merupakan anak dari orang-orang yang berpengaruh dan memiliki pangkat.

Salah satu siswa angkatan pertama SDN 1 Gesi itu adalah Raden Soeralikah dan adiknya, Raden Soejadi, yang masuk pada 1 Agustus 1910. Kedua siswa itu putra Panewu Gesi, Mas Ngabei Tjitradikrama.

“Ada juga Mas Sadjiran dan Mas Soepardi, putra seorang Carik Panewu Gesi Mas Sastra Prawira. Keterangan siswa ada yang pindah, bekerja, dan bersetifikat [berijazah]. Seperti Soedarto masuk 1 Agustus 1910 lulus 1 September 1915 dengan status bekerja,” ujarnya.

Rudik menghitung jumlah siswa di satu daftar siswa itu sebanyak 287 orang yang tercatat masuk sejak 1910 hingga 1914. Jumlah siswa pada 1910 ada 140 orang, siswa yang masuk pada 1911 ada 25 orang, siswa yang masuk pada 1912 ada 50 siswa, siswa yang masuk di 1913 ada 45 siswa, dan siswa yang masuk 1914 ada 107 siswa.

Dia menerangkan orang tua para siswa itu memiliki jabatan di wilayah Gesi karena dulunya Kantor Kecamatan Gesi sekarang merupakan kantor kawedanan. Dari keterangan sesepuh Radik, SDN 1 Gesi merupakan satu-satunya SD di Kawedanan Gesi. Putra Bekel Tanggan Wirjodikromo juga sekolah di SDN 1 Gesi.

“Para bekel lainnya yang putranya sekolah di SDN 1 Gesi di antaranya Bekel Pinggir [Tanggan] Imam Mas Dapa, Bekel Prampelan Djosentana, Bekel Wahyu [Blangu] Sarejo, Bekel Brangkal [Tanggan] Inom Sari, Bekel Jumbleng [Slendro] Kronosentana, Modin Gesi Muhammad Yasir, hingga putra-putra para Kadjineman Panewu Gesi,” jelasnya.

Bangunan lama SDN 1 Gesi dianggap pemerintah sebagai bangunan cagar budaya (BCB) meskipun sampai sekarang belum ada surat keterangan yang disampaikan ke sekolah. Dengan status BCB, rehab gedung tidak boleh dilakukan sembarangan, karena dilarang mengubah bentuk dan modelnya. “Yang direhab hanya atapnya dan sekat yang awalnya dari tripleks diganti tembok,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya