SOLOPOS.COM - Ilustrasi SDN. (dok)

Solopos.com, KARANGANYAR — Wacana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar menggabungkan (regrouping) sekolah dasar (SD) menuai sejumlah penolakan.

Penolakan datang baik dari kalangan komite sekolah hingga tenaga pendidik calon SD yang bakal digabung. Hingga kini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Karanganyar terus menyosialisasikan rencana regrouping.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Disdikbud Karanganyar, Yopi Eko Jatiwibowo, mengungkapkan penolakan muncul karena mereka dinilai belum memahami tujuan regrouping tersebut. Contoh kasus seperti wacana regrouping SD Negeri Malangjiwan 1 yang menuai penolakan dari warga sekolah tersebut.

Padahal Pemkab berencana menggabungkan SD itu karena mempertimbangkan sisi geografis dan aspek kenyamanan keamanan sekolah. Sesuai rencana SD Malangjiwan 1 akan digabung ke SD Malangjiwan 5.

“Lokasi sekolahnya [SD Malangjiwan 5] ada di tengah kampung dan halamannya juga luas. Dekat masjid juga. Beda lokasi SD Malangjiwan 1 sekarang di pinggir jalan raya, dan lahannya sempit,” ungkap Yopi kepada Solopos.com, Rabu (16/11/2022).

Baca Juga: Minim Siswa, SMP Negeri di Jumapolo-Jatipuro Karanganyar bakal Digabung

Yopi mengatakan penggabungan SD Malangjiwan 1 ke Malangjiwan 5 lebih mempertimbangkan aspek keselamatan dan keamanan. Nantinya penggabungan SD tersebut tetap dengan label SD Malangjiwan 1. Hanya lokasi sekolah yang dipindahkan. Termasuk guru dan kepala sekolah juga akan digabung.

Kasus serupa juga di SD Kalisoro 1, yang letaknya berada di pinggir jalan raya Tawangmangu. Pemkab berencana memindahkan SD tersebut ke Kalisoro 2. Namun label yang digunakan tetap SD Kalisoro 1. “Jadi tidak perlu khawatir. Toh ini untuk pengembangan sekolah itu sendiri,” katanya.

Disdikbud, lanjut Yopi, terus menyosialisasikan rencana regrouping tersebut. Termasuk menginventarisasi sekolah yang akan digabung. Merujuk data, ada 94 sekolah dari total 550 SD di Karanganyar yang diusulkan digabung. Sekolah ini masih akan diverifikasi ulang.

“Masih kita screening lagi. Data terakhir sih ada 44 SD yang deal digabung. Tapi ini juga masih didata lagi,” katanya.

Baca Juga: Minim Siswa, Jumlah SDN di Karanganyar Bakal Dipangkas Banyak

Yopi mengatakan regrouping sekolah diseleksi berdasarkan letak geografis, kepadatan penduduk sekitar, dan menghitung potensi jumlah siswa TK di lokasi yang hendak masuk SD. Dikatakannya, regrouping tersebut baru akan direalisasikan saat tahun ajaran baru (TAB) 2023/2024 mendatang. Hal ini menyesuaikan penganggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Bupati Karanganyar Juliyatmono sebelumnya mengatakan puluhan SD negeri di Karanganyar akan di-regrouping, karena kekurangan murid.

Jumlah murid di sekolah yang akan digabung, rata-rata tak lebih dari 10 orang per kelas. Bahkan ada yang satu kelas hanya berisi 5 siswa. Wacana regrouping itu agar aturan minimal jumlah siswa di satu sekolah terpenuhi.

“Selain itu, kalau muridnya sedikit, kasihan juga. Secara psikologis, mau belajar malah jadi tidak semangat, karena temannya sedikit,” katanya.

Baca Juga: Nasib SD Negeri Bermurid Minim di Karanganyar di Ambang Regrouping

Sekolah yang muridnya minim, menurutnya, berada di satu lingkungan dengan sekolah lain. Sehingga memungkinkan untuk digabungkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya