SOLOPOS.COM - Aktivitas perdagangan di Pasar Burung dan Ikan Hias Depok, Solo, masih sepi, Minggu (1/8/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kematian ratusan burung berkicau berbagai jenis yang dikirim dari Bali ke Pasar Burung Depok, Banjarsari, Solo, Selasa (22/2/2022) siang, dipastikan bukan dikarenakan penyakit atau virus yang berbahaya.

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Burung Depok Solo, Suwarjono, saat diwawancarai wartawan, Jumat (25/2/2022), di Solo. Menurut dia, muncul kekhawatiran dari para pelanggan Pasar Burung Depok terkait penyebab kematian burung-burung itu, setelah mencuat di media massa dan media sosial.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Untuk itu Suwarjono merasa perlu untuk menegaskan penyebab kematian ratusan burung tersebut. “Kematian ini bukan karena penyakit, tapi karena faktor pengiriman yang telat atau terlalu lama di perjalanan,” terang dia. Dikarenakan waktu pengiriman yang terlalu lama, lanjut dia, burung-burung tersebut kehabisan makanan-minuman.

Baca juga: Aneh! Ratusan Burung Tiba di Pasar Depok Solo Dalam Kondisi Mati

Hal itu menurut Suwarjono diketahui dari sudah matinya burung-burung tersebut setiba di Pasar Burung Depok. “Asupan makanan dan minuman habis, lah itu yang mengakibatkan matinya burung di jalan. Karena setelah sampai dan dibongkar di pasar kan burung-burung tersebut sudah mati semua,” sambung dia.

Tempat Kurang Memadai

Berdasarkan pengalaman selama ini, untuk pengiriman burung dari Bali ke Solo biasanya tak lebih dari satu hari. “Kalau dari Bali biasanya sebelum 24 jam sudah sampai. Paling enggak kalau dari sana sore, pagi sudah sampai. Tapi kemarin itu terlambat di perjalanan, mungkin ada macet atau kendala lain di jalan,” ungkap dia.

Sebab informasi yang diperoleh Suwarjono waktu pengiriman burung-burung itu sampai dua hari. Selain karena kehabisan makanan dan minuman, Suwarjono menilai tempat yang digunakan untuk burung-burung itu terlalu sempit atau kurang memadai. Hal itu membuat ruang gerak burung menjadi sangat terbatas.

Baca juga: Pengiriman Terlalu Lama, Ratusan Ekor Burung Mati di Pasar Depok Solo

“Pihak pengirim juga tempatnya tidak memadai. Misalnya kapasitas untuk 20 burung dikasih 40 burung. Lah itu loh, akhirnya burung-burung itu mati,” kata dia.

Suwarjono menerangkan untuk pengiriman burung menggunakan bus lebih cepat. Tapi sayangnya pengiriman dengan bus tak bisa memuat banyak burung. Sehingga ketika burung yang akan dikirim banyak, biasanya para pedagang burung menggunakan kendaraan mobil boks atau truk.

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, 400an burung berkicau kiriman dari Bali tiba di Pasar Depok Solo dalam kondisi mati. Akibatnya pedagang pemesan burung merugi jutaan rupiah.

Baca juga: Taman Balekambang Solo Gelar Lomba Burung, Peserta dari Berbagai Daerah

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya