SOLOPOS.COM - Puluhan mahasiswa menggelar aksi di depan Gedung DPRD Grobogan Jl. Bhayangkara, Purwodadi, Senin (11/4/2022). (Solopos/Arif Fajar S)

Solopos.com, PURWODADI — Puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang tergabung dalam PMII Grobogan menggelar aksi di depan Gedung DPRD Grobogan, Jl. Bhayangkara, Purwodadi, Senin (11/4/2022) siang.

Tak lupa mereka membentangkan kertas bertuliskan protes mengenai kondisi dan kebijakan pemerintah saat ini. Mereka pun menuangkan protes atas kebijakan yang mereka anggap memberatkan rakyat dengan cara kreatif.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Tak hanya membawa poster bertuliskan nada protes, mereka pun sambil mengibarkan bendera organisasi menyanyikan lagu dan yel-yel. Lagu yang mereka nyanyikan adalah, “Potong Bebek Angsa” tentu lagu ini liriknya sudah diubah.

Baca juga: Kronologi Dosen UI Ade Armando Dikeroyok Massa di Depan Gedung DPR

Poster yang dibawa sejumlah mahasiswa pun terkesan galau namun tetap kreatif, seperti, “Tal Kira Sayangku Sing Ruwet, Jebul Pemerintah Barang” [Tak kira sayangku yang ruwet, ternyata pemerintah juga].

Ada juga, “Harga PPN Naik, Kaum LDR semakin Panik”, “Jangan Matikan Keadilan, Matikan Saja Mantanku”. Kemudian, “Harga minyak naik, PPN naik, BBM naik, semua naik, lha terus piye nasibe rakyat” dan “Mahasiswa yang bolos, DPR yang bodoh”.

Tak lupa dari atas mobil berpengeras suara, mahasiswa bergantian berorasi. “Hari demi hari, waktu demi waktu, pemerintah semakin menunjukkan ketidakmampuannya mengelola negara,” kata Wachid, salah satu mahasiswa yang berorasi.

Baca juga: Bejat!, Selama 19 Tahun Seorang Ayah di Grobogan Cabuli 2 Anak Tirinya

Orasi Wachid pun disambut dengan yel-yel dari peserta aksi. Mereka pun menyanyikan lagu, “Potong Bebek Angsa” yang lirinya sudah diubah menjadi, “Potong bebek angsa, angsa di kuali. Gagal mimpin bangsa, minta tambah lagi. Bohong ke sana, bohong ke sini. Lalalala lala lala lala…”

Mahasiswa lainnya, Umar dalam orasinya mengatakan, sejatinya negara ini belum benar-benar merdeka. Sebab, untuk menyatakan pendapat di muka umum saja mesti mengirim surat ke pihak tertentu.

“Katanya merdeka, mau ngomong saja harus mengirim surat. Katanya merdeka, tapi ketika sakit harus iuran dulu. Bukankah pendidikan dan kesehatan itu tanggungjawab pemerintah,” teriaknya.

Aksi mahasiswa yang mendapat pengawalan dari apart kepolisin berlangsung damai. Mereka kemudian membubarkan diri dengan tertib setelah ditemui perwakilan pimpinan DPRD. Yakni Wakil DPRD Grobogan Sugeng Prasetyo dan Mochamad Fatah serta Ketua Komisi A Musyafak.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya