SOLOPOS.COM - Syaiful Bachri saat berseragam Persis Solo. (istimewa)

Solopos.com, SOLO – Legenda Persis Solo era tahun 2006, Syaiful Bachri, merasa bangga saat Persis Solo kembali promosi ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia tahun ini. Kembalinya Persis Solo ke Liga 1 mengingatkan kenangannya saat sukses membawa Persis Solo promosi pada 2006 lalu.

Namun Persis Solo kalah di partai puncak melawan Persebaya dengan skor 0-2 di Stadion Brawijaya, Kediri, pada 16 Agustus 2006 lalu.

Promosi Semarang (Kaline) Banjir, Saat Alam Mulai Bosan Bersahabat

“Sudah seharusnya Persis Solo juara di musim ini. Dengan komposisi pemain dan manajemen yang luar biasa, memang seharusnya Persis Solo juara, bukan runner up,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga: Wakil Jateng di Liga 3 Tersisa Persipa Pati

Pada 2006 lalu, penjaga gawang Persis Solo saat itu yakni Wahyu Tri Nugroho. Saat Persis Solo promosi ke Liga 1, penjaga gawang Persis Solo pun masih Wahyu Tri Nugroho.

“Saya ingat betul, Wahyu Tri Nugroho saat itu memanggil saya Mas, sekarang sudah biasa saja. Dia masih muda dan kini bisa membawa kembali Persis Solo,” imbuh dia.

“Kalau saat itu Persis Solo sangat harmonis, para pemain dan ofisial seluruhnya dekat semua. Tidak ada sekat antarpemain dan pelatih,” kata dia.

Di era itu, Greg Nwokolo menjadi pemain asing yang sangat dikenal oleh publik Solo. Sebelum di Persis Solo, Greg sudah beberapa kali membela klub-klub di Indonesia. Namun di Persis Solo nama Greg menjadi sangat terkenal.

“Sebelum di Solo, Greg sudah bermain sangat bagus di PSIS maupun di PSMS. Saat di Solo Greg semakin terkenal,” kata dia.

Perjalanan Karier

Syaiful bercerita pada 2003 atau saat masih SMA, dia sudah bergabung ke skuad Persis Solo di Divisi II. Setelah lulus, lelaki asal Sukoharjo itu hijrah ke tim internal Persebaya Surabaya. Baru pada 2006, Syaiful kembali bergabung dengan tim yang dia cita-citakan saat Persis Solo.

Dia mengaku sangat terkesan saat bisa membawa Persis Solo ke Divisi Utama. Apalagi Persis Solo sudah terlalu lama tidak bermain di kasta tertinggi. Meskipun saat sudah di Divisi Utama, Persis Solo gagal melaju ke ISL.

“Waktu seleksi Persis Solo saya berangkat dari Surabaya, pagi saya ikut seleksi malam langsung kontrak. Jelas bermain di Persis Solo itu kebanggan,” kata pria kelahiran Sukoharjo 9 Agustus 1984 itu.

Baca Juga: Pengamat Sepak Bola: Indonesia Darurat Wasit!

Dua tahun setelahnya, Syaiful hengkang dari Persis Solo ke PSIR rembang, Persikubar, dan pensiun di Perseba Bangkalan karena cedera lutut pada 2014. Syaiful bercerita cedera lutut yang diderita membuatnya harus pensiun lebih cepat. Padahal sebelum memutuskan gantung sepatu, Pusamania Borneo FC sudah menawarinya bergabung. Namun dia memilih untuk tidak mengambil tawaran itu karena menderita cedera sangat parah.

“Saya buat jalan saja sakit, saat itu Pusamania Borneo sedang moncer. Akhirnya Pusamania Borneo juga naik ke kasta tertinggi,” imbuh dia.

Seusai pensiun, Syaiful langsung menjadi pelatih beberapa tim lokal Soloraya. Syafiul pernah menjadi asisten pelatih Persebi Boyolali dan pelatih Persika Karanganyar junior pada 2018 lalu. Pelatih berlisensi C itu saat ini melatih sekolah sepak bola (SSB) Zettle Meyer. Dia sudah memiliki target pribadi untuk terus belajar dan tetap menjalankan hidup di dunia sepak bola.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya