SOLOPOS.COM - Tangkapan layar Google Doodle, RA Lasminingrat, Rabu (29/2/2023)

Solopos.com, SOLO–Profil Lasminingrat. Satu lagi tokoh nasional yang menghiasi Google Doodle.

Hari ini, Rabu (29/3/2023), Google Doodle menampilkan Raden Ayu (R.A) Lasminingrat. Doodle itu untuk memperingati ulang tahun ke-169 tokoh perempuan nasional dari Garut, Jawa Barat itu.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Ya, hari ini pada 169 tahun lalu, Lasminingrat lahir. Sebelumnya, tokoh nasional yang menjadi Google Doodle adalah Sapardi Djoko Damono, pujangga asal Solo.

Lalu siapakah dia? Berikut ulasan tentang profil Lasminingrat.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut beberapa kali mengusulkan Lasminingrat menjadi pahlawan nasional. Kali terakhir Pemkab Garut mengusulkan pada Juni 2021.

Saat itu, Bupati Garut Rudy Gunawan menyebut Lasminingrat mempunyai jasa yang besar terhadap kehidupan, terutama kaum wanita Kabupaten Garut dalam bidang pendidikan.

Lasminingrat diusulkan ke pemerintah pusat sebagai pahlawan nasional melalui Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Garut.

Sebelumnya, Pemkab Garut pernah mengusulkan Lasminingrat sebagai pahlawan nasional pada 2007. Namun pada 29 Desember 2010 Kementerian Sosial (Kemensos) menunda proses karena ada beberapa data yang harus dilengkapi oleh Pemkab.

Lasminingrat memiliki profil dan catatan cemerlang. Dikutip dari laman jogjaprov.go.id, Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada 1843.

Dia merupakan putri seorang ulama/kiai, penghulu Limbangan dan sastrawan sunda, Raden Haji Muhamad Musa. Dia memiliki istri bernama Raden Ayu Ria, ibu dari Lasmingrat.

Lasmi juga merupakan istri kedua dari Rd. Adipati Aria Wiratanudatar VII, Bupati Garut. Wafat pada 10 April 1948 dalam usia 105. Jenazahnya dimakamkan di belakang Masjid Agung Garut, berdampingan dengan makam suaminya.

Lasminingrat memiliki kecerdasan luar biasa, mendapat pendidikan di sekolah Belanda di daerah Sumedang. Selama di Sumedang, Lasminingrat diasuh oleh teman Belanda ayahnya, Levyson Norman.

Karena didikan Norman, Lasminingrat tercatat sebagai perempuan pribumi satu-satunya yang mahir dalam menulis dan berbahasa Belanda pada masanya.

Profil Lasminingrat, dia mengawali perjuangan dari dunia kepenulisan. Salah satu buah tangannya dengan menerbitkan buku Carita Erman yang merupakan terjemahan dari Christoph von Schmid.

Karyanya yang lain adalah Warnasari atawa Roepa-roepa Dongeng. Kedua karyanya tersebut telah menjadi salah satu buku pelajaran bukan saja di Garut, tetapi tersebar hingga daerah luar Jawa yang diterjemahkan dalam bahasa Melayu.

Profil Lasminingrat, etelah menikah dengan Bupati perhatiannya beralih ke bidang pendidikan, khususnya pendidikan untuk perempuan, yang diwujudkan dengan mendirikan Sekolah Kautamaan Puteri pada 1911 setelah berhasil mendukung usaha Dewi Sartika mendirikan Sakola Kautamaan Putri.

Dalam usia ke-32 tahun dalam kesibukannya sebagai isteri kedua Bupati, Lasminingrat berhasil menyadurkan banyak cerita karya Grimm yang popular di Eropa.

Tujuan penyadurannya itu tidak lain agar kaumnya dapat membaca karya-karya penulis Eropa tersebut dan kaum perempuan Sunda dapat mengambil hikmahnya.

Kumpulan sadurannya itu kemudian diterbitkan kali pertama pada 1875 oleh percetakan milik pemerintah, Landsdrukkerji dengan judul Tjarita Erman.

Pada tahun berikutnya atau 1876, terbit karyanya yang kedua yang diberi judul Warnasari atawa Roepa-roepa Dongengpun terbit.

Profil Lasminingrat, pada 1875 saat Lasminingrat berkarya, tokoh wanita seperti R.A. Kartini, Raden Dewi Sartika, dan Rahman El-Yunusiyah, yang telah diangkat oleh pemerintah sebagai pahlawan nasional dapat dikatakan semua belum lahir.

Kartini lahir tahun 1879, El-Yunusiyah lahir tahun 1900, dan Dewi Sartika lahir tahun 1884. Namun, Lasmingrat praktis tidak pernah terdengar.

Namanya tidak pernah disebut, baik dalam sejarah pergerakan kaum perempuan atau wanita maupun dalam sejarah nasional Indonesia.

Namanya tenggelam di bawah nama ketiga tokoh tersebut, bahkan kalah tenar dengan tokoh wanita-wanita lainnya yang muncul setelah ketiga tokoh tadi.



Namun ternyata karyanya tidak ikut tenggelam, berupa tulisannya yang masih banyak ditemukan sebagai buku bacaan di Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar di Jawa Barat.

Profil Lasminingrat, jejaknya juga masih dapat dilihat dari sekolah hasil perjuangannya, yang kini masih berdiri di salah satu sudut daerah Garut.

Bangunan sekolah itu oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat telah ditetapkan sebagai salah satu bangunan yang dilindungi atau benda cagar budaya (BCB).

Demikian profil Lasminingrat yang dapat dijadikan pengetahuan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya