SOLOPOS.COM - Sapardi Djoko Damono. (Twitter)

Solopos.com, JAKARTA–Hari ini, Senin (20/3/2023), penyair Sapardi Djoko Damono berulang tahun ke-83. Google merayakan mendiang pujangga asal Solo itu dengan membuat ilustrasi sosok Sapardi Djoko Damono sebagai doodle.

Sapardi meninggal dunia pada 19 Juli 2020 lalu. Meski telah meninggal dunia, tetapi sosoknya selalu melekat di ingatan para penikmat sastra dan masyarakat umum.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Nama Sapardi Djoko Damono abadi melalui karya-karyanya yang selalu mendapatkan tempat di hati para pencinta puisi.

Berpulangnya sosok Sapardi Djoko Damono meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Tak hanya di kalangan sastrawan atau seniman, nama dan karya Sapardi juga sangat dikenal di kalangan generasi muda Indonesia.

Dia dikenal melalui karyanya. Salah satu karyanya yang paling best seller dan sudah berulang kali dicetak adalah puisi dan novel berjudul Hujan Bulan Juni.

Pada ulang tahun ke-83 Sapardi Djoko Damono ini tidak ada salahnya mengenang karya-karyanya kembali. Berikut beberapa puisi karya Sapardi yang fenomenal.

1. Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni.

Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni.

Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni.

Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.

 

2. Sementara Kita Saling Berbisik (1966)

Sementara kita saling berbisik untuk tinggal lebih lama lagi pada debu.

Cinta yang tinggal berupa bunga kertas dan lintasan angka-angka ketika kita saling berbisik, di luar semakin sengit malam hari memadamkan bekas-bekas telapak kaki.

Menyekap sisa-sisa unggun api sebelum fajar.

Ada yang masih bersikeras abadi

 

3. Aku Ingin (1989)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

 



4. Yang Fana Adalah Waktu (1989)

Yang fana adalah waktu.

Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.

Kita abadi.

 

5. Pada Suatu Hari Nanti

Pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi.

Tapi dalam bait-bait sajak ini, kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti, suaraku tak terdengar lagi.

Tapi di antara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati.

Pada suatu hari nanti Impianku pun tak dikenal lagi.

Namun di sela-sela huruf sajak ini, kau tak akan letih-letihnya kucari.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Ada Sapardi Djoko Damono di Google Doodle Hari Ini, Cek 10 Puisi Sang Pujangga Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya