SOLOPOS.COM - PPL Bedoro bersama petani di Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, mengambil sampel tanaman padi yang gagal tumbuh untuk mengecek kondisi akarnya dan ternyata memang kecokelatan, Rabu (21/9/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Penurunan produktivitas tanaman padi rupanya masih menjadi masalah yang belum terpecahkan solusinya di Kabupaten Sragen. Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sragen mendapati hasil panen gabah kering panen secara global di Bumi Sukowati mengalami penurunan 30%-40%.

Ketua KTNA Sragen, Suratno, mengatakan penyebab utama dari penurunan produktivitas ini karena tanaman padi terkena penyakit rumput kerdil. Penurunan produktivitas hasil pertanian ini bisa dilihat ketika padi berusia 20-30 hari. Tinggi tanaman padi tidak normal, yaitu lebih pendek 50% daripada yang seharusnya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ia mengatakan tinggi tanaman padi yang terkena rumput kerdil dengan rentang umur 20-30 hari hanya setinggi satu botol air mineral, yaitu sekitar 20 centimeter. Harusnya dua kali lebih tinggi.

“Kasus paling baru yaitu salah satu petani di Kecamatan Karangmalang dengan luas lahan 3.000 meter persegi total penjualan panen gabahnya hanya laku Rp1 juta. Sebelumnya di Kecamatan Gondang, dengan luas lahan sama, mendapatkan total penjualan Rp3-4 juta,” terang Suratno dihubungi Solopos.com, pada Jumat (4/11/2022).

Baca Juga: KTNA Sragen Gandeng Djarum Beri Subsidi Pupuk Organik Bagi Petani

Angka tersebut jelas tidak normal. Pasalnya, dengan luas lahan yang sama ia bisa menjual hasil panennya hingga Rp10 juta. Menurunnya produktivitas padi dialami oleh banyak petani di Sragen meski tak semua.

“Masalah utamanya adalah penyebab kerdil ini belum bisa diketahui sehingga belum tahu solusinya bagaimana. Saya berupaya untuk mengandeng pihak UNS [Universitas Sebelas Maret Solo] dan UNISRI (Universitas Slamet Riyadi] Solo agar diteliti,” terangnya.

Ia menduga hal ini terjadi dari empat masalah. Pertama penggunaan pupuk yang tidak berimbang atau pestisida yang terlalu berlebihan.

“Atau tanah yang tidak pernah istirahat karena ditanami terus menerus, atau karena kandungan dalam tanah itu sendiri juga bisa [jadi penyebab],” tambahnya.

Baca Juga: Kementan Didesak Turun Tangan Atasi Masalah Pertanian di Sragen

Sepanjang puluhan tahun ia menjadi petani, baru kali ini Suratno merasakan penurunan produksi hasil panen ini yang signifikan seperti sekarang. “Kandungan PH dalam tanah sekarang di bawah lima, harusnya lebih dari enam angkanya,” ujar Suratno.

Ia berharap harus ada solusi terkait permasalahan ini, dan harus secepatnya karena memasuki musim tanam. Untuk harga gabah saat ini menurutnya tidak ada masalah, yaitu dari rentang harga Rp5.200-Rp5.400/kg. Yang menjadi persoalan adalah produktivitas hasil panen.

Berdasarkan catatan Solopos.com, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Sragen, Sudadi, menyebut secara kumulatif Januari-Mei 2022, luas tanaman padi di Sragen mencapai 42,682 hektare dengan produksi gabah sebanyak 288.314,5 ton. Sementara produktivitasnya 67,55 kuintal per hektare.

“Gabah tersebut dikonversi menjadi beras tinggal 63,2% atau sebanyak 182.214,76 ton beras. Bila konsumsi beras/kapita/tahun 88,6 kg per orang maka kebutuhan beras setahun sebanyak 36.312 ton, sehingga masih ada surplus sebanyak 145.902,02 ton,” jelas Sudadi pada Juli 2022 lalu.

Baca Juga: Tak Puas Jawaban LPHP, KTNA Sragen Adukan Turunnya Produksi Padi ke UNS

Sementara itu, mengacu lama litbang.pertanian.go.id, tanaman padi yang terserang virus kerdil rumput menunjukkan gejala penghambatan pertumbuhan, anakannya banyak. Selain itu daunnya menjadi pendek dan sempit. Kemudian tumbuhnya tegak serta berwarna hijau pucat atau kuning pucat. Seringkali pada daunnya terdapat bintik-bintik atau bercak coklat tua. Daunnya kadang-kadang tetap hijau jika diberi pupuk nitrogen yang cukup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya