SOLOPOS.COM - Achmad Purnomo, Teguh Prakosa, dan Gibran Rakabuming, sebelum fit and proper test di DPP PDIP, Senin (10/2/2020). (Antara)

Solopos.com, SOLO -- Pilkada Solo 2020 terbilang paling dinamis dibanding dengan pilkada-pilkada sebelumnya. Turunnya rekomendasi entah bagi Achmad Purnomo maupun Gibran Rakabuming Raka, menentukan langkah politik partai-partai lain dalam Pilkada 2020 nanti.

Pada Pilkada Solo 2005, Konvensi PDIP Kota Solo di Hotel Sahid Raya Solo, 23 Maret 2005, memunculkan nama pengusaha mebel Joko Widodo (Jokowi) dan FX Hadi Rudyatmo (Rudy) yang menjabat Ketua DPC PDIP Solo. Pasangan Jokowi-Rudy itu didukung 257 suara dari 367 pemegang hak suara yang hadir.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Keliling Solo Naik Chopper, Gibran Sebut Motor Jokowi Lembek

Sedangkan, kader PDIP sekaligus wali kota petahana, Slamet Suryanto yang berpasangan dengan Dirut PDAM Solo, Abimanyu, berada di urutan kedua dengan 57 suara. Selain itu, masih ada dua pasangan lain yakni Warsito-Fathoni (52 suara) dan Farid-Joko Trisno (5 suara). Rekomendasi DPP PDIP lalu turun kepada pasangan Jokowi-Rudy.

Sedangkan, Slamet Suryanto sendiri lalu maju melalui koalisi 14 partai kecil berpasangan dengan Ketua DPC Partai Damai Sejahtera (PDS), Hengky Nartosabdo. Atas ulahnya itu, DPP PDIP menjatuhkan sanksi kepada Slamet.

Gibran dan Purnomo Ditanya Puan Cara Mendekati Warga Solo, Siapa Pemenangnya?

Kontestasi itu dimenangkan Jokowi-Rudy dengan perolehan 36,62 persen. Lalu, di urutan kedua ada Purnomo-Istar (29,08 persen), Hardono-Dipokusumo (29 persen), dan Slamet Suryanto-Hengky Nartosabdo (5,29 persen). Kendati menang, suara Jokowi-Rudy masih di bawah jumlah suara rusak/golput 104.248 suara.

Berkaca pada kinerja Jokowi-Rudy lima tahun kemudian, rekomendasi DPP PDIP relatif berjalan mulus jatuh kepada paket Jokowi-Rudy jilid II sebagai kontestan Pilkada Solo 2010. Pasangan itu didukung oleh PAN, PKS, PDS, Partai Gerindra, PKB, PKPB, PKPI, dan PDP.

Pasangan petahana itu mendapat tantangan dari koalisi Partai Demokrat-Partai Golkar yang mengusung pasangan KP Eddy Wirabhumi-Supradi Kertamenawi. Hasilnya, Jokowi-Rudy menang telak 90,09 persen.

Fit and Proper Test di DPP PDIP, Gibran-Purnomo-Teguh Diberi Sambal Terasi

Pada 2012, Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI berpasangan dengan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Secara otomatis, Rudy menjadi Wali Kota Solo menggantikan Jokowi. Rudy lalu memilih Purnomo sebagai wakilnya sesama kader PDIP.

Pada Pilkada 2015, dalam penjaringan calon wali kota (Cawali) PDIP, baik Rudy maupun Purnomo sama-sama mendaftar sebagai cawali. Purnomo, kala itu, menyatakan akan tetap mendukung Rudy seandainya rekomendasi turun kepada Rudy.

Ternyata benar, rekomendasi PDIP jatuh kepada Rudy sebagai petahana. Purnomo yang semula enggan menjadi cawawali, akhirnya menerima untuk mendampingi Rudy.

Pengantin Wanita Nekat Tinggalkan Resepsi Demi Ikuti Tes CPNS

Kontestasi Pilkada 2015, pasangan Rudy-Purnomo unggul dengan perolehan suara 60,39 persen. Sedangkan, pesaingnya, pasangan Anung Indro Susanto-Muhammad Fajri yang diusung PKS, PAN, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra hanya memperoleh 39,61 persen.

Pilkada kali ini, Purnomo dihadapkan pada situasi yang mirip dengan Pilkada 2015. Purnomo yang diusung sebagai cawali oleh DPC PDIP Solo berpasangan dengan Teguh Prakoso, mendapatkan saingan dari sesama kader PDIP sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran.

Gibran sendiri mendaftar melalui DPD PDIP Jawa Tengah. Jika pada 2005, Purnomo kalah melawan Jokowi, kini ia harus “melawan” putra Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya