SOLOPOS.COM - Peta kuno wilayah Sragen terbitan Dinas Topografi Belanda pada 1930. (Facebook Sragen Tempo Doeloe)

Solopos.com, SRAGEN – Peta kuno terbitan Dinas Topografi Hindia Belanda pada 1930 mengungkap fakta menarik seputar sejarah Kota Sragen. Ternyata beberapa bangunan bahkan permukiman padat penduduk di Sragen dibangun di bekas kompleks kuburan kuno.

Fakta itu tertuang dalam peta yang tersimpan di Pabrik Gula (PG) Mojo itu. Dalam peta itu terungkap bila kawasan permukiman padat penduduk di wilayah Kabupaten Sragen bagian timur pada masa lalu adalah sebuah kompleks permakaman kuno.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Potret peta topografi Kota Sragen yang disusun pada 1928-1929 itu dibagikan di grup Facebook Sragen Tempo Doeloe.

Baca juga: Hiiii, Permukiman di Sragen Wetan Ini Ternyata Bekas Kuburan Kuno

Kompleks Kuburan Kuno Sragen

Dalam peta itu terlihat jika batas Kota Sragen di sisi timur adalah Sragen Dok dan Sidomulyo, bukan Kelurahan Nglorog seperti pada saat ini, melainkan kompleks permakaman. Menariknya, kompleks permakaman itu terbagi tiga bagian yang mewakili tiga ras yakni pribumi yang dikenal dengan nama makam SI, makam khusus warga Tionghoa atau bong, dan makam khusus warga Belanda atau kerkhof.

Jika dilihat dari peta kuno itu, bong dan kerkhof diapit oleh Jl. Raya Sukowati dan Jl. Perintis Kemerdekaan, tepatnya di sebelah barat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Merujuk pada peta kuno itu, kompleks makam kerkhof berlokasi dari selatan Jl. Raya Sukowati hingga SMAN 1 Sragen dan GOR Diponegoro.

Baca juga: Saksi Ikuti Bercak Darah, Inilah Detik-Detik Penemuan Mayat di Purwantoro Wonogiri

Kompleks kuburan bong kuno membentang dari SMAN 1 Sragen dan GOR Diponegoro ke selatan. Sementara lokasi Makam SI masih sama yakni berada di pojokan persimpangan Jl. Raya Sukowati dan Jl. Kapten P. Tendean.

“Makam SI kemungkinan lebih dulu ada, setidaknya sebelum peta ini diterbitkan pada 1930. Sebab, di tengah pemakaman itu, kami pernah menjumpai batu nisan R. Mangunardjo, pendiri Makam SI pada 1844,” jelas Kasi Sejarah dan Tradisi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Johny Adhi Aryawan, kala berbincang dengan Solopos.com akhir pekan lalu.

Permukiman Padat Penduduk

Pantauan Solopos.com di lokasi, Senin (28/6/2021), kawasan bekas kuburan kuno bong dan kerkhof itu sudah berubah menjadi permukiman padat penduduk di Sragen. Terdapat pula sejumlah fasilitas umum yang dibangun di lokasi seperti sekolah dan GOR.

Tepat di sebelah barat Jl. Perintis Kemerdekaan dan selatan Jl. Raya Sukowati sudah banyak berdiri pertokoan dan warung makan. Seiring dengan berkembangnya kota, pada era 1980-an, permakaman bong dan kerkhof itu sudah dipindah. Sebagian makam warga Tionghoa konon dipindah ke makam Gunung Banyak di Katelan, Tangen, Sragen.

“Karena dulunya adalah bekas makam, maka tidak heran bila ada cerita warga zaman dulu yang kerap menemukan tulang belulang manusia saat hendak membangun rumah atau menggali sumur di sekitar lokasi,” seloroh Johny.

Ada salah satu makam kerkhof yang konon tidak mau dipindah. Itu adalah makam Willibald Dagobert van Nispen. Konon lokasi makam itu berada tepat di pojokan Jl. Raya Sukowati dan Jl. Perintis Kemerdekaan.

Pada awalnya, di atas kuburan kuno itu dibangun Monumen Generasi Muda Asri Sragen. Namun, monumen itu kini sudah dibongkar menjadi jalan berlapis beton.

“Menurut catatan arsip koran Belanda, van Nispen meninggal dunia pada 21 Juni 1914 dan dimakamkan pada 23 Juni 2014,” terang Johny.

Willibald Dagobert van Nispen dikenal sebagai pengusaha kaya yang menguasai ratusan hektare tanah perkebunan di Sragen. Dagobert van Nispen tinggal di sebuah rumah besar yang kini masuk di wilayah Bener, Kecamatan Ngrampal, Sragen, yang berada tak jauh dari Stasiun Kebonromo.

“Bangunan utama rumah van Nispen ini digunakan sebagai kantor guru SDN 1 Bener,” jelas Johny yang juga pegiat Sragen Tempo Doeloe (Stedo).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya