SOLOPOS.COM - Potret terkini tepi Jl. Perintis Kemerdekaan Sragen yang dulunya merupakan kompleks makam kerkhof, Senin (28/6/2021). (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Sebuah peta kuno terbitan Dinas Topografi Hindia Belanda pada 1930 mengungkap fakta menarik seputar sejarah Kota Sragen yang ternyata ada beberapa bangunan berdiri di kompleks kuburan kuno.

Fakta itu tertuang dalam peta yang tersimpan di Pabrik Gula (PG) Mojo itu. Dalam peta itu terungkap bila kawasan permukiman padat penduduk di wilayah Kabupaten Sragen bagian timur pada masa lalu adalah sebuah kompleks permakaman kuno.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Peta topografi Kota Sragen itu disusun pada 1928-1929. Dalam peta itu, batas Kota Sragen di sisi timur adalah Sragen Dok dan Sidomulyo, bukan Kelurahan Nglorog seperti pada saat ini. Sebelah timur batas kota pada masa itu ternyata kompleks permakaman.

Baca juga: Ini Dugaan Motif Perangkat Desa di Simo Boyolali Dibakar Hidup-Hidup

Menariknya, kompleks permakaman itu terbagi tiga bagian yang mewakili tiga ras yakni pribumi yang dikenal dengan nama makam SI, makam khusus warga Tionghoa atau bong, dan makam khusus warga Belanda atau kerkhof.

Dilihat dari peta kuno itu, bong dan kerkhof diapit oleh Jl. Raya Sukowati dan Jl. Perintis Kemerdekaan, tepatnya di sebelah barat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada saat ini. Merujuk pada peta kuno itu, kompleks makam kerkhof berlokasi dari selatan Jl. Raya Sukowati hingga SMAN 1 Sragen dan GOR Diponegoro.

Baca juga: Fix! Sragen Ternyata Masih Zona Merah Persebaran Covid-19

Kuburan Bong

Kompleks kuburan bong kuno membentang dari SMAN 1 Sragen dan GOR Diponegoro ke selatan. Sementara lokasi Makam SI masih sama yakni berada di pojokan persimpangan Jl. Raya Sukowati dan Jl. Kapten P. Tendean.

“Makam SI kemungkinan lebih dulu ada, setidaknya sebelum peta ini diterbitkan pada 1930. Sebab, di tengah pemakaman itu, kami pernah menjumpai batu nisan R. Mangunardjo, pendiri Makam SI pada 1844,” jelas Kasi Sejarah dan Tradisi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Johny Adhi Aryawan, kala berbincang dengan Solopos.com akhir pekan lalu.

Baca juga: Cerita Harimau Jadi-Jadian di Balik Asale Desa Gadungan Klaten

Pantauan Solopos.com di lokasi, Senin (28/6/2021), kawasan bekas kuburan kuno bong dan kerkhof itu sudah berubah menjadi permukiman padat penduduk di Sragen. Terdapat pula sejumlah fasilitas umum yang dibangun di lokasi seperti sekolah dan GOR.

Tepat di sebelah barat Jl. Perintis Kemerdekaan dan selatan Jl. Raya Sukowati sudah banyak berdiri pertokoan dan warung makan. Seiring dengan berkembangnya kota, pada era 1980-an, permakaman bong dan kerkhof itu sudah dipindah. Sebagian makam warga Tionghoa konon dipindah ke makam Gunung Banyak di Katelan, Tangen, Sragen.

“Karena dulunya adalah bekas makam, maka tidak heran bila ada cerita warga zaman dulu yang kerap menemukan tulang belulang manusia saat hendak membangun rumah atau menggali sumur di sekitar lokasi,” seloroh Johny.

Baca juga: Walah-walah! Susi Pudjiastuti Ikut Berkomentar Saat Ada Warga Klaten Nekat Gelar Hajatan

Makam Tak Bisa Dipindah

Ada salah satu makam kerkhof yang konon tidak mau dipindah. Itu adalah makam Willibald Dagobert van Nispen. Konon lokasi makam itu berada tepat di pojokan Jl. Raya Sukowsejrah ati dan Jl. Perintis Kemerdekaan.

Pada awalnya, di atas kuburan kuno itu dibangun Monumen Generasi Muda Asri Sragen. Namun, monumen itu kini sudah dibongkar menjadi jalan berlapis beton.

“Menurut catatan arsip koran Belanda, van Nispen meninggal dunia pada 21 Juni 1914 dan dimakamkan pada 23 Juni 2014,” terang Johny.

Baca juga: Saksi Ikuti Bercak Darah, Inilah Detik-Detik Penemuan Mayat di Purwantoro Wonogiri

Willibald Dagobert van Nispen dikenal sebagai pengusaha kaya yang menguasai ratusan hektare tanah perkebunan di Sragen. Dagobert van Nispen tinggal di sebuah rumah besar yang kini masuk di wilayah Bener, Kecamatan Ngrampal, Sragen, yang berada tak jauh dari Stasiun Kebonromo.

“Bangunan utama rumah van Nispen ini digunakan sebagai kantor guru SDN 1 Bener,” jelas Johny yang juga pegiat Sragen Tempo Doeloe (Stedo).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya