SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Berbicara sepak bola Indonesia tentu tak lepas dari sejarah yang mengiringnya.

Liga Indonesia yang kita nikmati sekarang ini tak lepas juga dari sejarah masa lalu kompetisi sepak bola di Tanah Air yang dikenal sebagai Perserikatan dan Galatama.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Baca Juga: Kebobrokan Liga Indonesia, dari Pengaturan Skor hingga Sepak Bola Gajah

Perserikatan menjadi kejuaraan sepak bola tingkat nasional perdana setahun setelah terbentuknya PSSI dan Persis Solo tercatat menjuarai kompetisi itu sebanyak tujuh kali. Perserikatan ini lebih kepada kompetisi yang bersifat kedaerahan sehingga tidak heran emosi pendukungnya begitu menggebu karena mereka membela nama daerah.

Sementara itu, Liga Sepak Bola Utama (Galatama) merupakan sebuah liga sepak bola semi profesional pertama di Indonesia. Galatama lahir karena tuntutan klub untuk mandiri dari segi pendanaan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Sabtu (16/4/2022), tercatat hingga tahun 1979 Perserikatan merupakan satu-satunya kompetisi tingkat nasional di Indonesia yang bersifat amatir. Hingga pada akhirnya PSSI pada 1979 mendirikan Galatama dengan konsep kompetisi sepak bola semiprofesional.

Baca Juga: Juara Indonesia, Ini Lawan yang akan di Hadapi Persis Solo Esports

Klub-klub Perserikatan atau yang biasa disebut sebagai “klub tradisonal” karena sejarah panjang mereka, hingga kini di era Liga 1 tetap memakai nama asli mereka.
Sebut saja PSIM Jogja, Persis Solo, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, Persib Bandung, PSIS Semarang, dan Persija Jakarta.

Sementara itu, Galatama merupakan salah satu pioner kompetisi semiprofesional dan profesional di Asia menyusul Liga Hong Kong.

Kita tentu mengenal klub-klub seperti Warna Agung, Niac Mitra, Krama Yudha Tiga Berlian, Pelita Jaya, Arema Malang, maupun Arseto Solo.

Galatama tetaplah disebut semiprofesional karena para pemainnya memang masih amatir. Meski peraturan penggunaan pemain asing yang disebut pemain profesional dibolehkan di kompetisi ini, tetap saja pemain lokal masih berstatus amatir.

Baca Juga: Duel Perebutan Tiket Final, Atletico Madrid Waspadai Indonesia All Star

Penyelenggaraannya pun sering menemui jalan terjal karena dipenuhi banyak masalah dari mulai kurangnya tim peserta sampai banyak tim yang mengundurkan diri bahkan bubar. Ini akibat hasrat mereka menuju profesional, tapi pelaksanaannya setengah-setengah.

Galatama terbagi dalam dua divisi pada 1980, 1983, dan 1990. Selain itu hanya satu divisi.

Galatama menggunakan pemain asing. Salah satu pemain asing yang terkenal di kompetisi Galatama adalah Fandi Ahmad asal Singapura yang memperkuat Niac Mitra.

Berselang beberapa saat setelah Fandi Ahmad membawa Niac Mitra jaura, dia harus kembali ke Singapura karena adanya larangan penggunaan pemain asing di Galatama.

Baca Juga: Tinggalkan PSS, Eks Pemain Persis Ini Berterima Kasih kepada Suporter

Pamor Galatama dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Terlebih sejak dikeluarkannya pelarangan pemain asing, hingga munculnya berbagai skandal. Galatama bukan hanya ditinggalkan penonton, satu per satu klub pesertanya mengundurkan diri. Hingga akhirnya dua kompetisi itu dilebur pada 1994.

Dua kompetisi itulah cikal bakal kompetisi sepak bola di Indonesia hingga yaitu Liga 1, dan Liga 2 sebagai sebuah kompetisi profesional. Konsekuensi profesional, pengelolaan klub harus dilakukan secara profesional dan tak boleh memakai dana dari anggaran daerah (APBD) seperti era Perserikatan.

Kini sepak bola Indonesia telah menjalani “takdirnya” sebagai kompetisi profesional bernama Liga 1 dan Liga 2. Sekali lagi, Perserikatan dan Galatama adalah orang tua kandung Liga 1 dan Liga 2 yang telah mewarnai perjalanan panjang sepak bola di Tanah Air tercinta ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya