SOLOPOS.COM - Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Solo, dr. Tonang Dwi Ardyanto SpPK (K), PhD, FISQua dalam virtual talkshow dengan tema Bangkit Indonesiaku, Sehat Negeriku, yang disiarkan di Youtube Espos Live, Senin (14/11/2022).(Tangkapan Layar)

Solopos.com, SOLO — Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Solo, dr. Tonang Dwi Ardyanto SpPK (K), PhD, FISQua, mengatakan persoalan mengenai tenaga kesehatan atau nakes, bukan tentang kurangnya tenaga. Dia justru menilai saat ini Indonesia masih memiliki ketercukupan untuk nakes. Hanya, yang menjadi persoalan adalah pemerataan nakes.

“Berdasarkan kajian kebutuhan tenaga kesehatan, sebenarnya jumlah dokter kita itu bukan berarti kurang. Kalau kita gunakan konsep di WHO dengan perbandingan 1:1.000 orang, kita sebenarnya cukup secara jumlah. Problem kita ada di distribusi dan pemerataan,” kata dia.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Hal itu disampaikan  dr. Tonang Dwi Ardyanto dalam virtual talkshow dengan tema Bangkit Indonesiaku, Sehat Negeriku, yang disiarkan di Youtube Espos Live, Senin (14/11/2022). Talkshow dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2022 itu digelar atas kerja sama Solopos Media Group (SMG) dengan produsen alat kesehatan PT Solo Abadi Indonesia dan laboratorium medik PT Prodia Widyahusada, Tbk.

Menurutnya perlu komitmen kuat dalam upaya pemerataan nakes tersebut. menurutnya upaya pemerataan nakes di seluruh Indonesia akan lebih baik dalam memecahkan persoalan kesehatan di Indonesia saat ini dibandingkan menambah jumlah nakes atau dokter.

“Kita tidak boleh terjebak dengan memperbanyak produksi dokter, hanya untuk kesan kita kekurangan. Boleh jadi nanti kita akan masuk pada level yang banyak semakin banyak, tapi yang kurang tetap kurang. Kita ingin melihat perlunya ekosistem yang lebih mendorong agar nakes lebih menyebar,” lanjut dia. Terlebih jangan sampai keinginan untuk menambah nakes tersebut justru mengesampingkan mutu.

Baca Juga: Tak Punya BPJS, Warga Miskin di Wonogiri Tetap Dapat Layanan Kesehatan Gratis

Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan, Lily Kresnowati, mengatakan saat ini BPJS Kesehatan terus berkomitmen untuk memberikan perlindungan kepada para peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Meskipun, pada kasus Covid-19 atau yang sudah ditetapkan menjadi pandemi, pembiayaannya merupakan tanggung jawab pemerintah. Namun untuk penyakit lain yang belum dinyatakan sebagai pandemi atau kejadian luar biasa (KLB), menjadi tanggung jawab JKN bagi peserta JKN.

Data per 1 November 2022, kepesertaan BPJS Kesehatan sudah mencapai sekitar 247 juta jiwa atau 89,9% dari total penduduk Indonesia. Sedangkan target pada 2024 nanti adalah 98%.

Dia juga mengatakan sudah ada 15 provinsi dan 305 kota/kabupaten yang telah mencapai Universal Health Coverage (UHC), artinya dalam satu wilayah tersebut lebih dari 95% masyarakatnya telah terlindungi JKN.

Baca Juga: Cara Mencicil Tunggakan BPJS Kesehatan Melalui Program Rehab

Meski begitu menurutnya masih ada beberapa tantangan yang menghadang. Salah satunya masih kurangnya fasilitas dan tenaga Kesehatan di daerah-daearah terpencil, daerah perbatasan, dan kepulauan.

Tantangan lain adalah tentang kualitas pelayanan Kesehatan yang belum merata. Untuk itu pihaknya ke depan terus mengembangkan skema-skema insentif kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) agar memiliki kinerja optimal, untuk mengurangi ketergantungan pada fasilitas kesehatan rujukan. “Sebab saat ini pembiayaan terbesar masih pada aspek kuratif pada pelayanan rujukan,” kata dia.

Saat ini BPJS Kesehatan juga tengah fokus pada layanan kesehatan primer yang menitikberatkan pada promotif preventif. Sedangkan di tingkat fasilitas layanan rujukan, BPJS Kesehatan juga sedang fokus pada peningkatan layanan.

Dia mengatakan masih banyak keluhan terkait diskriminasi layanan antara pasien umum dan peserta BPJS, kemudian tentang antrean panjang dan sebagainya.

Baca Juga: Kelas Rawat Inap Standar Diuji Coba, Cek Iuran BPJS Kesehatan Per Hari Ini

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, menyampaikan bagaimanapun, Indonesia tentu harus bangkit setelah masa pandemi dan setelah munculnya beberapa penyakit yang melanda Indonesia akhir-alhir ini.

Namun untuk bangkit, perlu melihat kondisi yang ada saat ini. Menurutnya, saat ini merupakan waktu yang baik untuk melakukan refleksi.

“Ke depan kita harus masuk one health. Kesehatan itu bukan hanya Kesehatan manusia, namun juga kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan,” kata dia.

Perlunya one health adalah karena saat ini telah banyak ditunjukkan ada banyak penyakit yang berasal dari hewan maupun karena adanya masalah di lingkungan. Selain Covid-19, juga muncul penyakit seperti monkeypox dan sebagainya.

Untuk itu penting untuk mensinergikan antara kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan. Hal itu bukan hanya perlu dilakukan di Indonesia namun di seluruh dunia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya