SOLOPOS.COM - Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya (Indonesia.go.id)

Solopos.com, JAKARTA–Tanggal 10 November menjadi salah satu hari bersejarah bagi Indonesia. Bahkan, sebagai momen untuk memperingati hari tersebut, pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan. Lantas, peristiwa apa yang mendasari peristiwa tersebut?

Dari penelusuran Solopos.com dari laman kemdikbud.go.id, Selasa (1/11/2022), menurut sejarah pada 10 November 1945 telah terjadi sebuah pertempuran antara tantara Indonesia dan pasukan Inggris.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Pertempuran pertama pasca kemerdekaan tersebut terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Digadang-gadang peristiwa itu menjadi pertempuran terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.

Semuanya dilatar belakangi sebuah kejadian di Gedung Hotel Yamato pada 19 September 1945. Mengutip dari setneg.go.id, ketika itu Mr Ploegman, seorang pimpinan Belanda dengan sengaja mengibarkan bendera Belanda di pucuk tertinggi bangunan hotel.

Baca Juga: Kumpulan Kata-kata untuk Ucapan Hari Pahlawan 10 November 2022

Hal tersebut membuat rakyat Indonesia murka dan melakukan serangan ke pasukan gabungan kecil dari tantara Belanda dan Jepang agar dapat merobek bagian bendera Belanda yang berwarna biru hingga tersisa merah dan putihnya.

Di tengah masa tegangnya, kemudian pasukan sekutu tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Tujuannya adalah untuk melucuti senjata tentara Jepang. Namun kehadiran Sekutu justru membuat para pemuda kesal. Pasalnya, diketahui tujuan mereka yang sebenarnya adalah untuk kembali menduduki Indonesia.

Pertikaianpun tak dapat dibendung, berbagai pertempuran kecil terjadi sebelum akhirnya gencatan senjata disetujui pada 29 Oktober 1945. Meskipun telah dilakukan gencatan senjata, namun sejumlah bentrokan tak dapat dihindari.

Puncaknya adalah ketika pimpinan Tentara Inggris untuk Jawa Timur, Brigadir Jenderal Mallaby pada 30 Oktober 1945 yang memicu kemarahan Inggris. Ultimatim 10 November pun digaungkan oleh pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh.

Baca Juga: Jadi Pembangkit Semangat Juang Arek Surabaya, Ini Isi Pidato Bung Tomo

Pihaknya meminta Indonesia agar segera menyerahkan seluruh persenjataan yang digunakan Indonesia. Selain itu, pihaknya juga meminta agar Indonesia menghentikan perlawanannya terhadap sekutu yang ketika itu tergabung dalam AFNEI.

Mereka bahkan melontarkan ancaman bahwa tantara sekutu tak segan melakukan serangan ke Surabaya dari segala sisi baik darat, laut, maupun udara. Diceritakan, berdasarkan instruksi yang ada, seluruh pemimpin Bangsa dan para pemuda yang ada di Surabaya harus tiba di lokasi yang telah ditentukan paling lambat pukul 06.00 WIB pada 10 November 1945.

Akan tetapi perintah tersebut tak diindahkan oleh rakyat Surabaya sehingga pertempuran besar harus terjadi pada hari itu. Kurang lebih 3 pekan lamanya, rakyat Surabaya harus berkutat di medan perang dan melawan tentara Sekutu.

Baca Juga: Penuh Emosi! Artis Olivia Zalianty Baca Puisi Gus Mus di Parade Surabaya Juang

Bahkan saking dahsyatnya pertempuran tersebut, Surabaya sampai disebut sebagai neraka. Tak main-main, sebanyak 20.000 jiwa manusia harus menjadi korban dan sebanyak 150.000 masyarakat setempat harus meninggalkan Kota Surabaya.

Semangat rakyat dan pemuda Surabaya dalam melawan Sekutu yang berapi-api itulah yang membuat Surabaya kemudian disebut sebagai Kota Pahlawan. Untuk mengenang peristiwa besar tersebut sekaligus menghargai jasa para pahlawan yang berkorban di medan perang, maka disepakati 10 November sebagai Hari Pahlawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya