Solopos.com, SRAGEN — Perwakilan pedagang burung Pasar Joko Tingkir Nglangon, Sragen, kembali mendatangi Kantor Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen, Rabu (8/2/2023). Mereka meminta solusi dari persoalan di kios baru di Pasar Sukowati Sragen yang akan pedagang burung tempati.
Kedatangan perwakilan pedagang burung itu diterima Kepala Diskumindag Sragen, Cosmas Edwi Yunanto. Mereka berbicara cukup lama tetapi pada akhirnya belum ada solusi yang sesuai dengan keinginan para pedagang.
Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
“Saya berdua bertemu pak Cosmas. Diskumindag memberikan solusi tempat, tetapi tidak layak. Kendati demikian, Pak Cosmas akan mencari solusi lagi,” ujar Ketua Paguyuban Pedagang Burung Pasar Joko Tingkir, Ristanto, saat berbincang dengan wartawan, Rabu siang.
Wakil Ketua Paguyuban, Pardi, mengatakan saat peresmian ada tiga kios di Pasar Sukowati Sragen yang sudah ditulisi untuk pedagang burung. Namun kini kios-kios tersebut ternyata sudah dipakai pedagang lain. Pardi mempertanyakan kenapa hal itu bisa terjadi.
“Sekarang diberi lokasi baru untuk pedagang pasar burung jumlahnya tujuh kios. Empat kios berpintu dan tiga kios tanpa pintu. Lokasi baru itu jelas tidak memenuhi [tidak layak] karena di depannya ada los ayam,” ujarnya saat meninjau Pasar Sukowati Sragen.
Ia juga memaparkan tujuh kios itu menghadap ke jalan kecil, bukan kios yang menghadap ke jalan besar seperti yang diinginkan pedagang burung. Kios lainnya yang diberikan berupa lorong dengan jalan depan sempit sehingga tidak layak untuk jualan burung.
“Saya beli kios [di Pasar Joko Tingkir] Rp90 juta dan saya angsur. Angsurannya tinggal dua tahun. Kalau saya jualan di lokasi itu [kios di Pasar Sukowati Sragen] jelas untuk angsuran saya tiap bulannya tidak bisa,” katanya.
Kepala Diskumindag, Cosmas, mengatakan pedagang mengeluhkan kios yang berisi karena berada dekat dengan los ayam hidup dan penggilingan daging. Dia sudah memberikan solusi dari persoalan itu namun pedagang butung belum bisa menerimanya. “Kami baru tata kembali ini. Semoga bisa ada solusi yang pas,” jelasnya.