SOLOPOS.COM - Ilustrasi rumah angker. (Okezone)

Solopos.com, SRAGEN – Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, mengambil langkah tegas untuk mengantisipasi warga yang bandel enggan melaksanakan karantina mandiri. Dia meminta jajarannya menyiapkan rumah kosong angker untuk dipakai warga yang bandel enggan karantina mandiri di kawasan Sragen.

Bupati Sragen baru saja mendapat laporan ada dua warga Plupuh, Sragen, yang enggan dikarantina. Dia pun meminta Camat Miri, Sragen, untuk membersihkan rumah angker di tengah sawah sebagai tempat karantina mandiri bagi warga yang bandel.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Hal tersebut disampaikan Bupati Yuni saat ditemui Solopos.com di Masaran, Sragen, Senin (20/4/2020). Yuni menyampaikan, sebenarnya ada komitmen di desa-desa tentang para pemudik yang pulang kampung.

Tukang Becak Digebuki Satpam & Dituduh Maling di Solo Dapat Perhatian Ganjar Pranowo

Dia mengatakan pemudik yang pulang itu langsung datang ke posko lawan Covid-19 di desa dan mendatangani perjanjian untuk melaksanakan isolasi atau karantina mandiri selama 14 hari. Jika pemudik di Sragen menolak untuk karantina mandiri, desa bisa mengambil tindakan tegas.

“Salah satu desa di Plupuh tadi padi melapor. Ada dua warga di Plupuh yang sepakat dan mau karantina mandiri tetapi di tengah jalan melanggar komitmen itu. Akhirnya, dua warga itu dimasukan ke rumah kosong dan berhantu lalu dikunci dari luar. Kalau mereka itu bisa patuh mestinya tidak sampai dimasukkan ke rumah kosong dan dikunci dari luar,” ujarnya.

Dia mengatakan komitmen karantina mandiri itu harus disadari semua pihak. Dia menjelaskan jika penanganan Covid-19 dilakukan dengan maksimal, maka tidak mungkin ada lagi pasien positif corona yang sekarang menjadi lima orang itu. Yuni sudah mengidentifikasi lima orang yang positif Covid-19 dan semua memiliki riwayat perjalanan ke luar Sragen.

Gegara Pandemi Corona, Volume Sampah Wonogiri Turun Hingga 30%

5 Positif Covid-19 Punya Riwayat ke Luar Kota

“Bagi pemudik yang tidak bisa ditahan untuk pulang dan harus tetap pulang tidak apa-apa tetapi harus taat aturan. Kalau tidak mau ikut aturan untuk karantina mandiri ya masukin ke rumah kosong berhantu saja. Di Miri ada rumah yang sangat spooky [menyeramkan]. Saya minta camat untuk membersihkan rumah itu untuk karantina orang-orang yang bandel. Ya, di tengah sawah Desa Jeruk,” ujarnya.

Di sisi lain, Yuni juga mengingatkan warga Sragen agar wajib memakai masker saat keluar rumah. Dia meminta adanya semua pihak bergerak untuk saling mengingatkan bahwa memakai masker itu kewajiban. Yuni mengaku sudah proses pengadaan satu juta masker.

Update Corona Dunia: 2,4 Juta Orang Positif, Indonesia Tertinggi di ASEAN

“Pekan depan, satu juta masker itu akan dibagikan ke warga. Jumlah warga Sragen hanya 980.000 jiwa jadi kalau satu juta masker cukup untuk warga Sragen. Kalau masker sudah terdistribusikan maka bisa diberlakukan tegas. Saya sudah instruksikan di pasar ada aturan kalau pedagang dan pembeli yang tidak pakai masker dilarang berjualan atau belanja ke pasar. Bisa dibuat regulasi per zona-zona itu,” jelasnya.

Yuni selama ini masih persuasif karena masker satu juta lembar belum terdistribusi ke warga. Setelah masker terdistribusikan semua, jelas dia, maka tidak ada alasan untuk tidak bawa masker. Teknis pembagiannya nanti diserahkan ke desa dan dari desa didistribusikan ke warga. Satu warga satu masker.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya