SOLOPOS.COM - Sumarno Joko Mulyono alias Joko, seorang penyandang disabilitas membuka angkringan di Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten, Selasa (4/1/2022). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN—Menu nasi belut menjadi favorit di angkringan Sumarno Joko Mulyono alias Joko, 24, seorang penyandang disabilitas asal Jerukan RT 001/RW 003, Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten.

Selain nasi belut, seperti angkringan lainnya Joko juga menyediakan nasi teri, nasi bandeng, dan nasi telur. Aneka minuman dan makanan dijual relatif murah, rata-rata senilai Rp2.000-Rp3.000 per porsi. Di angkringan ini juga tersedia beberapa gorengan, seperti tahu, tempe, tape, baceman, dan lainnya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah seorang pelanggan angkringan Yogi, 24, mengaku sering jajan ke angkringan Joko di Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari. “Makanan paling enak di sini adalah nasi belut. Rasanya enak dan harganya terjangkau,” katanya, Selasa (4/1/2022).

Baca Juga: Budidaya Koro Pedang Digalakkan di Wonogiri, Ini Manfaatnya

Angkringan milik Joko tak jauh dari palang rel Kereta Api (KA) Wonosari, Klaten (di sebelah timur palang rel KA Wonosari). Angkringan tersebut buka pukul 07.00 WIB-17.00 WIB.

Joko meraih omzet Rp200.000-Rp300.000 dari usaha angkringan. Bermodalkan Rp5 juta, angkringan di pinggir Jl. Pakis-Teloyo, tepatnya di Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten, ramai pembeli.

“Satu bulan pertama itu sangat sepi. Tak lama setelah awal-awal pandemi Covid-19 itu kan memasuki Bulan Puasa. Angkringan saya masih sepi. Begitu memasuki bulan keempat sampai sekarang, angkringan saya terbilang ramai. Dalam sehari, saya bisa meraup omzet senilai Rp200.000-Rp300.000,” kata Joko, saat ditemui Solopos.com.

Baca Juga: ULD-PB BPBD Klaten Punya Modul Khusus bagi Penyandang Disabilitas Netra

Selama membuka angkringan di pinggir Jl. Pakis-Teloyo, Joko sudah mulai memperoleh pemasukan secara stabil setiap bulan. Sejak setengah tahun terakhir, Joko sudah membeli sepeda motor Honda Beat secara kredit.

“Sebelum punya sepeda motor, saya jalan kaki dari rumah ke angkringan [berjarak 500 meter]. Saya memang butuh sepeda motor untuk mendukung operasional. Sepeda motor ini saya modifikasi di bengkel Sukoharjo,” katanya.

Meski sebagai seorang penyandang disabilitas dan lulusan SD, Joko hanya ingin membuktikan semua makhluk sama di depan Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Juga: Miliki Depo, Pemkab Klaten Kini Kelola Limbah Medis Puskesmas & Klinik

“Orang tua saya itu yang satu kerja di pabrik, satunya sebagai buruh bangunan. Saya tiga bersaudara. Saya anak nomor dua dan satu-satunya yang menyandang disabilitas. Tapi, saya tak ingin ngrepotin orang tua. Sebagian hasil yang saya peroleh dari angkringan ini saya berikan ke orang tua,” katanya.

Joko hanya seorang diri selama membuka angkringan. Lantaran sendirian, Joko pun sempat kerepotan saat melayani pembeli di awal-awal membuka angkringan.

Kerepotan yang sampai sekarang masih sering dirasakan Joko saat menemui pelanggan yang memesan minuman dengan cara dibungkus ke dalam plastik. Lantaran kedua tangannya tak sempurna, Joko masih kesulitan membungkus minuman seorang diri.

Baca Juga: Sering Macet, Jalur Wisata Wunut-Janti Klaten Diusulkan Diperlebar

“Kalau ada yang pesan es teh dibungkus plastik itu saya enggak bisa nali. Seringnya, pelanggan itu sendiri yang tak minta naleni. Jika ada teman, biasanya saya minta tolong ke teman agar membantu naleni,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya