SOLOPOS.COM - Tanaman Koro Pedang ditanam petani di Kabupaten Wonogiri. (Istimewa/Sukesti Nuswantari)

Solopos.com, WONOGIRI—Budidaya koro pedang atau koro begog pada awalnya tak banyak dilirik petani di Wonogiri. Tapi semua berubah ketika Kamil, seorang pembudidaya koro pedang memompa semangat Sukesti Nuswantari, 49, warga Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.

Ketika Kamil berpulang karena Covid-19, mau tak mau warisan semangat itu harus diemban Sukesti. Pada 10 Januari 2021, semangat Sukesti mewariskan budidaya koro pedang dimulai.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kami analisis profitnya terlebih dahulu, nanti kalau menanam ini [koro pedang] hasilnya sekian. Jadi kami informasikan itu kepada petani dari desa ke desa biar semangat menanam koro pedang,” kata Sukesti sembari mengingat kegiatan pertama sosialisasi penanaman koro pedang.

Baca Juga: ULD-PB BPBD Klaten Punya Modul Khusus bagi Penyandang Disabilitas Netra

Menurut Sukesti, petani pasti bersedia menanam apa pun asalkan hasil tanamnya laku di pasaran. Setelah penyuluhan-penyuluhan selesai, pembudidayaan mulai digalakkan. “Sampai sekarang ini sudah sampai 50 hektare lahan yang ditanami koro pedang di Wonogiri. Penanamannya tersebar di berbagai wilayah,” ucap Sukesti.

Sukesti mengaku sebagai penyalur hasil panen ke pengolah koro pedang menjadi berbagai jenis makanan. Berdasarkan data yang diterima Solopos.com, Selasa (4/1/2022), sejauh ini ada 25 jenis olahan turunan berbahan koro pedang.

Olahan itu antara lain menjadi produk tempe, tahu, kecap, susu, tepung, kripik, roti, dan bolu kering. Mengenai kandungan gizi, koro pedang yang memiliki nama latin Canavalia ensiformis, memiliki kandungan lemak 2,3-3,9 per 100 gram, jauh di bawah kedelai.

Baca Juga: Miliki Depo, Pemkab Klaten Kini Kelola Limbah Medis Puskesmas & Klinik

Meski begitu, Sukesti mengakui beberapa waktu belakangan ini petani kecewa. Hal itu terjadi karena tidak ada kabar lagi mengenai ekspor koro pedang. “Rencananya kan mau diekspor ke Korea Selatan, tapi ternyata zonk,” ujar Sukesti.

Sukesti tetap membeli tanaman koro pedang milik petani yang frustrasi. Selepas gagal mengharapkan ekspor koro pedang, Sukesti tetap memperjuangkan budidaya koro pedang. Dari event satu ke event lain, ia selalu memamerkan koro pedang sebagai cadangan pangan pokok. Alhasil, menurut Sukesti, koro pedang mendapat sambutan baik dari pejabat pemerintah.

Baca Juga: Sering Macet, Jalur Wisata Wunut-Janti Klaten Diusulkan Diperlebar

“Saya sekarang ini baru menargetkan sosialisasi ke lebih banyak kecamatan di Wonogiri. Sebab saat ini baru sekitar empat sampai lima kecamatan yang tahu, padahal ada 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri,” tambah Sukesti.

 

Impor Kedelai

Sukesti yakin masih banyak masyarakat, khususnya petani, yang akan menerima koro pedang untuk ditanam di daerah mereka. Apalagi disebutkan Sukesti, koro pedang cocok dengan kondisi tanah di Kabupaten Wonogiri.

“Kemarin sudah sosialisasi ke Bappeda [Pemkab Wonogiri] sebenarnya. Kami sudah diberi acungan jempol, tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya,” kata Sukesti.

Baca Juga: Sensasi Makan Mie Ayam Wajan Khas Wonogiri Hanya dengan Rp9.000

Dilansir dari laman Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Kementerian Pertanian, pendayagunaan koro pedang bisa mengurangi ketergantungan impor kedelai. Tanaman koro pedang telah lama dikenal di Indonesia, namun kompetisi antarjenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam skala luas.

Secara tradisional tanaman koro pedang digunakan untuk pupuk hijau, polong muda digunakan untuk sayur (dimasak seperti irisan kacang buncis). Biji koro pedang tidak dapat dimakan secara langsung karena akan menimbulkan rasa pusing disebabkan oleh senyawa toksik. Biji koro merah digunakan untuk obat sakit dada dan di Madura koro biji merah digunakan untuk obat dengan nama bedus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya