SOLOPOS.COM - Mimbar kuno di Masjid Agung Kauman atau Masjid Agung Kajoran, Dukuh Kauman, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes hingga kini masih difungsikan dan terawat, Rabu (6/4/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Mayoritas bangunan dan sarana di Masjid Agung Kauman atau dikenal dengan nama Masjid Agung Kajoran di Dukuh Kauman, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes masih terjaga keasliannya. Salah satu sarana yang masih terjaga, yakni mimbar terbuat dari kayu jati lengkap dengan kursi serta tongkat katib.

Mimbar itu berukuran panjang 100 sentimeter, lebar 150 sentimeter, dan tinggi 220 sentimeter. Bagian atapnya ada penutup kaca transparan dengan bagian muka puncak ada motif mahkota dari kayu jati. Pada dinding mimbar itu, ada ukiran berpola gambar hewan yakni gajah pada dinding mimbar sisi kanan. Sementara, ukiran dinding mimbar pada sisi kiri berpola sulur.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Konon, mimbar itu pemberian Sunan Kalijaga. Mimbar itu pernah ditawar orang asing saat berkunjung ke masjid tersebut. Nilai yang ditawarkan mencapai Rp1 miliar. Meski warga asing itu sudah bersikeras menawar mimbar itu, orang dari Balai Pelestarian CagarBudaya (BPCB) dan takmir masjid tak tergiur dan memilih tetap melestarikan sarana masjid yang diperkirakan dibangun oleh Panembahan Agung tersebut.

Baca Juga: PPKM Level 4, Dua Masjid Besar di Klaten Masih Masih Ditutup untuk Masyatakat Umum

“Itu sekitar tahun 2009. Saat itu ada orang Belanda yang datang bersama orang dari BPCB. Orang Belanda itu menawar mimbar Rp1 miliar tetapi tidak boleh. Hanya tongkatnya saja yang mau dibeli tetap tidak boleh,” kata Ketua Takmis Masjid Agung Kajoran, Joko Ismanto, saat ditemui di masjid tersebut, Rabu (6/4/2022).

Mimbar itu hingga kini masih difungsikan sebagai tempat bagi katib untuk menyampaikan khotbah. Penggunaan mimbar itu terutama saat Salat Jumat.

“Setiap Jumat pasti dipakai. Kalau di luar Jumat biasanya hanya duduk di samping mimbar,” kata dia.

Baca Juga: Masjid Joglo dengan Nuansa Njawani dan Tanpa Tembok di Karanganom Klaten, Ternyata Ini Filosofinya

Joko mengatakan ada hal aneh ketika yang terkadang terjadi bagi katib yang baru kali pertama naik ke mimbar itu. Beberapa kali katib baru menceritakan jika kesulitan berbicara untuk menyampaikan khobah mereka meski sudah membawa catatan.

“Orang-orang yang naik ke mimbar itu terkendala. Bicaranya sulit ketika sudah duduk di mimbar. Saya pribadi pernah mengalami itu. Kalau di luar berbicara lancar. Tetapi sampai di mimbar itu bingung apa yang harus disampaikan meskipun sudah memegang buku. Saya sendiri juga tidak tahu kenapa bisa seperti itu,” kata dia.

Salah satu takmir masjid, Siyamto, juga menceritakan hal yang sama. Kejadian-kejadian kebingunan menyampaikan isi khotbah meski sudah membawa catatan saat naik mimbar dialami terutama orang-orang yang baru kali pertama khotbah di masjid tersebut. Dia juga tak mengetahui penyebab hal itu bisa terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya