SOLOPOS.COM - Dua ogoh-ogoh besar dipikul dan digoyang-goyangkan saat pawai di Taman Sunan Jogo Kali (TSJK) Pucangsawit, Jebres, Solo, Minggu (19/3/2023) sore. Kegiatan itu digelar PHDI Solo bersama DPC PDIP Solo untuk menyambut Hari Raya Nyepi Saka 1945. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO–DPC PDI Perjuangan (PDIP) Kota Solo bersama dengan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Solo menggelar pawai atau kirab dua ogoh-ogoh, Minggu (19/3/2023) sore. Acara itu untuk menyambut Hari Raya Nyepi 2023.

Pawai yang melibatkan unsur PHDI Solo, badan dan sayap DPC PDIP Solo, serta kelompok kesenian reog itu, mengambil start di jalan kampung depan Kantor sementara DPC PDIP Solo. Mereka berjalan memutar dan finish di Taman Sunan Jogo Kali (TSJK).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dua ogoh-ogoh berukuran besar yang menjadi daya tarik utama rombongan pawai, beberapa kali dimainkan, atau digoyang-goyangkan oleh anak-anak muda yang menggotongnya. Mereka memutar dan menggoyangkan ogoh-ogoh sembari berteriak.

Aksi itu sontak membuat warga berdebar lantaran seperti menyaksikan dua monster menakutkan sedang menari. Salah satu ogoh-ogoh yang ditampilkan sore itu berwujud seperti seorang manusia. Tapi terdapat taring di mulutnya, dan cakar yang tajam.

Ogoh-ogoh lainnya berbentuk seperti seekor hewan dengan ukuran besar, lengkap dengan tanduk dan cakar-cakar panjangnya. Yang membuat semakin mengerikan, salah satu bola matanya keluar dari kelopak mata, dan menggantung di dekat pipi.

Iring-iringan rombongan pawai ini sukses menarik perhatian warga maupun pengunjung TSJK sore itu. Apalagi di bagian belakangan rombongan ada penampilan beberapa seniman reyog yang tidak kalah heboh. Banyak warga yang merasa terhibur.

Sesampai di TSJK, rombongan pawai ogoh-ogoh berhenti. Mereka melanjutkan acara dengan tari-tarian khas Bali, dan beberapa seremonial. Tampak hadir pengurus DPC PDIP Solo, seperti YF Sukasno, Ety Isworo, Roro Indradi Sarwo Indah dan lainnya.

“Kami di sini difasilitasi, sering juga digunakan untuk nglabuh. Setelah kremasi, kita nglabuh di sini. Beliau memfasilitasi tempat ruang di sini untuk kegiatan. Karena ini kegiatan masyarakat,” ungkap Ketua PHDI Kota Solo, Ida Bagus Komang Suwarnawa.

Dia menjelaskan ogoh-ogoh merupakan simbolisasi roh-roh jahat yang senantiasa mengganggu kehidupan manusia. Pada akhir pawai, dua ogoh-ogoh dibakar, lalu dilarung di Bengawan Solo, sebagai simbolisasi memusnahkan sifat jahat.

“Sifatnya untuk melebur, memusnahkan sifat-sifat jahat. Umat Hindu menyambut tahun baru Saka 1945 dan Catur Brata penyepian itu bisa berjalan lancar dan damai, hening, tenang. Ogoh-ogoh itu merepresentasikan karakter raksasa jahat,” kata dia.

Penuturan senada disampaikan Anggota Departemen Keagamaan dan Kepercayaan DPC PDIP Solo, I Made Rai Ardana, yang juga Ketua Panitia Pawai Ogoh-Ogoh dalam rangka Menyambut Hari Raya Nyepi, di TSJK. “Umat Hindu di Solo itu ada,” ujar dia.

Pembakaran ogoh-ogoh dan melarungnya di Sungai Bengawan Solo menurut Made wujud pemusnahan unsur-unsur pengganggu manusia. “Kita selalu diganggu roh jahat yang dilambangkan ogoh-ogoh. Maka itu harus dimusnahkan,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya