SOLOPOS.COM - Aktivitas di puncak Gunung Merapi terpantau dari Dukuh Gondang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Kamis (10/3/2022) dini hari.(Istimewa/Dokumentasi Jainu)

Solopos.com, KLATEN–Luncuran awan panas guguran Gunung Merapi ke arah tenggara (Kali Gendol) sejauh 5 km pada Rabu (9/3/2022) malam menjadi luncuran terjauh sejak tingkat aktivitas gunung itu berada pada level siaga 5 November 2020. Meski demikian, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta memastikan daerah potensi bahaya erupsi tak berubah.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan aktivitas awan panas guguran ke arah tenggara atau Kali Gendol pada Rabu malam hingga Kamis (10/3/2022) pagi tercatat sebanyak 17 kali. Jarak luncuran awan panas guguran sejauh 5 km ke arah tenggara. Jumlah material vulkanik yang dimuntahkan Merapi diperkirakan mencapai 1 juta meter kubik.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Hanik menjelaskan awan panas guguran ke arah Kali Gendol sebelumnya pernah terjadi pada 25 Juni 2021 sejauh 3 km.Luncuran awan panas guguran pada Rabu malam sejauh 5 km menjadi jarak luncuran terjauh sejak tingkat aktvitias gunung itu berada pada level siaga. Selama ini luncuran cenderung ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 3 km.

Baca Juga: Foto-Foto Hujan Abu Vulkanik Gunung Merapi Selimuti 10 Desa di Magelang

Terkait penyebab rentetan awan panas guguran yang mengarah ke tenggara, Hanik menjelaskan berasal dari aktivitas kubah lava di sisi tengah. Selama ini ada pertumbuhan dua kubah lava di puncak Merapi yakni di sisi barat daya dan sisi tengah.

“Aktivitas selama ini ada di sisi barat daya. Begitu ada suplai magma kemudian langsung meluncur. Untuk yang kubah lava di sisi tengah sebenarnya masih terus tumbuh. Karena posisinya benar-benar berada di tengah, kubah lava dalam kondisi stabil. Jadi guguran hanya di dalam kawah. Kemudian saat terjadi suplai yang terus menerus karena kondisi stabil magma yang ada permukaan sifatnya ada proses pembekuan dan terus terbebani,” kata Hanik saat menggelar jumpa pers secara daring, Kamis.

Lantaran akumulasi tekanan yang terus menerus menyebabkan kondisi ketidakstabilan pada kubah lava yang cenderung terjadi pada sisi tenggara. “Sehingga begitu sudah ada tekanan dan ada bukaan, maka terjadi awan panas yang terus menerus [seperti pada Rabu malam hingga Kamis pagi]. Tetapi gugurannya sedikit kemudian ada susulan-susulan guguran. Ini mengindikasikan bahwa tekanannya tidak cukup kuat sebenarnya. Sehingga yang gugur pun tidak langsung dalam jumlah yang masif,” kata dia.

Baca Juga: Gluduk-Gluduk…Warga Balerante Evakuasi Mandiri dari Erupsi Merapi

Terkait potensi bahaya ke depan, Hanik mengatakan pada 20 Februari 2022 BPPTKG mengambil data drone. Dari hasil analisis drone, volume kubah lava di sisi tengah sekitar 3,2 juta meter kubik. Sementara, volume kubah lava di sisi barat daya 1,6 juta meter kubik.

“Perbandingan terhadap periode sebelumnya menunjukkan kubah lava masih aktif walaupun untuk kubah lava di tengah kecepatan pertumbuhan kubah lava untuk ukuran Merapi relatif rendah,” kata Hanik.

 

Tak Berubah

Hanik juga menjelaskan meski awan panas guguran pada Rabu-Kamis menjadi jarak luncur terjauh, jarak luncurnya masih berada pada daerah bahaya yang ditetapkan BPPTKG.  Dengan kondisi itu, potensi bahaya erupsi Merapi saat ini masih sama alias tak berubah.

Baca Juga: Antisipasi Gunung Merapi Erupsi Kembali, BPBD Cek Barak Pengungsian

Potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Kali Boyong maksimal 5 km, Kali Bedok, Krasak, dan Bebeng sejauh 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Kali Gendol sejauh 5 km dan Kali Woro maksimal sejauh 3 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak. Level aktivitas Gunung Merapi saat ini juga belum berubah atau masih berada pada level III (siaga).

Hanik mengatakan potensi luncuran material vulkanik sampai saat ini masih berada pada alur sungai yang berhulu di Merapi. Lantaran hal itu, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi. Hanik juga mengatakan warga di lereng Merapi belum perlu mengungsi. “Aktivitas Merapi sampai saat ini belum membahayakan penduduk di luar potensi bahaya yang sudah kami tetapkan,” kata Hanik.

Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sri Winoto, mengimbau agar warga KRB III dan sekitarnya tetap tenang dan tidak panik, namun tetap waspada. “Mematuhi dan mengikuti setiap petunjuk dan arahan dari petugas  yang ada di desa masing-masing seperti perangkat desa dan kelompok sukarelawan desa. Tetap memantau dan meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi,” kata dia.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Landai, Warga Balerante Klaten Pulang Tadi Pagi

Kapolsek Kemalang, AKP Suharto, mengatakan sebanyak dua personel polsek disiagakan untuk memantau aktivitas Gunung Merapi. Terkait aktivitas pertambangan galian C di alur Kali Woro, Kapolsek menjelaskan selama ini terus mengimbau terutama para penambang manual untuk selalu waspada apalagi saat ini masih berada di musim hujan. Hujan terjadi di puncak Gunung Merapi berpotensi menimbulkan lahar hujan di alur-alur sungai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya