SOLOPOS.COM - Kawasan pabrik Modern Rice Milling Plant Sragen yang menggunakan teknologi canggih dalam pengolahan berasnya. Foto diambil baru-baru ini. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Beras adalah makanan pokok masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Tingkat konsumsi yang tinggi menjadikan beras sebagai simbol kemakmuran dan swasembada beras menjadi dasar legitimasi status kemakmuran itu.

Jejak tertua budidaya padi di Jawa bisa dilihat di prasasti Canggal yang ditemukan di kompleks candi Gunung Wukir di Desa Kadiluwih, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti berangka tahun 732 Masehi tersebut ditulis dengan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Prasasti ini menyebutkan, “Yawadwipa (Jawa) di bawah Raja Sanjaya telah diberkahi kekayaan beras dan emas.”

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Dalam Babad Tanah Jawi (1939), dikisahkan para raja Mataram Islam menyadari posisi beras sebagai penjaga stabilitas kekuasaan. Budi daya padi pada masa tersebut membawa kemakmuran, bahkan kerajaan bisa mengekspor beras ke luar negeri.

Beras juga menjadi komoditas utama pertanian selama kolonialisasi Belanda. Creutzberg (1987) dalam bukunya membeberkan data produksi padi pada 1837 yang mencapai 1,197 juta ton dan pada 1856 meningkat menjadi 1,8 juta ton. Namun, Creutzberg mencatat pertumbuhan produksi beras tidak meningkat selama 20 tahun seiring kebijakan tanam paksa oleh Belanda sehingga memicu kekurangan pangan.

Baca Juga: Drip Irrigation System, Solusi Pertanian Jagung di Gunung Tumpeng Jateng

Pascakemerdekaan, Indonesia masih harus berjuang memenuhi kebutuhan beras. Sri Widodo melalui ulasan berjudul Swasembada Beras: Prospek dan Masalahnya menganalisis kenaikan produksi sebesar 3,24% per tahun pada era 1950-1969 yang tak cukup mengimbangi pertumbuhan penduduk 2% per tahun. Akibatnya, Indonesia di bawah pimpinan Presiden Soekarno terus mengimpor beras. Pada 1960, Indonesia mengimpor 962.000 ton beras (14,2% dari total impor beras dunia).

Pada era Presiden Soeharto, tepatnya pada Pelita III (1979-1984), Indonesia mencapai swasembada beras dengan produksi padi mencapai 39,03 juta ton gabah (tumbuh 7,44%). Impor beras turun tajam menjadi hanya 3,5% dari impor beras dunia. Sayangnya, kekeringan yang secara periodik terjadi, perubahan kebijakan pangan yang menguntungkan pemodal besar, dan masalah lain membuat pertumbuhan produksi padi menurun.

Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY (2004-2014), ada upaya peningkatan produksi beras. Pada periode 2007-2008, laju peningkatan produksi tercatat 5,46% dan ini dianggap sebagai salah satu capaian terbaik sejak reformasi.

Pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah fokus pada pembangunan infrastruktur, termasuk infrastruktur pertanian seperti embung, waduk, dan irigasi. Pada awal periode tersebut produksi beras dalam negeri dianggap belum mampu memenuhi kebutuhan. Ini terlihat dari volume impor beras pada 2016 yang mencapai 1,28 juta ton atau tertinggi setelah 2007. Volume impor beras memuncak pada 2018 yang mencapai 2,25 juta ton.

Baru pada 2022 Indonesia kembali meraih pengakuan sebagai negara yang berswasembada beras. International Rice Research Institute (IRRI), organisasi riset budi daya padi yang berpusat di Filipina, memberikan penghargaan terhadap sistem ketahanan pertanian pangan dan swasembada beras melalui penerapan inovasi teknologi pada 2019–2021.
Rasio produksi dalam negeri mencapai 90% dari total permintaan. Pada 2019, produksi beras Indonesia mencapai 31,3 juta ton dan berlanjut pada 2020 dan 2021. Pada 2022, Indonesia masih mampu memenuhi kebutuhan beras dengan produksi dalam negeri.

Stok Perum Bulog yang tercatat dalam laporan Perkembangan Harga, Inflasi, dan Stok Indikatif Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan pada Agustus 2022 mencapai 1,05 juta ton dengan ketahanan 13,4 bulan. Sedangkan pada September 2022 sebesar 861.966 ton dengan ketahanan 10,8 bulan. Per 3 Oktober 2022, stok masih 798.013 ton. Meski menyusut, stok tersebut cukup hingga akhir tahun mengingat panen raya akan kembali terjadi pada awal tahun.

Baca Juga: Bidik Ekspor Furnitur Senilai 5 Miliar Dolar, Kemenperin Siapkan SDM Unggul

Kualitas Beras

Seiring membaiknya produksi, volume impor turun signifikan pada 2019, yakni menjadi hanya 444.508,8 ton. Volume impor beras kembali turun pada 2020 menjadi 356.286,2 ton dan sedikit naik menjadi 407.741,4 pada 2021. Meski sudah berswasembada beras, Indonesia masih mengimpor beras untuk kebutuhan industri dan permintaan beras khusus atau premium.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31/Permentan/PP.130/8/ 2017, kelas mutu beras terdiri atas beras medium dan beras premium. Beras premium adalah beras dengan persentase butir patah kurang dari 15% dan tak ada benda lain yang tercampur. Derajat sosoh baik beras medium maupun premium mencapai 95%.

Faktanya, tak mudah bagi penggilingan padi mencapai persyaratan itu. Pada 2017, isu ini mengemuka saat Kementerian Pertanian sempat mengusulkan persentase butir patah maksimal hanya 10% sebelum diperbesar menjadi 15%. Selain itu, derajat sosoh 95% tak mudah dipenuhi penggilingan kecil.

Pengurus Koperasi Perpadi Jaya Nelly Soekidi menyampaikan, beras premium tidak hanya ditentukan oleh butir patah, tetapi juga derajat sosoh. “Penggilingan kecil rata-rata mencapai derajat sosoh hanya 70%,” katanya kepada Bisnis Indonesia pada 31 Agustus 2017 silam.

Untuk memenuhi kebutuhan beras premium yang tidak bisa dilakukan melalui penggilingan kecil itu, Bulog berinovasi. Saat ini, Perum Bulog telah membangun 10 pabrik pengolahan gabah menjadi beras dengan memanfaatkan teknologi canggih yang diberi nama Modern Rice Milling Plant (MRMP). Pabrik ini bisa menggiling padi dan menghasilkan beras kualitas premium sesuai ketentuan.

Salah satu MRMP itu berada di Kabupaten Sragen. Tim Ekspedisi Pangan 2022 Solopos Media Group (SMG) sempat mengunjungi pabrik yang dilengkapi mesin pengering berkapasitas 120 ton per hari dan rice milling unit (RMU) berkapasitas 6 ton per jam.

Baca Juga: Aplikasi peTani Apps Syngenta Sediakan Fitur Lengkap Bertanam Jagung

Ekspedisi Pangan 2022 SMG didukung oleh Pupuk Indonesia Holding Company, PLN, Syngenta Indonesia, Bulog, Perhutani, Perkebunan Nusantara dan Nasmoco. Tim ini mengeksplorasi sektor pangan di wilayah Jatim, Jateng dan Jogja.

“MRMP Sragen punya vertical drying center berkapasitas 120 ton sekali input dalam waktu pengeringan delapan sampai 10 jam. Jadi anggap saja kami dalam sehari bisa mengeringkan gabah basah 120 ton. Kami juga punya penampungan gabah atau silo 6.000 ton,” ujar Operation Manager MRMP Sragen, Willy Adi Purba, belum lama ini.

Silo di MRMP tersebut berupa tandon raksasa yang terdiri atas tiga unit. Masing-masing unit silo bisa menampung 2.000 ton gabah. Keunggulan MRMP Sragen juga terletak pada teknologi modern yang digunakan. Misalnya, mereka menggunakan tenaga listrik untuk mengoperasikan mesin seluruh instalasi MRMP dan tidak lagi memakai bahan bakar minyak (BBM).

“Bahan baku untuk kompor dryer kami pakai sekam. Jadi lebih hemat dan ramah lingkungan. Kami juga punya kapasitas mesin produksi MRU 7 ton per jam. Ada juga colour shutter untuk memisahkan beras kuning, beras mati. Jadi kami bisa jamin beras yang kami hasilkan benar-benar beras yang premium, bagus,” tutur dia.

Willy menjelaskan cara kerja MRMP Sragen yang dimulai dari pre cleaner untuk memisahkan hampa gabah. Setelah itu, gabah dimasukkan ke dalam destoner untuk pemisahan batu kerikil dan benda-benda kecil lainnya. Dalam proses selanjutnya, gabah masuk dalam husker untuk pemisahan beras dari kulitnya.



“Kemudian whitener untuk memoles, memutihkan. Lalu pemutihan lagi dengan pengkabutan air, color shutter untuk memisahkan beras yang kuning, hitam. Setelah itu mixer untuk memenuhi standar kualitas yang pasar harapkan, seperti beras pecah berapa persen. Kami juga punya mesin packaging jahit biasa, sealer atau vakum,” urai dia.

Walau tetap melayani petani perorangan, menurut Willy bidikan utama MRMP Sragen adalah sektor hulu. Dia mencontohkan ketika petani kesulitan menjual gabah saat panen raya yang disebabkan harga jual yang rendah. Dalam situasi seperti itu, gabah para petani bisa diserap MRMP Sragen sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). “Gabah petani kami beli dengan harga sesuai dengan ketentuan Inpres tentang HPP,” kata dia.

Namun MRMP Sragen juga melayani petani perseorangan. MRMP Sragen siap melayani pengeringan padi petani maupun penggilingan gabah dengan tarif yang sesuai dengan harga pasar di wilayah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Berlatar Gunung Merapi, Asyiknya Menikmati Kuliner Jadul di Loka Batari Klaten

Berlatar Gunung Merapi, Asyiknya Menikmati Kuliner Jadul di Loka Batari Klaten
author
Ika Yuniati Selasa, 30 April 2024 - 23:11 WIB
share
SOLOPOS.COM - Suasana wisata kuliner Loka Batari di RW 04, Padakan, Tegalarum, Gatak, Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Minggu (21/4/2024) pagi. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Solopos.com, KLATEN– Hari masih pagi saat Solopos.com berkunjung ke wisata kuliner Loka Batari di RW 04, Padakan, Tegalarum, Gatak, Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Minggu (21/4/2024).

Hamparan sawah dan gemericik air yang mengalir dari saluran irigasi menambah suasana segar pagi itu. Sementara Gunung Merapi dan Merbabu tak telihat jelas karena masih tertutup awan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Loka Batari yang baru kali pertama buka setelah libur Ramadan dan Lebaran ini sudah mulai ramai didatangi pengunjung. Lapak jualan yang dibuat dari gubuk sudah mulai ditata.

Ada yang jual gendar pecel, sego wiwit, sego tumpang, jenang sumsum, jenang ketan hitam, hingga bebek blondo yang konon merupakan makanan peninggalan Belanda.

Loka Batari

Bebek blondo yang konon merupakan makanan khas Janti Klaten dengan resep peninggalan Belanda dijual di Loka Batari, Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Minggu (21/4/2024) pagi. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Sementara, ibu-ibu penjualnya terlihat ayu dengan jarit dan baju kebaya motif bunga-bunga. Agar lebih menjiwai sebagai pasar berkonsep jadul, bahkan ada yang memakai camping bambu.

Koran Solopos

Para penjual di wisata kuliner Loka Batari ini merupakan ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di RW 04, Padakan, Tegalarum, Gatak, Janti.

Minggu ada beberapa yang izin tak jualan karena kelelahan Lebaran atau masih banyak yang mudik.

“Kami punya dua baju seragam, yang satu lurik. Hari ini khusus pakai kebaya biru bunga-bunga,” kata koordinator Loka Batari sekaligus Ketua PKK RW 04, Sri Mulatsih.

Loka Batari memang hanya buka setiap Minggu, mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.  Namun terkadang, tak sampai pukul 12.00 WIB jualan mereka sudah ludes.

Pasar kuliner jadul ini dipersiapkan untuk warga sekitar maupun wisatawan yang ingin berkunjung ke Janti.

Namanya juga wisata Jadul, transaksi pembayarannya pun tidak menggunakan uang, melainkan koin terbuat dari tanah liat.

Pembeli yang masuk ke Loka Batari harus menukarkan uang mereka terlebih dahulu dengan koin yang terdiri atas dua jenis yakni Rp2.000 dan Rp5.000.

Pembeli tak perlu khawatir, jika koin tanah liatnya tak habis buat jajan, bisa ditukar kembali dengan rupiah.

Solopos.com menukar sekitar Rp30.000 menjadi empat koin senilai Rp5.000 dan lima koin masing-masing Rp2.000. Awalnya saya kira uang tersebut bakal kurang untuk jajan. Ternyata bahkan sisa karena harganya relatif murah.

Emagazine Solopos

Meski jadi destinasi wisata, jajanan di Loka Batari terbilang murah. Satu porsi jenang ketan dan sumsum hanya sekitar Rp5.000, bahkan satu porsi bebek blondo ditambah nasi kepal hanya Rp10.000 per porsi. Ada juga camilan yang hanya Rp2.000.

Setelah kulakan jajan di lapak jualan, pembeli biasanya akan menyantap sarapan jadul mereka di saung-saung yang sudah disiapkan.

Kendati dijual dengan harga murah, Mulat mengatakan omzet mereka lumayan besar yakni sekitar Rp1,5 juta hingga Rp2juta sekali jualan.

“Pengunjungnya ya ratusan. Kalau sekali jualan ya Rp1,5 juta jualan jenang, yang jualan makanan bisa sampai Rp2 juta,” tambahnya.

Mulat mengatakan mayoritas pengunjung berasal dari warga sekitar Soloraya. Namun saat musim libur panjang ada yang datang dari Semarang dan kota besar lainnya.

Mereka juga pernah kedatangan wisatawan luar negeri yang tahu Loka Batari dari media sosial.

Tujuan Pemberdayaan PKK

Loka Batari, kata Mulat, mulai dibuka pada awal 2023. Kata Loka Batari diambil dari Bahasa Jawa Kuna yang berarti bidadari. Hal ini selaras dengan pasar wisata tersebut yang digerakkan oleh ibu-ibu PKK RW 04.

“Ini sebenarnya ya berawal dari ibu-ibu PKK. Warga banyak yang pinter masak, kalau dijual sendiri-sendiri ya kurang laku. Maka saya koordinir di Loka Batari ini. Saya penginnya ya ini bisa meningkatkan perekonimian warga,” kata Mulat.

Konsep yang mereka bawa yakni pasar wisata jadul dengan suguhan wisata alam. Oleh karena itu dibuat lapak gubuk, pakaiannya kebaya dan camping, transaksi dengan barter, dan makanannya tentu saja kuliner zaman dulu.

Interaktif Solopos

Ide tersebut didukung ibu-ibu dan bapak-bapak di RW setempat sampai dibuatkan lapak jualan berbentuk gubuk dan saung untuk tempat makan pengunjung.

Loka Batari

Koin tanah liat yang digunakan untuk bertransaksi di wisata kuliner Loka Batari, Janti, Polanharjo, Klaten, Minggu (21/4/2024). (Solopos.com/Ika Yuniati).

Saat ini total ada 19 anggota Loka Batari dengan jenis makanan berbeda-beda. Mulai dari jenang, bubur, nasi kebal, pecel, bebek blondo, dan lainnya.

Namun, tak menutup kemungkinan jumlah anggotanya bisa bertambah. “Saya terbuka kalau ada ibu-ibu lain yang mau jualan juga. Yang penting makanan yang dijual berbeda,” kata Mulat.

Mulat paham betul konsep jualan jadul bakal diminati pengunjung jika dipromosikan di medsos. Oleh karena itu, dia juga lumayan aktif bermedia sosial di Instagram, YouTube, hingga membuat situs khusus Loka Batari.

Penguatan medsos tersebut dibantu mahasiswa yang biasanya kuliah kerja nyata (KKN) di wilayah mereka. “Ya animo masyarakat lumayan,” kata Mulat.

Salah satu pengunjung yang lumayan rutin ke Loka Batari yakni, Siti Fatonah, 38. Pada Minggu lalu, warga Klaten ini datang ke Loka Batari bersama ibu, suami, dan dua anaknya. Mereka memesan beberapa makanan seperti soto, dan pecel.

Rumahnya tak jauh dari Janti, Polanharjo. Namun, ia dan keluarga sering jajan ke Loka Batari untuk sarapan bareng. Menurutnya suasana di Loka Batari cukup menyenangkan untuk wisata singkat keluarga.

Pilihan makanannya cukup banyak dengan harga relatif murah. Sekali kunjungan biasanya ia hanya menghabiskan hingga Rp100.000.



Ide tersebut didukung ibu-ibu dan bapak-bapak di RW setempat sampai dibuatkan lapak jualan berbentuk gubuk dan saung untuk tempat makan pengunjung.

Loka Batari

Koin tanah liat yang digunakan untuk bertransaksi di wisata kuliner Loka Batari, Janti, Polanharjo, Klaten, Minggu (21/4/2024). (Solopos.com/Ika Yuniati).

Saat ini total ada 19 anggota Loka Batari dengan jenis makanan berbeda-beda. Mulai dari jenang, bubur, nasi kebal, pecel, bebek blondo, dan lainnya.

Namun, tak menutup kemungkinan jumlah anggotanya bisa bertambah. “Saya terbuka kalau ada ibu-ibu lain yang mau jualan juga. Yang penting makanan yang dijual berbeda,” kata Mulat.

Mulat paham betul konsep jualan jadul bakal diminati pengunjung jika dipromosikan di medsos. Oleh karena itu, dia juga lumayan aktif bermedia sosial di Instagram, YouTube, hingga membuat situs khusus Loka Batari.

Penguatan medsos tersebut dibantu mahasiswa yang biasanya kuliah kerja nyata (KKN) di wilayah mereka. “Ya animo masyarakat lumayan,” kata Mulat.

Salah satu pengunjung yang lumayan rutin ke Loka Batari yakni, Siti Fatonah, 38. Pada Minggu lalu, warga Klaten ini datang ke Loka Batari bersama ibu, suami, dan dua anaknya. Mereka memesan beberapa makanan seperti soto, dan pecel.

Rumahnya tak jauh dari Janti, Polanharjo. Namun, ia dan keluarga sering jajan ke Loka Batari untuk sarapan bareng. Menurutnya suasana di Loka Batari cukup menyenangkan untuk wisata singkat keluarga.

Pilihan makanannya cukup banyak dengan harga relatif murah. Sekali kunjungan biasanya ia hanya menghabiskan hingga Rp100.000.



“Ya asyik aja mbak. Bisa sambil liburan singkat gitu, Makan sambil ngobrol bareng keluarga,” kata dia.

“Sudah bagus Loka Batari. Masukannya ya gazebo mungkin diperbanyak atau diperluas biar pas ramai enggak banyak yang antre,” kata dia.

Desa BRILian Janti

Meski usianya baru setahun, kesuksesan pengelolaan Loka Batari mengukuhkan Desa Janti sebagai salah satu desa wisata yang inspiratif.

Hingga akhirnya mereka menjadi salah satu Desa BRILian yang diprakarsai Bank BRI.

Pada 2023 lalu, Desa Janti bahkan masuk dalam lima besar Desa BRILian terbaik di bawah pengelolaan Badan usaha milik desa (Bumdes) Janti Jaya.

Kepala Desa Janti, Tri Prakoso, Minggu, sangat mendukung pengembangan wisata Loka Batari. Ia menyadari wisata alam memang menjadi potensi utama Desa Janti.

Salah satunya potensi sumber air yang kemudian dikembangkan dengan membuat pembibitan ikan, wahana wisata air Janti Park, hingga wisata kuliner Loka Batari.

Di Bumdes Janti Jaya misalnya ada dua potensi yang bersumber dari alam yang mereka kelola, yakni bidang pariwisata, dan perikananan.

Pontensi alam itu pula yang jadi andalan mereka saat dilirik jadi Desa BRILian 2023 lalu.



“Iya kami potensinya memang alam ya Mbak. Kalau Loka Batari masih rintisan, belum masuk Bumdes. Pengelolaan masih murni inisiasi warga dan RW setempat,” tambahnya.

Bumdes Janti Jaya

Sebelumnya, Direktur Bumdes Janti Jaya, Danang Joko Wijayanto, Minggu (21/4/2024), mengatakan pihaknya mulai kerja sama intens dengan BRI pada 2022. Selanjutnya pada 2023 lalu mereka mendapatkan penghargaan dari Desa BRIlian.

Bumdes Janti Jaya terbilang sukses. Melalui jatuh bangun usaha sejak awal berdiri pada 2018, mereka akhirnya bertahan dan terus berkembang hingga saat ini.

Ada empat lini usaha yang mereka jalani sekarang ini yakni pariwisata, perdagangan, perikananan, dan pengelolaan sampah TPS 3R atau reduce, reuse, dan recycle.

Saat ditemui wartawan di kantornya, Minggu, Danang, menyampaikan salah satu fondasi yang membuat Bumdes Janti Jaya berkembang yakni inovasi dan adanya dukungan warga.

Transparansi serta pengelolaan dana juga jadi faktor pendukung.

Sementara itu, dia juga mengakui pentingnya kolaborasi dengan lembaga lain seperti BRI dalam program Desa BRILian.

Manfaat penting jadi bagian dari Desa BRILian tak hanya adanya stimulus anggaran dana yang mereka dapatkan saat menjadi pemenang.

Lebih dari itu, Desa BRILian membuat Janti Jaya memiliki jaringan yang lebih luas. Nama mereka mulai dikenal pemerintah kabupaten hingga kementerian.



Jejaring ini yang kemudian diharapkan jadi modal selanjutnya untuk membangun kolaborasi yang lebih besar.

“Desa BRILian semoga tak berhenti setelah ada hasil pemenang. Tapi setelah itu ada tindaklanjut misal menciptakan kerja sama dengan pemenang se-Indonesia atau pendampingan lainnya,” kata Danang.
ementerian.

Jejaring ini yang kemudian diharapkan jadi modal selanjutnya untuk membangun kolaborasi yang lebih besar.

“Desa BRILian semoga tak berhenti setelah ada hasil pemenang. Tapi setelah itu ada tindaklanjut misal menciptakan kerja sama dengan pemenang se-Indonesia atau pendampingan lainnya,” kata Danang.

Pemberdayaan Lembaga Desa

Dalam wawancara singkat melalui WhatsApp yang dikirim kepada wartawan, Rabu (20/3/2024), Regional CEO BRI Yogyakarta, John Sarjono, mengatakan pemberdayaan BRILian tak lepas dari fokus mereka pada segmen usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

John mengatakan, sebagai bank yang memiliki fokus kepada segmen UMKM, peran BRI tidak terbatas sebagai lembaga intermediary keuangan.

Guna mendukung stabilitas ekonomi serta keberlanjutan usaha para pelaku UMKM maka BRI terpanggil untuk melakukan aksi pemberdayaan baik kepada individu pelaku usaha maupun pemberdayaan lembaga desa.

Saat ini, pemberdayaan wilayah pedesaan menjadi isu yang perlu diperhatikan mengingat perkembangan desa di Indonesia relatif belum merata.

Hal tersebut dicerminkan dari desa yang termasuk kategori maju dan mandiri sesuai Indeks Desa Membangun (IDM) 2021 hanya memiliki porsi kurang dari 30% dari total desa sebanyak 73.814 desa.



Berdasarkan kondisi tersebut, Bank BRI hadir turut serta mengembangkan desa melalui program Desa BRILian sejak 2020.

John menyebut ada tiga bentuk pemberdayaan Desa BRILian yang mereka lakukan. Pertama yakni empowerment atau kegiatan pemberdayaan berupa pemberian literasi dasar, literasi bisnis, dan literasi digital kepada desa peserta.

Kedua yakni assistance atau aktivitas pendampingan intensif kepada Desa BRILian terbaik di tiap batch oleh tim BRI dan mitra kerja sama.

Terakhir adalah awarding atau pemberian penghargaan/apresiasi kepada pemenang desa selama periode empowerment.

Penilaiannya berdasarkan kepemimpinan unggul, kolaboratif, inovatif dan mampu menjadi role model pengembangan desa lainnya.

John mengatakan program Desa Brilian mereka inisiasi sejak 2020. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar menjadi Desa BRIlian.

Di antaranya memiliki BUMDes aktif, memiliki produk unggulan, dan BUMDes membuka rekening simpanan di BRI. Salah satu keuntungan bergabung dalam ekosistem ini adalah pemberian apresiasi berupa bantuan fasilitas sarana dan prasarana.

BRI, lanjut John, juga melakukan pendampingan lanjutan bagi desa-desa Brilian yang telah mengikuti Program Desa Brilian tahun sebelumnya dengan Program Deepening Desa Brilian.

Hal itu diharapkan dapat menjadi sarana pendampingan agar desa2 tersebut terus mengembangkan potensinya, sehingga menjadi lebih baik dari tahun ke tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Tak Dapat Restu Golkar, Baliho Dico Cagub Jateng Sudah Bertebaran

Tak Dapat Restu Golkar, Baliho Dico Cagub Jateng Sudah Bertebaran
author
Imam Yuda Saputra Selasa, 30 April 2024 - 21:21 WIB
share
SOLOPOS.COM - Baliho Dico M. Ganinduto dengan wajah dirinya di bagian kiri dan bertuliskan “#JATENGLEBIHBAIK Dico M. Ganinduto (Bupati Kendal Periode 2021-2025)” di bagian kanannya yang terpasang di Jalan Dr. Kariadi Kota Semarang. (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANG — Baliho dan spanduk Bupati Kendal, Dico M Ganinduto, untuk maju sebagai calon gubernur dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng) 2024 sudah bertebaran di berbagai daerah di Jawa Tengah (Jateng). Kendati demikian, Dico hingga kini belum mendapatkan restu dari partainya, Golkar, untuk maju dalam Pilgub atau Pilkada Jateng 2024.

Bahkan, Dico kemungkinan besar tidak akan mendapat restu dari Golkar untuk mencalonkan diri sebagai cagub Jateng. Suami artis Chacha Frederica itu kemungkinan besar akan kembali diminta partainya untuk maju dalam kontestasi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) Kabupaten Kendal.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Meski demikian, berdasarkan penelusuran Solopos.com, baliho maupun spanduk Dico untuk mencalonkan diri sebagai cagub Jateng sudah banyak bertebaran di sejumlaah wilayah, tak terkecuali Kota Semarang. Bahkan spanduk dengan wajah Dico dan bertuliskan, “JATENGLEBIHBAIK Dico M. Ganinduto (Bupati Kendal Periode 2021-2025) juga terpasang di sejumlah ruas jalan di Kabupaten Semarang hingga Kota Salatiga.

Koran Solopos

Menanggapi hal itu, Ketua DPP Partai Golkar Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu) Jateng-DIY, Iqbal Wibisono, menilai baliho dan spanduk itu sebagai bentuk Dico mengekspresikan diri kepada masyarakat Jateng. Ia pun memastikan jika Golkar saat ini menugaskan Dico untuk maju lagi dalam Pilkada Klaten, dan bukan Pilgub Jateng.

“Enggak ada [Dico ditugaskan maju Pilgub Jateng]. Mereka berdua [Dico dan Ketua DPD II Golkar Kendal, Bagus Bimo Alit] tugasnya sama, fokus di Pilbup Kendal. Itu [baliho] mungkin cara beliau [Dico] mengekspresikan diri, kan boleh-boleh saja,” ujar Iqbal kepada Solopos.com, Selasa (30/4/2024).

Iqbal juga memastikan jika Golkar hingga kini belum memberikan rekomendasi kepada kadernya untuk maju atau mencalonkan diri pada Pilgub Jateng. Sementara untuk Pilkada atau Pilbup Kendal, Golkar memang menginstruksikan Dico dan Bimo untuk maju sambil menjalin koalisi dengan partai lain.

Emagazine Solopos

“Kami [Golkar] usung bupati [Pilkada Kendal]. Tapi keputusan akhir [Dico atau Bimo] ada di masyarakat. Siapa yang paling positif dan populer di antara kedua [yang diusung],” tegas Iqbal.

Interaktif Solopos


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Terlalu! Malioboro Jogja jadi Sasaran Aksi Vandalisme, Pelaku Terekam CCTV

Terlalu! Malioboro Jogja jadi Sasaran Aksi Vandalisme, Pelaku Terekam CCTV
author
Yosef Leon , 
Imam Yuda Saputra Selasa, 30 April 2024 - 21:04 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi vandalisme. (Freepik.com)

Solopos.com, JOGJA — Aksi vandalisme menyasar kawasan pertokoan di Malioboro, Kota Jogja. Pelaku aksi tidak bertanggung jawab itu pun terekam kamera closed circuit television (CCTV).

Aksi vandalisme itu menyasar sejumlah pertokoan di Malioboro, tepatnya di bagian sisi barat atau deretan Toko Obat Sumber Hudoso pada Selasa (30/4/2024). Pelaku usaha pun merasa terganggu dengan corat-coret tersebut dan meminta pemerintah setempat segera melakukan penertiban.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Koordinator Lapangan Perkumpulan Pengusaha Malioboro dan Ahmad Yani (PPMAY), Karyanto Purbohusodo, mengatakan sedikitnya ada lima sampai enam toko yang menjadi korban vandalisme itu. Ia mengetahui coretan yang dibuat pada dinding dan pintu depan toko itu pada pagi hari ini.

“Saya tahunya tadi pagi. Saya tanya sama pedagang kaki lima sekitar katanya sekitar jam 01.00 WIB dini hari tadi masih bagus dan belum ada coretan,” katanya.

Koran Solopos

Menurut Karyanto, dimungkinkan aksi vandalisme itu dilakukan sekitar jam 03.00 WIB atau 04.00 WIB. Perbuatan kelompok yang dinilainya mengganggu kenyamanan pengunjung itu sempat terekam kamera CCTV, tetapi wajah terduga pelaku tidak terlalu jelas.

“Sudah pernah dulu begini juga, sempat kapok dan ini berulang lagi. Kami sudah lapor ke UPT Malioboro supaya ditertibkan,” ujarnya.

Karyanto merasa terganggu dengan adanya aksi vandalisme di kawasan Malioboro Jogja itu. Pelaku usaha juga menjadi repot dan keluar biaya untuk membersihkan coretan yang membekas di dinding dan pintu depan toko. Pihaknya meminta agar patroli kembali digencarkan untuk mengantisipasi kejadian serupa.

Emagazine Solopos

“Kalau bisa dibuat CCTV di pertokoan Malioboro atau bagian lorongnya. Jangan hanya yang menghadap ke jalan, di lorong juga dipasang dari utara ke selatan atau sebaliknya,” ujarnya.

Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Jogja, Ekwanto, sudah menerima laporan soal tindakan vandalisme di sejumlah pertokoan Malioboro tersebut. Hanya saja petugas masih kesulitan mengidentifikasi wajah terduga pelaku, sehingga belum tertangkap.

“Kecuali kalau tertangkap langsung saat mereka mencoret-coret itu biasanya langsung kami tindak. Kalau remaja orang tuanya kami panggil dan minta dicat ulang seperti biasa,” katanya.

Interaktif Solopos

Menurutnya, fenomena vandalisme sudah terjadi berulang kali di Malioboro. Bahkan petugas sudah melakukan tangkap tangan sebanyak empat kali kepada pelaku vandal yang kerap beroperasi di Malioboro.

 



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories