SOLOPOS.COM - Pertapaan Pringgodani di lereng Gunung Lawu. (karanganyarkab.go.id)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kawasan wisata religi Pringgondani yang terletak di kaki Gunung Lawu tepatnya di Blumbang, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menyimpan jejak sejarah.

Lokasi pertapaan yang berada di ketinggian 1.300 meter dari permukaan laut (mdpl) ini menjadi tujuan wisata spriritual masyarakat Jawa. Bahkan konon tokoh penting nasional mulai dari Presiden Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menepi di sini.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kompleks pertapaan ini dipercaya sebagai salah satu petilasan Eyang Panembahan Koconegoro. Tidak ada keterangan pasti siapa itu Eyang Panembahan Koconegoro. Beberapa pihak menganggap sosok Eyang Panembahan Koconegoro tak ada.

Eyang berarti yang dituakan, panembahan berarti tempat, koco atau kaca berarti cermin, dan negoro atau negara berarti diri. Sehingga nama itu disematkan sebagai penegasan bahwa lokasi tersebut adalah tempat yang dituakan atau dikeramatkan untuk bercermin atau memperbaiki diri.

Baca Juga: Ini Keistimewaan Gunung Lawu yang Mungkin Kamu Enggak Tahu

Pengelola Pertapaan Pringgondani Tawangmangu, Parnoto, mengatakan kompleks pertapaan Pringgodani juga berdasarkan sejarah merupakan petilasan Raja Majapahit yang terakhir, Prabu Brawijaya V. Ia disebut melarikan diri dari musuh-musuhnya sampai kemudian meninggal atau disebut moksa di sana.

Pringgondani berasal dari kata “pring” (bambu), “nggon” (tempat), dan “dani” (memperbaiki). Jika diartikan secara menyeluruh memiliki arti tempat yang digunakan untuk memperbaiki diri.

Pringgondani sejak dahulu kala dikenal sebagai lokasi berdoa bagi masyarakat Jawa. “Setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, Pringgodani penuh pengunjung. Mereka berdoa dan menepi di pertapaan Pringgodani,” ujar dia ketika berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (17/9/2022).

Tidak sembarang orang kuat saat berada di Pringgondani. Sebab untuk menuju lokasi pertapaan Pringgondani membutuhkan tenaga ekstra. Pengunjung harus berjalan kaki menapak jalan menanjak perbukitan sejauh 2,5 kilometer.

Baca Juga: Serangan Jantung, Warga Karanganyar Meninggal di Pertapaan Pringgodani

Tidak ada kendaraan menuju lokasi pertapaan. Setidaknya membutuhkan waktu satu jam lebih bagi pengunjung berjalan dari lokasi parkir ke pertapaan. Udara dingin pegunungan juga membuat kondisi pengunjung bisa menggigil.

“Kalau ke sini harus sehat. Karena butuh tenaga kuat ke sini, tidak semuanya bisa melewati jalan menanjak dan udara dingin,” tuturnya.

Memasuki kawasan pertapaan Pringgondani akan disambut sanggar dengan empat arca di depan dan altar di dalam. Sebelum melakukan ritual pertapaan, pengunjung akan membersihkan diri terlebih dahulu di Sendang Gedang.

Kemudian di Sendang Temanten dan Sendang Panguripan yang lokasinya tidak jauh dari pertapaan Pringgondani. Dia mengatakan sendang ini menjadi tujuan lokasi ritual pengunjung sesuai dengan hajat (keinginan).

Baca Juga: Ritual Ngalap Berkah di Pertapaan Pringgodani, Terutama Saat Pemilu

Sendang Panguripan dianggap sebagai sumber kehidupan. Kemudian ada juga Sendang Temanten dengan tujuh pancuran untuk pengobatan dan bersuci. Di sendang ini biasanya banyak pengunjung memanjatkan permohonan tertentu.

“Jadi mereka yang datang kesini karena ada tujuan tertentu,” kata dia.

Dia mengatakan sampai saat ini pertapaan Pringgondani banyak dikunjungi masyarakat yang menginginkan permohonan tertentu. Seperti kenaikan pangkat, jabatan lurah hingga calon wakil rakyat banyak yang datang ke Pringgondani. Pengunjung biasanya mandi di sendang sebagai puncak ritual mereka pada tengah malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya