SOLOPOS.COM - Wahyudi meraih medali perak di nomor tolak peluru kelas F.55 di ajang Peparnas XVI 2021 di Papua, 2-14 November lalu. (Istimewa/Wahyudi)

Solopos.com, WONOGIRI—“Saya sebenarnya sudah enggak mau ikut ke Peparnas Papua tahun ini, karena lambung saya sakit sekali waktu itu. Itu saya sampaikan langsung kepada pelatih. Enggak masalah enggak ikut, dari pada dipaksa dan penyakit saya semakin parah,” ucap Wahyudi mengisahkan perjuangan beratnya di ajang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI 2021 di Papua, 2-14 November lalu.

Meski sangat berat, tetapi atlet penyandang disabilitas bertempat tinggal di Dusun Bandung RT 002/RW 004, Desa Watusomo, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri itu akhirnya dapat meraih medali perak di nomor tolak peluru kelas F.55.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Jika kondisi fisiknya saat itu sehat, bapak satu anak tersebut diyakini dapat membawa pulang medali emas. Karena sedang sakit Wahyudi membukukan jarak tolakan yang dinilainya kurang maksimal, yakni 7,31 meter. Jarak tolakan itu di bawah jarak tolakan terjauhnya di ajang yang sama sebelumnya.

Baca Juga: Website Baru, KPU Wonogiri Sajikan Data Publik Lebih Lengkap

Kepada Solopos.com, Rabu (17/11/2021) lalu, lelaki 44 tahun itu menceritakan perjuangannya saat bertanding sambil menahan sakit perut tak tertahankan. Hari bertanding, Senin (8/11/2021), telah tiba. Dia segera bergegas menuju Lapangan Lucas Enembe, lokasi pertandingan.

Hari itu sakit lambungnya tiba-tiba kambuh. Padahal, dia sudah mendapat giliran bertanding. Badannya lemas. Kulitnya mengeluarkan keringat dingin. Lelaki yang sehari-hari beraktivitas menggunakan kursi roda itu menahan sakit tak tertahankan.

Hari itu juga dia berpikir untuk mundur. Dorongan semangat pelatih dan rekan-rekan sesama atlet membuatnya terus bertahan.

Baca Juga: Boyolali PPKM Level 2, Kapolres: Momentum Bangkit tapi Ingat Prokes

“Kaki saya sampai diikat di kursi tolak agar saya emosi. Pelatih tahu betul kalau emosi saya bisa tambah semangat. Emosi saya semakin menjadi karena waktu itu atlet dari NTT [Nusa Tenggara Timur] bisa berjalan, tetapi ikut kelas F.55. Padahal, kelas F.55 khusus bagi penyandang disabilitas berat, berkursi roda. Atlet dari provinsi lain juga protes, tapi akhirnya dia tetap dinyatakan sah ikut kelas F.55. Dia lah yang meraih medali emas,” ucap Wahyudi saat dihubungi.

Saat melempar dia teriak keras sambil menahan rasa sakit perut. Dia memiliki enam kali kesempatan. Empat kali tolakan resmi dan dua kali percobaan.

Dia mencatatkan tolakan terjauh 7,31 meter. Capaian itu di bawah limitnya. Saat berlaga di Peparnas Riau 2012 dia membukukan tolakan terjauh 8,25 meter dan berhasil menyabet medali emas.

Baca Juga: BIN Gelar Vaksinasi Door to Door di Urutsewu Boyolali

Bahkan, saat itu suami Awin Listyawati, 47, tersebut juga meraih dua medali emas dari cabang lempar lembing dan cakram. Pada Peparnas Jawa Barat 2016 Wahyudi mencatatkan tolakan terjauh 8,15 meter dan meraih medali emas lagi.

Saat itu dia juga menyabet medali perak di nomor lempar lembing dan medali perunggu di nomor lempar cakram.

“Awalnya saya menjalani pelatda [pembinaan dan pelatihan daerah] di Solo enam bulan sebelum berangkat ke Papua. Tiga bulan kemudian saya terpapar Covid-19. Saya diwajibkan karantina mandiri di rumah. Saat karantina saya mengonsumsi banyak suplemen agar saya cepat sembuh dan bisa berlatih lagi. Karena kebanyakan suplemen lambung saya yang enggak kuat, sakit sekali rasanya. Saya sampai berobat ke beberapa dokter spesialis penyakit dalam,” urai Wahyudi.

Baca Juga: ASN Klaten Mulai Gunakan Aplikasi Saenaga untuk Presensi

 

Kambuh

Seiring berjalannya waktu kondisinya membaik, tetapi tetap harus minum obat secara rutin. Walau begitu kondisinya belum pulih 100 persen, sehingga dia sempat memutuskan mengundurkan diri.

Namun, kontingen Jawa Tengah tidak memiliki atlet lain yang bisa diturunkan di nomor tolak peluru kelas F.55. Wahyudi satu-satunya atlet di nomor dan kelas tersebut. Wahyudi pun memutuskan tetap ikut ke Papua. Dia menjalani pelatda lagi 10 hari sebelum berangkat ke Papua.

“Saya berangkat membawa obat yang cukup banyak dan herbal. Nah, waktu mau bertanding penyakit lambung saja kambuh. Walau pun akhirnya capaian saya di bawah limit, tetap saya syukuri, bisa meraih perak sudah bagus,” imbuh Wahyudi.

Baca Juga: Operasi Rokok Tanpa Cukai, Satpol PP Sita 1.000 Batang Rokok Ilegal

Dia merupakan satu dari empat atlet Peparnas Papua dari Kabupaten Wonogiri yang menyabet medali. Tiga atlet lainnya, meliputi Sutadi warga Kecamatan Sidoharjo meraih medali perak di nomor tenis meja beregu putra open dan meraih medali perunggu di nomor tenis meja tunggal putra.

Selain itu Arif Wirawan warga Kecamatan Sidoharjo menyabet medali perunggu di nomor panahan kelas W.2 dan Taufiq Abdul Karim meraih medali perunggu di nomor blind judo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya