SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Soko RT 015, Desa Jabung, Kecamatan Plupuh, Sragen, menjahit kain batik, Rabu (13/7/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Desa Jabung di Kecamatan Plupuh, menjadi salah satu desa dengan tingkat kemiskinan ekstrem dan masuk zona merah di Kabupaten Sragen. Hampir separuh warganya masuk daftar terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) alias tergolong warga miskin.

Menurut Kepala Desa Jabung, Triyono, di desanya terdapat 1.250 keluarga. Dari jumlah tersebut, 498 keluarga di antaranya masuk dalam DTKS penerima bantuan dari Dinas Sosial.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Sebanyak 673 keluarga masuk dalam DTKS. Setelah diasessmen oleh Dinas Sosial [Dinsos] bekurang menjadi 512 keluarga dan diasessmen kali kedua tinggal 498 KK,” jelas Triyono saat ditemui Espos di Balai Desa Jabung, Rabu (13/7/2022).

Pemkab Sragen telah melakukan sejumlah upaya untuk mengentaskan kemiskinan di Desa Jabung. Upaya pengentasan juga dilakukan oleh sekelompok masyarakat di sana. Seperti yang dilakukan Paguyuban Konfeksi Jarum Emas Jabung. Paguyuban ini menaungi sekitar 50-an pengusaha konfeksi di Jabung.

Mereka memberdayakan masyarakat sekitar dengan mempekerjakan mereka sebagai penjahit rumah. Triyono merupakan salah satu pengusaha konfeksi yang tergabung dalam paguyuban.

Baca Juga: Pernikahan Dini Sumbang Over Populasi di India Selama Pandemi

Para pengusaha konfeksi itu meminjamkan mesin jahit kepada warga untuk menggarap pesanan. Warga bisa menjahitnya dari rumah menggunakan mesin jahit pinjaman. Umumnya pesanan itu berupa menjahit kaus atau baju batik.

“Orderannya dari klien jauh. Ada yang kirim ke Tanah Abang Jakarta, Solo, dan luar Jawa. Namun, saat pandemi Covid-19 lalu sempat terkena imbasnya. Bahkan ada 10 pengusaha konfeksi yang sempat tutup. Sekarang, sebagian dari 10 bos konfeksi yang tutup itu mulai bangkit kembali,” ujar Triyono.

Triyono memulai usaha konfeksi sejak tahun 2000-an. Meredanya pandemi Covid-19 berdampak positif dengan mulai meningkatnya lagi jumlah orderan. “Sekarang penjualannya tergantung order online. Akhir-akhir ini order online cukup ramai,” ujarnya.

Berkat pemberdayaan oleh paguyuban, sejumlah warga ada yang berhasil naik kelas. Salah satunya Supardi. Awalnya ia bekerja di usaha konfeksi pamannya. Seiring berjalannya waktu, pria 41 tahun itu memberanikan diri untuk membuka usaha konfeksi sendiri bermodal dua mesin jahit.

Baca Juga: Pembunuhan Ibu oleh Anak di Sragen Bukti Dampak Kemiskinan Bisa Bahaya

Kini Supardi bersama istrinya bisa mencari order sendiri dengan menggandeng pengusaha batik di Masaran. “Sekarang saya dan istri menggarap jahitan batik pesanan. Sehari bisa menjahit 15 potong baju batik. Yang penting bisa mandiri dan usaha sendiri,” katanya.

Camat Plupuh, Edy Purwanto, melihat usaha konfeksi di Jabung berkembang dan menjadi semacam sentra usaha konfeksi. Usaha konfeksi ini menjadi potensi unggulan Jabung agar warganya mampu berdaya dan terbebas dari zona merah kemiskinan.

Setelah Jabung, kata dia, ada dua desa di Plupuh yang menjadi sasaran penangulangan kemiskinan, yakni Sambirejo dan Gedongan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya