SOLOPOS.COM - Psikolog Dinsos Sragen, Anne Fatma. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kasus pembunuhan seorang ibu oleh anak sendiri di Kampung Widoro, Sragen Wetan, Kecamatan Sragen Kota, Sragen, menjadi bukti bahwa faktor kemiskinan bisa berdampak fatal.

DP alias M, 33, tega membunuh ibunya sendiri, Setyorini, 52, pada 30 Juni 2022 lalu lantaran emosi selalu diminta ibunya untuk pergi ke Jakarta mencari kerja. DP sehari-hari hanya bekerja serabutan. Keluarga ibu dan anak itu tergolong miskin.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

DP menganiaya ibunya hingga terjatuh pingsan. Kemudian pelaku membenamkan kepala korban ke kamar mandi hingga kehabisan napas. Lalu DP membuat skenario ibunya meninggal terjatuh di kamar mandi.

Seorang psikolog Dinsos Sragen, Anne Fatma, menerangkan permasalahan dasarnya terletak pada ekonomi. Karena keluarga itu merupakan keluarga tidak mampu. Dia melihat posisi anaknya ini tertekan karena kondisi ekonomi dan ibunya, hingga akhirnya bersikap imulsif.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Seorang Anak di Sragen Nekat Pukuli Ibunya Sampai Meninggal

“Dalam istilah psikologisnya, pelaku ini mengalami represi, yakni memendam permasalahan dan menekannya sampai ke bawah sadar. Suatu saat tekanan ini muncul kembali menjadi agresif. Kondisi pelaku yang belum menikah juga menjadi faktor psikis, yakni adanya kerentanan pribadinya,“ ujar Anne saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis siang.

Namun, untuk memastikan hal itu harus dilakukan assesmen terhadap pelaku karena sumber daya masing-masing orang berbeda.

Represi adalah upaya menekan emosi, kenangan, dan pikiran yang dilakukan oleh alam bawah sadar. Fungsi represi ini untuk menekan rasa bersalah dan cemas atas sesuatu yang pernah terjadi.

Baca Juga: Kasus Pembunuhan Ibu oleh Anak di Sragen Karena Tak Tahan Dinasihati

Anne melihat ada nilai-nilai dalam diri pelaku karena saat ditanya polisi kemudian menjawab dengan menangis. Ketika pelaku menangis berarti masih ada sistem nilai di dalamnya yang kemudian membuatnya menyesal.

Anne mengatakan pelaku juga mengalami tekanan yang besar sehingga berusaha untuk menutupi kesalahannya yang sudah membunuh ibunya.

“Kalau di Dinsos, upaya yang dilakukan sebenarnya tidak sekadar memberi bantuan bagi keluarga tidak mampu. Tetapi, juga memberi edukasi dan bimbingan untuk penguatan keluarga dengan layanan-layanannya,” lanjutnya.

Ia mengaku semakin miskin maka semakin banyak tekanan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kuncinya penguatan keluarga untuk mengatasi masalah.

Baca Juga: Sebelum Bunuh Ibu, Anak Kandung Sempat Mabuk-Mabukan

Sementara itu, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, prihatin dengan kejadian anak yang nekat membunuh ibu kandungnya sendiri karena ekonomi. Ia meminta kasus itu diproses hukum.

“Jangan berdalih gangguan kejiawaan, psikologis, atau apa kemudian ada keringanan dan sebagainya. Apa pun alasannya tindakan pelaku tidak bisa dibenarkan,“ jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya