SOLOPOS.COM - Ilustrasi isi BBM. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah (Jateng) juga terbaca dari tingkat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji bersubsidi pasca pandemi Covid-19. Peningkatan konsumsi BBM dan elpiji bersubsidi di Jateng mulai mengalami peningkatan signifikan di 2021.

Area Manager Communication, Relation & CSR Jawa Bagian Tengah Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, mengatakan pada 2018-2019, ada kenaikan konsumsi BBM dari 3.177.000 kilo liter menjadi 3.576.000 kilo liter. Kemudian di 2020 ternyata sempat menurun. Namun kondisi tersebut mulai bergerak naik di 2021.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Jika dilihat dari tingkat konsumsi pada 2018 ke 2021 ada kenaikan sekitar 0,2%. Sementara di 2021 hingga masuk kuota 2022, untuk Pertalite saja, mengalami peningkatan sekitar 22%, yakni dari 3.100.000 Kilo liter menjadi 3.830.000 kilo liter.

“Ini menunjukkan geliat ekonomi pasca pandemi sudah meningkat. Sebab memang pemerintah juga menambah kuota untuk Pertalite maupun Solar,” kata dia dalam Webinar Outlook Jateng 2023 yang didiarkan di Youtube Espos Live, Rabu (7/12/2022).

Webinar tersebut juga didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Bank Jateng, Pertamina Patra Niaga, dan Semen Grobogan tersebut.

Baca Juga: Investasi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Jateng

Selain Pertalite, konsumsi Solar juga menunjukkan peningkatan. Disebutkan, dari sekitar 2.121.000 kilo liter pada 2021 meningkat menjadi 2.431.000 kilo liter pada kuota 2022, atau meningkat 15%. Kemudian untuk kuota November 2022 (ytd) sekitar 2.225.000 kilo liter dan realisasi November 2022 (ytd) 2.199.000 kilo liter, atau ada selisih sekitar 1,1%.

“Ternyata masih lebih tinggi kuota, jadi untuk kuota di Jateng sampai akhir tahun ini masih aman,” lanjut dia.

Untuk konsumsi elpiji 3 kg atau elpiji bersubsidi juga mengalami peningkatan. Menurutnya hal ini juga menunjukkan adanya peningkatan perekonomian. Sebab diketahui, elpiji subsidi hanya digunakan oleh masyarakat tidak mampu dan oleh usaha mikro. Artinya ada ada peningkatan aktivitas di kalangan tersebut.

Hanya, masih ada catatan terkait banyaknya orang yang ternyata warga mampu namun masih membeli elpiji 3 kg. Untuk itu kami mengimbau agar warga mampu tidak menggunakan elpiji 3 kg.

Baca Juga: Provinsi Jawa Tengah Masih Seksi untuk Investasi

Berdasarkan data dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan konsumsi elpiji 3 kg, termasuk pada kuota di 2022 yang meningkat 5,4% dibandingkan realisasi di 2021.

Sementara mengenai proyeksi 2023 untuk BBM dan elpiji, menurutnya hal tersebut bukan menjadi ranah dari Pertamina sebagi operator. “Kami bukan regulator, yang menentukan terkait proyeksi di tahun depan,” kata dia.

Proyeksi tersebut biasanya akan ditentukan mulai dari usulan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Kemudian dari pemerintah pusat akan menentukan kuota untuk 2023 seperti apa, baik untuk BBM ritel maupun elpiji bersubsidi.

Baca Juga: OJK Sebut Jawa Tengah Punya Modal Kuat di Sektor Perbankan

Sedangkan jika melihat dari yang sudah berjalan, tingkat konsumsi BBM dan elpiji bersubsidi sempat ada penurunan saat pandemi. Namun kini sudah berangsur meningkat hingga 2022. Ada kemungkinan 2023 nanti juga meningkat.

Berdasarkan pantauannya, jika melihat dari sektor transportasi antar kota di Jateng, kawasan pantura saat ini menjadi kawasan yang paling ramai, selain juga jalur tol. Namun saat ini kawasan pantai selatan pun mulai berkembang.

“Sektor-sektor industri dan perekonomian di pantai selatan juga memiliki potensi pasar. Sehubungan di pantai selatan kami juga banyak mendirikan SPBU maupun Pertashop untuk mendukung perekonomian, Termasuk di Jateng secara umum,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya