SOLOPOS.COM - Pengunjung menumpang gondola penumpang menuju Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang beberapa waktu lalu. Dari kampung terisolasi, kini Girpasang bersolek menjadi kampung wisata. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Masyarakat Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, akan melestarikan makam khusus anak di wilayahnya.  Hal itu bakal menjadi ciri khas Girpasang, dukuh yang hanya memiliki makam khsusus bayi atau anak-anak.

“Masih dijaga dan mau dirawat juga kompleks makam tersebut,” ujar Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno, saat berbincang dengan Solopos.com di Pemkab Klaten, Kamis (18/11/2021).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kasi Pelayanan dan Kesejahteraan Desa Tegalmulyo, Subur, juga membenarkan sejak tempo dulu hanya ada makam khusus bayi di Girpasang. Ketika ada warga berusia dewasa atau lanjut meninggal dunia, warga memakamkan mereka ke kompleks permakaman di luar kampung.

Baca Juga: Anjlok Lagi, Harga Cabai Rawit di Tingkat Petani Boyolali Rp11.000/Kg

Saat memakamkan jenazah orang dewasa, warga secara estafet menggotong keranda melewati jalan setapak berkelok-kelok di tepian tebing. “Kalau sekarang lebih mendingan untuk memikul. Dulu itu menggotong jenazah dilakukan dua orang. kalau membelok, harus ada yang siap-siap menerima keranda. Karena jalannya belum seperti saat ini yang lebih nyaman,” ungkap Subur.

Ditemui beberapa waktu lalu, sejumlah tokoh masyarakat Girpasang menceritakan hanya ada makam khusus bayi di Girpasang. Ada sekitar 69 makam. “Kebanyakan yang dimakamkan masih timur [balita], belum berdosa. Seumur-umur saya tinggal di Girpasang, baru satu anak yang dimakamkan di sana,” kata Ketua RT 007/RW 002, Dukuh Girpasang, Gino.

Mempertahankan makam di Girpasang hanya khusus untuk bayi bakal terus dilakukan warga Girpasang. Hal itu sebagai simbol menjaga kesucian tanah di Girpasang.

Baca Juga: SMKN 1 Mojosongo Boyolali Gelar Tes Antigen Senin-Kamis

Hal senada disampaikan salah satu tokoh masyarakat Girpasang, Giyanto. Dia menjelaskan tradisi mengkhususkan makam untuk bayi itu merupakan peninggalan nenek moyang yang hingga kini masih terawat. “Sebagai simbol kesucian. Istilahnya, anak-anak belum punya dosa. Harapannya, Girpasang tetap suci dan terlindungi dari mara bahaya,” kata dia.

 

Jembatan Gantung

Girpasang merupakan kampung terisolasi dan terpisahkan jurang dengan perkampungan lainnya. Dukuh yang berjarak sekitar 4 km dari puncak Merapi itu dihuni 12 keluarga sekitar 34 jiwa.

Awalnya akses untuk menuju ke Girpasang hanya berupa jalan setapak di tepian jurang. Belakangan, ada gondola penumpang yang bisa digunakan untuk mempermudah akses menuju perkampungan tersebut. Dalam waktu dekat, ada penambahan fasilitas dari pemerintah berupa jembatan gantung yang menghubungkan Girpasang dengan Dukuh Ngringin, Desa Tegalmulyo.

Baca Juga: Atlet PON dan Peparnas Wonogiri Peraih Medali Dipastikan Dapat Bonus

Girpasang hingga kini masih terus menjadi magnet wisatawan. Seiring dengan kondisi itu, kampung Girpasang mulai bersolek melengkapi daya tarik wisata seperti Omah Kopi Girpasang yang dikelola warga kampung setempat. Kedai itu menyajikan minuman dan makanan khas Girpasang. Seperti nasi jagung dan ingkung.

Warga Girpasang dan perkampungan lainnya di lereng Merapi hingga kini masih menjaga tradisi yang sudah ada secara turun temurun. Tradisi yang tetap dijaga warga diantaranya kenduri apam saban malam Jumat Legi serta memetri ketika ada warga yang akan menjual ternak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya