SOLOPOS.COM - Ilustrasi rapid antigen. (Bisnis.com/Eusebio Chrysnamurti)

Solopos.com, BOYOLALI—Pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang digelar di SMKN 1 Mojosongo Boyolali harus diimbangi dengan pemantauan kondisi kesehatan siswa. Untuk mengetahuinya, manajemen sekolah menggelar tes skrining menggunakan rapid antigen secara acak kepada sampel 200 orang di lingkungan sekolah setempat.

Tes skrining ini terbagi menjadi empat hari yakni Senin-Kamis (15-18/11/2021). Mereka yang terpilih sebagai sampel menjalani tes rapid antigen di Puskesmas Mojosongo. Pada tes hari kesatu dan kedua seluruh sampel dinyatakan negatif.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Jadi kami inisiatif untuk skrining karena sudah PTM terbatas selama dua bulan. Kami perlu data apakah anak-anak ada yang terpapar Covid-19. Maka kami lakukan swab antigen bekerja sama dengan Puskesmas Mojosongo,” kata Kepala SMKN 1 Mojosongo, Kamaruddin, saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (17/11/2021).

Baca Juga: Atlet PON dan Peparnas Wonogiri Peraih Medali Dipastikan Dapat Bonus

Ekspedisi Mudik 2024

Tes dilakukan dengan sistem sampling. Sebanyak 200 sampel dipilih dari hasil perhitungan yakni jumlah total siswa 1.842 siswa ditambah jumlah guru dan tenaga kependidikan. Dari total 2.000 orang diambil sampel 10 persen yakni 200 orang.

Mereka menjalani tes yang dibagi menjadi empat hari. Masing-masing hari tes diikuti oleh 46 siswa, 3 guru, dan 1 tenaga kependidikan. “Hasil tes yang berjalan dua hari kemarin ini semuanya negatif. Pada hari ketiga ini tesnya keluar,” ujar dia.

Hasil skrining ini, lanjut Kamaruddin, akan dipakai sebagai acuan pengambilan kebijakan PTM di sekolah. Apabila hasilnya negatif, sekolah bisa mengajukan penambahan jam belajar dan siswa kepada Cabang Dinas Pendidikan V Wilayah Jawa Tengah.

Baca Juga: Perpustakaan Klaten Dibuka Lagi, Layanan Pinjam Buku Online Jalan Terus

Kamaruddin menjelaskan saat ini PTM di SMKN 1 Mojosongo digelar ke dalam dua sif yakni sif pagi dan sif siang. Sif pagi dimulai pada 7.30-10.30 dan sif siang dimulai pada 12.30-15.30. Setiap sif masing-masing berkapasitas maksimal 50 persen total setiap rombel. Artinya, setiap sif hanya diikuti 18 dari total 36 siswa.

“Yang tidak masuk PTM terbatas, mereka tetap mengikuti pembelajaran secara daring. Yang ikut PTM tetap wajib mematuhi protokol kesehatan yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun, dan menghindari kerumunan. Semua orang yang masuk ke sekolah harus menjalani skrining suhu tubuh,” terang dia.

Hal serupa juga berlaku kepada siswa yang menjalani praktik di laboratorium. SMKN 1 Mojosongo dengan basis pertanian umumnya melakukan praktik di luar ruangan yakni lahan pertanian. Meski demikian, saat praktik siswa tetap harus disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Baca Juga: Desa Tertua di Indonesia Ada di Klaten, Usianya Lebih dari 1.155 Tahun

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti, mengapresiasi atas upaya skrining yang digelar SMKN 1 Mojosongo. Meski SMA/SMK berada di bawah kewenangan Provinsi Jawa Tengah, menurut pantauan Puji, baru SMKN 1 Mojosongo yang menggelar tes skrining di Boyolali.

Dinkes dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali akan menggelar monitoring dan evaluasi (Monev) pelaksanaan PTM pada jenjang SMP pada Kamis (18/11/2021). Dalam Monev ini, digelar tes rapid antigen secara acak kepada 10 persen populasi sekolah yang menggelar PTM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya