SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengecek alat kebencanaan seusai memimpin apel Antisipasi Musim Hujan di halaman Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (20/10/2022). Wonogiri menjadi wilayah zona merah rawan bencana. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Potensi terjadi bencana alam seperti banjir, angin kecang, dan tanah longsor di Wonogiri meningkat saat musim penghujan. Atas kondisi itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mulai meningkatkan kewaspadaan menghadapi musim penghujan sejak Oktober 2022 ini.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengatakan Wonogiri masuk dalam wilayah zona merah rawan bencana. Potensi terjadi bencana seperti banjir dan tanah longsor meningkat saat musim penghujan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Hal itu lantaran kondisi geografis yang berbukit di Wonogiri timur dan bertanah karst Wonogiri selatan. Pemkab Wonogiri melakukan langkah-langkah mitigasi dengan menyiapkan sumber daya manusia dan sarana prasarana pendukungnya.

Jekek, sapaan akrabnya melaporkan pada 2021 bencana alam yang terjadi di Wonogiri sebanyak 291 kejadian dengan total kerugian senilai Rp2,1 miliar. Sementara hingga 10 Oktober 2022 bencana alam yang terjadi di Wonogiri sebanyak 115 kejadian dengan taksiran kerugian senilai Rp539,5 juta.

Dari jumlah kejadian itu, bencana banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang paling mendominasi. 

Baca Juga: Warga Wajib Tahu! Ada 6 Prioritas Pembangunan Hasil Musrenbang di Wonogiri lo

Jekek meminta agar warga Wonogiri meningkatkan kewaspadaan mengingat Wonogiri menjadi daerah dengan risiko bencana alam kategori tinggi. Warga harus memiliki kesadaran untuk berupaya mencegah atau mengurangi risiko terjadi bencana. Selain itu, perlu ada peningkatan kemampuan warga dalam menghadapi bencana.

“Bencana itu kan tidak hanya karena faktor alam, faktor perilaku manusia juga memberi kontribusi tinggi penyebab terjadinya bencana. Mitigasi bencana tidak hanya membekali masyarakat tangguh bencana, melainkan juga membangun kesadaran kolektif kepada masyarakat luas sehingga bisa mengurangi risiko bencana di Wonogiri,” kata Jekek kepada wartawan seusai memimpin apel Antisipasi Musim Hujan Kabupaten Wonogiri di halaman Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (20/10/2022).

Menurut Jekek, pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) menjadi langkah konkret Pemkab Wonogiri dalam upaya memitigasi bencana. Saat ini, 70 persen dari 251 desa di Wonogiri sudah terbentuk Destana.

Anggota Destana terdiri atas sejumlah sukarelawan dari desa setempat. Para sukarelawan Destana dilatih memitigasi sekaligus menghadapi bencana di desa. Destana merepresentasikan kesiapsiagaan desa menghadapi bencana.

Baca Juga: Musim Hujan, Dinas Lingkungan Hidup Wonogiri Gencarkan Pemangkasan Pohon

“Prinsip dasarnya, Destana mentransformasi pemahaman dasar terkait mitigasi bencana kepada warga desa. Pembentukan Destana diprioritaskan di wilayah-wilayah yang secara geografis potensi kebencanaanya tinggi. Itu kami prioritaskan. Tapi wilayah yang potensi terjadi bencana yang rendah tetap akan kami dorong. Prioritasnya, membangun kesadaran kolektif tentang mitigasi bencana di wilayah-wilayah yang berpotensi tinggi terjadi bencana,” ujar dia.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, menyampaikan upaya pencegahan bencana dilakukan secara fisik dan nonfisik. Pencegahan bencana secara fisik di antaranya pembangunan talut, saluran air. Sementara, pencegahan secara nonfisik yaitu peningkatan kapasitas petugas kebencanaan dan konservasi.

“Alat-alat kebencanaan juga sudah sudah kami persiapkan semua. Sarana dan prasarananya sudah siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Selain itu, kami juga punya Destana. Dari 251 desa, sebanyak 186 desa di Wonogiri sudah mempunyai Destana. Anggaran Destana itu bisa bersumber dari APBDes [anggaran pendapatan dan belaja desa] atau Dana Desa,” kata Bambang.

Dia menjelaskan, Destana merupakan desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi bencana. Selain itu, memulihkan diri dari dampak bencana yang terjadi di desa.

Baca Juga: Pohon Tumbang Melintang di Jalan, Arus Wuryantoro-Wonogiri Sempat Terganggu

Koordinator Desatna Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, Nandar Suyadi, mengatakan tugas dari Destana memitigasi bencana dan kerelawanan bencana. Desatana harus siap siaga baik pra bencana, saat bencana, maupun pasca bencana. 

“Kami di bawah naungan BPBD. Kami dilatih pertolongan pertama, evakuasi, distribusi kebutuhan selama bencana terjadi, termasuk dapur umum pengungsian,” ucap Suyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya