SOLOPOS.COM - Anggota komunitas mengambil sampah di Sungai Ngarum, Kecamatan Kedawung, Sragen, Minggu (22/8/2021). (Istimewa/Vincentius Probo Yuwono)

Solopos.com, SRAGEN — Sungai-sungai di Sragen banyak yang tercemari sampah plastik dan popok. Kondisi ini mengundang keprihatinan sejumlah pihak.

Penanggung jawab Komunitas Pelestari Sungai Sragen, Vincentius Probo Yuwono, 41, menjelaskan sampah plastik dan popok bisa ditemui hampir di semua sungai di Sragen. Ia dan anggota komunitas menemukan sampah-sampah itu saat membersihkan sungai-sungai di Sragen.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Yang paling nyebelin itu buang diapers [popok] di sungai, wah itu luar biasa [keterlaluan],” kata dia kepada Solopos.com, Sabtu (19/2/2022).

Probo mengatakan alasan orang membuang sampah jenis popok ke sungai kebanyakan karena kepraktisan. Selain itu, lanjut dia, adanya mitos bokong bayi bisa suleten alias ruam jika popok bayi terbakar jadi alasan lainnya.

Baca Juga: Tiga Komunitas Pelestari Lingkungan Sragen Tebar Ribuan Benih Ikan

“Bisa jadi alasan itu, namun menurut saya lebih karena malas mengurus sampah popok,” jelasnya.

Sampah popok beserta kotorannya yang dibuang ke sungai biasanya akan mengambang pada aliran sungai. Sampah popok yang mengandung plastik yang sulit terurai.

“Kalau di Indonesia masih kurang peduli dengan bahaya mikroplastik. Kalau di luar negeri sudah terbuka mengenai bahaya mikroplastik. Kami membersihkan sungai ala kadarnya dulu, yang penting membangun kesadaran warga mengenai menjaga ekosistem sungai,” paparnya.

Mengutip laman resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah timbunan sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton/hari atau 64 juta ton/tahun. Komposisi sampah organik 50%, plastik 15%, kertas 10%, dan sisanya berupa logam, karet, kain, kaca, dan lain-lain.

Baca Juga: Akhirnya, Tili Si Penangkap Buaya Berkalung Ban akan Pulang ke Sragen

Dari total timbunan sampah plastik, sampah plastik didaur ulang diperkirakan 10%-15% saja, 60%-70% ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan 15%-30% belum terkelola dan terbuang ke lingkungan, terutama ke lingkungan perairan, seperti sungai danau, dan laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya