SOLOPOS.COM - Ilustrasi imunisasi (freepik.com)

Solopos.com, KLATEN -- Capaian imunisasi di Klaten 2019 memenuhi target nasional meski masih ada kasus orang tua menolak anak mereka diimunisasi.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, target imunisasi dasar dan lanjutan pada 2019 menyasar ke 15.704 bayi umur nol hingga sembilan bulan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Hingga akhir tahun 2019, capaian bayi yang mendapatkan imunisasi dasar dan lanjutan mencapai 15.545 bayi atau 95,7 persen. Jumlah itu melebihi target yakni 95 persen dari total bayi.

Sementara, sasaran imunisasi campak kepada 18.239 anak usia kelas 1 SD. Dari jumlah itu, sebanyak 17.397 anak diimunisasi atau 98,48 persen. Jumlah itu melebihi target yang dipatok 98 persen.

Imunisasi DT menyasar ke 17.127 anak usia kelas 1 dengan capaian 16.834 anak atau 98,29 persen melebihi target 98 persen. Sementara imunisasi Td dengan sasaran 38.195 anak usia kelas 2 hingga 5 SD dengan capaian 98,72 persen atau melebihi target 98 persen.

Kasi Surveylans Karantina Kesehatan dan Imunisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Klaten, Mentes Hartanti, menjelaskan imunisasi campak, DT, dan Td digulirkan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).

Imunisasi campak bergulir selama Agustus sementara imunisasi DT dan Td bergulir pada November dengan kegiatan digelar di sekolah tingkat SD sederajat berstatus negeri serta swasta.

“Untuk imunisasi dasar dan lanjutan bergulir sepanjang tahun,” kata Mentes saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (27/1/2020).

Mentes mengatakan capaian imunisasi yang digulirkan mencapai target. Hanya, masih ada penolakan dari sebagian orang tua dan jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan. Pada imunisasi DT/Td ada sekitar 741 anak yang tak diimunisasi lantaran ditolak orang tua.

Sebaran penolakan imunisasi itu hampir merata. Dari total 34 puskesmas yang tersebar di 26 kecamatan, hanya di lima puskesmas yang di wilayah kerja mereka tidak ada kasus penolakan anak diimunisasi.

Kelima puskesmas itu yakni Puskesmas Kemalang, Puskesmas Karangnongko, Puskesmas Jogonalan 1, Puskesmas Kayumas, dan Puskesmas Prambanan.

Mentes mengatakan salah satu alasan penolakan yakni masih ada keyakinan jika vaksin yang digunakan untuk imunisasi haram. Saban tahun jumlah penolakan imunisasi meningkat.

“Selama ini kami sudah menggandeng MUI, Kementerian Agama [Kemenag] hingga ormas untuk ikut menyosialisasikan tentang imunisasi,” kata Mentes.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Klaten, Anggit Budiarto, mengatakan ada beragam alasan penolakan. Selain keyakinan jika vaksin imunisasi haram, alasan lain yakni ada yang menganggap tak perlu diberi vaksin kondisi tubuh tetap sehat.

“Vaksin sudah dinyatakan halal,” jelas Anggit.

Anggit mengatakan imunisasi berfungsi untuk kekebalan tubuh.

“Tujuan utama imunisasi itu meningkatkan kekebalan tubuh. Ketika terserang penyakit, orang yang diimunisasi dengan tidak diimunisasi reaksinya berbeda. Contoh kasus difteri. Efek orang yang diimunisasi DT/Td lebih ringan ketimbang yang tidak diimunisasi,” kata dia.

Wisata Baru Galpentjil Heritage Klaten, Tawarkan Swafoto Berlatar Belakang Gunung Merapi

Terkait kasus penolakan anak diimunisasi, Anggit mengatakan selama ini Dinkes sudah menggandeng berbagai unsur termasuk tokoh agama mendatangi sekolah untuk menyosialisasikan terkait vaksin yang digunakan imunisasi halal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya